Nyuapin anak sambil ngaji di hp |
Beberapa hari yang lalu saya sempat cerita tentang pertemuan tak sengaja dengan seorang teman. Ia berpesan, saya harus menjadi besi yang tidak berkarat.
Ya setahun ke belakang memang mental atau psikis saya sedang tidak baik-baik saja. Saya sering sekali melihat ke belakang. Terlalu banyak menengok ke masa lalu.
Yang kerap saya pikirkan adalah betapa waktu dulu, hidup saya kok bahagia sekali ya dibandingkan saat ini. Kok hidup saya dulu sukses banget ya daripada sekarang. Kok rezeki saya dulu banyak banget ya, lebih banyak jauh dari pada sekarang.
Hal di masa lalu yang membuat mental psikis saya juga makin sakit, adalah ketika saya masih tidak kunjung bisa memaafkan apa yang telah dilakukan orang-orang terdekat saya.
Merasa sendirian, merasa kenapa kok saya disalahin terus, merasa hidup saya sekarang lebih terpuruk, merasa dizalimi orang lain, dan segala perasaan negatif itu bertubi-tubi muncul ke pikiran saya.
Tengah malam saya sering menangis sendirian. Bingung mau ke mana. Tapi saya nggak mungkin bisa pulang ke rumah orang tua lagi. Bingung harus ke siapa. Tapi saya merasa nggak punya siapa-siapa untuk menerima saya.
Untungnya keinginan untuk bunuh diri itu tipis sekali kehadirannya. Tidak seperti dulu lagi.
Saya masih sangat sadar kalau modal untuk pergi dari dunia saat ini tuh jauh dari kata cukup. Oke saya bisa pergi dari dunia. Tapi di alam kubur, habislah saya disiksa sama malaikat!
Kesemua tadi itu ditambah dengan kondisi capek psikis, capek fisik, dan 24 jam kali 7 hari hidup saya melulu di rumah.
Hingga suatu ketika jawaban Allah itu hadir lewat seorang teman dari masa lalu.
Allah Selalu Punya Cara untuk Memberi Tahu
Di tengah kondisi psikis yang sakit itu ada dua kejadian yang membuat pikiran saya lalu bekerja. Yang pertama, ceramah dari seorang ustad. Dan yang kedua adalah dari pertemuan dengan seorang teman lama.
Saya cerita dulu ya tentang ceramah yang saya maksud itu. Nama ustadnya adalah Ustad Rofi' Munawar. Beliau adalah ustad idola saya dan suami yang sering mengisi kajian di Masjid Namira Lamongan.
Waktu itu di kajian usai subuh di hari Minggu pagi. beliau sempat memberitahu, bagaimana suatu masalah itu bisa menjadi hukuman, cobaan, atau ujian. Ternyata jawabannya adalah tergantung dari bagaimana kita merespon masalah tersebut.
Kalau kita merasa tersiksa, merasa terzalimi, merasa sakit hati, pokoknya merasa tidak nyaman, nah itu berarti kita mendapat hukuman dari Allah.
Sedangkan jika kita merasa biasa saja walaupun kita berpikir, Ya Allah andai saja saya tidak mengalami hal ini, nah kalau itu bisa berarti kita mendapat cobaan.
Tapi kalau kita ridho, kita terima semuanya tanpa merasa seharusnya ini dan itu, nah itulah yang artinya kita sedang mendapat ujian dan akan naik level setelahnya.
Mendengar semua itu, langsung lah saya merasa malu sekali. Karena level saya selama ini, selalu di posisi yang pertama. Saya merasa tersiksa, merasa terzalimi, merasa sakit hati, akan semua yang sedang saya alami.
Jadilah sejak itu, kalau penyakit hati saya sedang kumat, langsung saya ingat betul kata-kata ustad tersebut. Saya nggak mau lah disebut sebagai orang yang kena hukuman dari Allah.
Banyaklah Mengasah Diri agar tak Berkarat
Di minggu berikutnya saat saya kembali ke Masjid Namira Lamongan untuk mengikuti kajian ba'da subuh, saya bertemu dengan kawan lama saya tersebut.
Kali ini cara Allah memberitahu saya adalah lewat teman saya ini. Kami yang sama-sama saat itu sedang haid, hingga akhirnya harus duduk di luar area salat, memilih mengobrol membahas ini dan itu. Terutama yang terkait seputar anak-anak dan keluarga kami masing-masing.
Teman saya ini adalah seorang kepala sekolah di sebuah SDIT di Lamongan. Ia juga seorang praktisi STIFIn, sebuah tes sidik jari yang bisa membuat kita tahu karakter kita masing-masing.
Kebetulan saya dan suami kawan saya ini punya hasil STIFIn yang sama yaitu kelompok Thinking Extrovert atau Te.
Dia bilang, saya harus sering ikut kajian seperti yang sedang kami ikuti saat itu. Karena karakter seorang Te itu unsurnya adalah besi. Jadi kalau besi itu tidak sering-sering diasah, maka dia bisa jadi berkarat. Kalau seorang Te sampai besinya berkarat, dia akan menjadi sosok yang antagonis.
Jleb! Perkataan itu benar-benar mengena ke saya. Padahal teman saya itu aslinya nggak tahu lho kalau mental saya sedang tidak baik-baik saja.
Tapi aneh kan, kok bisa-bisanya dia seperti tahu kalau saya sedang dalam kondisi 'berkarat'. Tentu saja, kejadian itu cuma Allah yang Maha bisa mengaturnya.
Sayangnya apa yang saya pahami dari kata-kata teman saya tersebut adalah, saya harus sering keluar rumah untuk ikut kajian. Padahal kesempatan itu jarang sekali bisa saya ambil.
Jadi ketika keinginan saya untuk sering bisa ikut kajian kok tidak terwujud, masih saja, mental saya tetap tidak baik-baik saja.
Allah Selalu Punya Cara untuk Memberi Solusi
Kalau dua kesempatan tadi adalah cara Allah memberitahu saya, nah kalau kali ini adalah cara Allah memberi solusi atas masalah saya.
Ketika saya hanya punya kesempatan tipis untuk bisa pergi keluar rumah ikut kajian, dikarenakan kesibukan yang begitu padat di rumah, ternyata Allah menggerakkan takdir saya untuk bisa ikut Program Ramadan yang diadakan Community Mama atau CM dan Kumpulan Emak Blogger atau KEB.
Ada dua program yang sepertinya itu menjadi penyembuh dari sakit mental saya. Yang pertama, saya harus sering-sering membaca Alquran agar bisa setoran One Day One Jus tiap harinya. Selain itu saya harus mendengarkan paling tidak satu ceramah, juga untuk disetor laporannya.
Kalau ada yang bilang Alquran itu penyembuh dari segala macam penyakit, ternyata sakit mental saya itu juga bisa disembuhkan lewat Alquran.
Hanya dengan rajin membacanya setiap hari, entah kenapa, segala macam pikiran buruk yang sering main di kepala saya itu sering bubar. Saya tidak terlalu banyak lagi overthinking ketika sedang sendirian.
Sampai-sampai saya berpikir, apakah mungkin yang dulu sering ngomong di kepala saya itu sebetulnya aslinya setan kali ya? Jadinya karena saya sering baca Alquran setannya jadi males main lagi deh di kepala saya.
Hebat ya Alquran! Kita padahal cuma baca saja nih. Belum yang sampai baca artinya. Belum yang sampai mengulik makna di balik arti Alquran. Belum sampai menghafal. Tapi saya sudah dapat obat seperti itu tadi.
Selain itu saat saya bingung nggak ketemu solusi bisa pergi dari rumah untuk ikut kajian, eh Allah kayak ngasih jawaban. Aslinya saya bisa kok setiap hari dengar kajian. Bisa banget lewat YouTube. Tinggal pilih saja mau ceramah yang kayak apa. Selesai deh masalahnya! Kenapa dengar kajian aja harus keluar rumah?
Sesimpel itu ternyata solusi dari masalah saya kalau Allah sudah turun tangan. Saya yang saat merasa sedang ada masalah dan berpikir nggak mungkin bisa minta pertolongan sama siapa-siapa, cuma bisa ngadu ke Allah, endingnya Allah benar-benar menolong saya.
Jadi terutama buat ibu-ibu yang barangkali kondisinya sama seperti saya, yang cuma melulu di rumah, yang punya kesempatan cuma sangat sedikit untuk bisa keluar rumah cari hiburan, kuncinya ternyata ya itu tadi.
Ngadu aja semuanya sama Allah. Insya Allah, nanti Ia akan turun tangan memberitahu kita, menyelesaikan semua masalah kita.
Post a Comment
Post a Comment