Dulu sewaktu kecil, ibu saya meminta dengan sangat agar saya menjauhi orang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: jari kaki atau tangannya tidak lengkap, dan ada bercak-bercak putih atau merah di kulitnya.
Tentulah waktu itu saya penasaran, kenapa juga saya harus menjauhi orang-orang dengan ciri-ciri tersebut.
Saya ingat Ibu sempat menyebut kata kusta, dan mengatakan bahwa itu adalah penyakit menular yang mengerikan.
Dalam benak saya di waktu kecil dulu, kusta adalah penyakit yang bisa membuat saya suatu ketika bisa menjadi monster.
Sejak itu saya jadi lebih berhati-hati saat melihat orang yang memiliki ciri-ciri seperti yang ibu pesankan tersebut. Saat orang itu mendekat, alarm di kepala saya langsung berkata agar harus segera pergi menjauh.
Di dekat tempat saya dulu sekolah sewaktu SD di Bekasi, ada rumah seorang pria yang memiliki ciri-ciri demikian. Ternyata tak hanya saya, teman-teman yang lain pun mendapat pesan yang sama dari orang tuanya untuk menjauh.
Puluhan tahun kemudian di masa sekarang, saya baru tahu kalau kusta ternyata tidak mengerikan seperti itu.
Tapi ada fakta lain yang cukup membuat saya terkejut. Saat saya mengira kalau penyakit kusta itu sekarang ini sudah tidak ada, nyatanya penyakit itu masihlah ada.
Dalam tayangan Sasakawa Health Foundation & Kusta di Indonesia yang diadakan Kantor Berita KBR dalam talkshow Ruang Publik KBR Bicara Kusta yang tayang bulan Juli 2023 lalu, disebutkan bahwasanya kasus baru kusta di Indonesia mengalami stagnasi selama 10 tahun terakhir dengan jumlahnya yang mencapai 18 ribu kasus. Karena hal itu, Indonesia akhirnya tercatat sebagai negara dengan tingkat kasus kusta tertinggi ke tiga di dunia setelah India dan juga Brazil.
Kondisi ini disebabkan adanya masalah dalam penanganan kusta di Indonesia. Salah satunya adalah terkait sosialisasi pengetahuan tentang kusta serta akibatnya jika penyakit tersebut lambat diatasi.
Dalam talkshow tersebut, saya jadi bisa menambah wawasan seputar kusta. Pembicara yang hadir dalam talkshow tersebut adalah Ms Aya Tobiki yang merupakan Chief Program Officer Hansen's Disease Program Sasakawa Health Foundation, Bapak Asken Sinaga selaku Director NLR, serta Ardi Yansyah yaitu orang yang pernah mengalami kusta atau OYPMK yang juga merupakan Ketua Permata Bulukumba Sulawesi Selatan.
Bagi yang belum tahu apa itu NLR Indonesia, jadi NLR ini adalah sebuah yayasan nirlaba serta nonkepemerintahan. Mereka memusatkan aktivitasnya pada penanggulangan kusta di Indonesia berikut segala konsekuensinya yang ada.
Fakta tentang Penyakit Kusta di Indonesia
Ada banyak hal yang membuat wawasan saya bertambah setelah menyimak acara talkshow Ruang Publik KBR Bicara Kusta. Yang pertama adalah mulai dari apa dan bagaimana penanganan kusta serta bagaimana selama ini stigma yang terjadi di masyarakat terhadap penyakit kusta
Kusta memang termasuk penyakit yang mudah menular. Namun itu terjadi bila tidak segera ditangani.
Keberadaan Covid 19 lalu membuat catatan jumlah pasien kusta meningkat.
Ada sebanyak lebih dari 140 ribu pasien. Ini terjadi karena terhambatnya kegiatan pengendalian kusta serta adanya keterlambatan dalam penemuan dan pengobatan kusta.
Keberadaan sosialisasi atau edukasi tentang penyakit kusta ini memang harus terus-menerus ada di masyarakat. Sasarannya mulai dari penderita kusta itu sendiri hingga masyarakat yang hidup di sekitar penderita kusta.
"Saya pribadi ya saya juga sempat mengalami itu bagaimana martabat saya seakan-akan saya melihat teman-teman saya itu berbeda cara sikap mereka ke saya sebelumnya dan ketika saya terkena kusta," keluh Ardi saat mengingat apa yang pernah ia alami ketika menderita penyakit kusta.
Pandangan masyarakat tentang penderita kusta memang hampir mirip seperti apa yang saya alami saat kecil dulu. Di benak saya dan kebanyakan masyarakat, kusta merupakan penyakit mengerikan. Akibatnya para penderita kusta pun dikucilkan dari masyarakat.
Anggapan salah tentang kusta pun dialami para penderita kusta itu sendiri. Misalnya, ada penderita kusta yang merasa dan menganggap bahwa kusta merupakan penyakit kutukan. Jadi meski diobati dengan cara apapun, tidak akan sembuh.
Hal ini membuat para penderita kusta menjadi pasrah dan putus asa serta menolak adanya pengobatan bagi dirinya sendiri.
Padahal faktanya kusta bisa disembuhkan. Untuk itulah peran sosialisasi atau edukasi sangat diperlukan bagi para penderita kusta itu sendiri, keluarga atau orang-orang yang berada di sekitar penderita kusta, juga masyarakat secara umum.
Penderita kusta memerlukan support atau dukungan dari keluarga atau orang-orang di sekitarnya. Mulai dari dukungan moril bahwa mereka tidak perlu dikucilkan, serta motivasi bahwa para penderita kusta bisa sembuh dari penyakit tersebut melalui pengobatan rutin.
Penanganan Kusta Secara Kreatif di Beberapa Daerah di Indonesia
Pengetahuan lain yang sangat membuat saya terkesan dari acara tersebut adalah tentang bagaimana penanganan kreatif untuk mengatasi penyakit kusta di beberapa daerah di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh Ms Aya dari Sasakawa Health Foundation dalam talkshow Ruang Publik KBR Bicara Kusta. Ia sempat mengunjungi beberapa daerah di Indonesia yaitu Pasuruan, Indramayu, dan Cirebon.
Saat di Pasuruan, Ms Aya mendatangi Puskesmas daerah Nguling. Ia melihat bagaimana stakeholder saling bekerja sama dengan baik.
Tak hanya itu, Ms Aya juga melihat keberadaan PKK di daerah tersebut melakukan senam dengan iringan musik bertema kusta. Acara senam tersebut lalu dilanjutkan dengan pemberian edukasi tentang kusta.
Sedangkan di Indramayu, Ms Aya melihat keberadaan pemberian obat dan juga konseling bagi penderita kusta.
Ada juga peran Dinas Kesehatan hingga Puskesmas yang bekerja sama dengan baik. Mereka membangun sistem rujukan bagi para penderita kusta.
Ms Aya melihat, keberadaan konseling yang dilakukan bagi para penderita kusta sangat berperan penting. Konseling ini
Bisa dilakukan dengan model sahabat sebaya. Maksudnya, mereka yang pernah mengalami kusta lantas memberi motivasi terhadap pasien kusta dan orang yang mengalami kusta yang sedang dalam pengobatan. Tujuannya agar mental mereka cepat pulih hingga proses pengobatan dapat selesai.
Sedangkan saat mengunjungi Cirebon, Ms Aya melihat keberadaan proyek yang disebut dengan Mardika. Dalam proyek ini, para penderita kusta bisa penghasilan tambahan dari kegiatan kerajinan tangan yang bersifat ramah lingkungan.
Hal kreatif lain juga dilakukan oleh Ardi di daerahnya di Bulukumba. Ia mensosialisasikan adanya kesadaran diri bagi seluruh masyarakat di daerahnya terhadap ciri-ciri penyakit kusta.
"Apabila punya gejala atau bercak putih yang mati rasa itu untuk segera memeriksakan diri ataukah melapor ke kepala desa atau ke perawat desa semacam itu. Itu yang untuk dijalankan di Kabupaten Bulukumba," terangnya.
Menurut Pak Asken, NLR Indonesia memang bergerak dengan melakukan serangkaian inovasi. Ini ditujukan agar program pelaksanaan penanggulangan kusta jadi bisa lebih cepat efektif dan efisien.
"Kita juga mengambil peran di bantuan atau dukungan teknis-technical advice untuk pelaku-pelaku program di Indonesia. Kita juga melakukan awareness raising atau edukasi masyarakat seluas-luasnya melalui berbagai platform komunikasi baik yang metode konvensional maupun metode media sosial," ujarnya.
Ada juga pemberian advokasi dan menjalin jejaring dengan pelaku-pelaku program khususnya bagi para penyandang kusta.
Poin Penting yang Bisa Diambil dari Tayangan Ruang Publik KBR Bicara Kusta
Dari tayangan Ruang Publik KBR Bicara Kusta tersebut, saya sendiri jadi tahu bahwasanya penyakit kusta ini ternyata masih cukup banyak di Indonesia.
Keberadaan penyakit ini membutuhkan peran banyak pihak untuk mengatasinya. Alasannya…
1. Agar siapapun dari kita yang sehat bisa tetap menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit kusta
2. Untuk itu, siapapun yang memiliki ciri-ciri kusta dapat segera menyadari dan memeriksakannya ke tenaga kesehatan
3. Kita pun perlu ikut mensosialisasikan apa dan bagaimana penyakit kusta agar terhindar dari penyakit ini
4. Selain itu bagi mereka yang sudah dinyatakan menderita kusta, sebaiknya perlu segera diobati hingga tuntas. Para penderita kusta ini juga perlu tahu bahwa penyakit kusta itu bisa disembuhkan asalkan rutin dan tuntas pengobatannya.
5. Nah, untuk membantu proses penyembuhan penyakit kusta, para penderita kusta perlu diberikan banyak motivasi dan dukungan. Bukan dikucilkan.
Jadi bukan hanya peran tenaga kesehatan. Kita semua bisa turut membantu penyebaran informasi tentang penyakit kusta.
Dengan demikian, diharapkan jumlah penderita penyakit kusta di Indonesia bisa terus menurun, para penderita kusta bisa makin banyak yang tuntas pengobatannya, serta mereka yang sedang dan sudah sembuh bisa beraktivitas seperti biasanya dan tidak terkucilkan.
Post a Comment
Post a Comment