Ada orang-orang yang bisa sukses dalam
satu bidang meski menjalani multiprofesi. Salah satunya adalah Teguh Waluyo.
Meski berprofesi sebagai guru, nyatanya pria lulusan Universitas Negeri
Semarang ini bisa berhasil meraih banyak penghargaan atas kerja dan karyanya
dalam bidang pelestarian tanaman buah langka serta budidaya lebah madu.
Teguh yang berasal Desa Darmakradenan,
Ajibarang, Kabupaten Banyumas ini sebetulnya sehari-sehari menjadi tenaga
pengajar di SMP Maarif NU 1 Ajibarang. Selepas jam mengajar, ia menyibukkan
diri dengan mengumpulkan bibit-bibit tanaman buah langka serta beternak madu.
Meski kini terbilang sukses terutama
dalam ternak madunya, nyatanya, Teguh sempat dicemooh oleh warga sekitar atas
aktvitasnya membudidayakan lebah madu. Namun kini, masyarakat yang awalnya
memandang sebeah mata, justru ikut menjadi peternak lebah dan bekerja sama
dengan Teguh.
Berawal dari Hobi Mengumpulkan Tanaman Langka
Dunia bercocok tanam sebetulnya bukanlah
hal baru bagi Teguh. Dalam keluarganya mulai dari kakek nenek serta kedua orang
tua dari Teguh adalah petani. Jadi, ia pun sudah akrab dengan dunia tanam
menanam tanaman.
“Iya awalnya juga saya mbibit, budidaya tanaman
juga belum bisa juga, belajar juga sampai bisa gitu. Karena memang basic saya
bukan di tanaman sebenarnya. Paling dari orang tua, terus kakek, nenek itu
memang petani sebenarnya,” terang Teguh.
Teguh dan durian bawor. Sumber foto: Instagram @prawita_garden |
Di tahun 2014, Teguh pun mulai
menjalankan hobinya yaitu mengumpulkan tanaman buah yang kini terbilang langka.
Awalnya saat itu ia hanya berniat menjadikan tanaman-tanaman tersebut sebagai
koleksi.
“Kita nyari-nyari ke pembibitan sampe ke
online juga. Kita kumpulkan, kita jadikan indukan, terus kita budidaya. Jadi
yang langka kan jadi banyak bibitnya lagi,” terang Teguh.
Beberapa pohon atau tanaman buah langka
yang dikoleksi Teguh misalnya buah bisbul, cermai, atau buni.
“Iya, sekarang udah agak susah buni. Ya
kurang lebih ada 65 jenis itu, dari yang lokal dari Indonesia sendiri sampai ke
yang impor mungkin itu,” ujar Teguh.
Berawal dari tanaman-tanaman koleksi
Teguh inilah banyak lebah madu yang berdatangan ke tempatnya. Pria yang punya
rasa ketertarikan tinggi pada hal yang jarang ia temui ini pun jadi tertarik
untuk membudidayakan lebah madu.
Cara Teguh Memulai hingga Sukses Berternak Lebah Madu
Sebetulnya tidak terpikir sama sekali
dalam benak Teguh jika suatu saat ia bakal sukses membudidayakan dan menjual
lebah madu. Semuanya berawal dari coba-coba bahkan caranya pun ia pelajari
secara otodidak.
“Ya awalnya coba-coba gitu. Belum sampai kayak booming sekarang kan, lebah lagi booming. Ya waktu itu malah gak ada yang mau, khusus di sini maksudnya. Mungkin di daerah lain kan berbeda. Tapi kalau disini, istilahnya kita mencari lebah di alam sekitar sini, di lingkungan desa, itu belum banyak yang tertarik,” tutur Teguh.
Ia mengaku, cukup lama proses yang
dilakukannya hingga madunya bisa laris seperti sekarang. Sejak awal di
sekitaran tahun 2015 dulu, cukup sedikit yang mau membeli madu ke tempatnya.
“Iya,
dari kerumunan lebah yang datang, saya kan tertarik gitu. Maksudnya penasaran, saya
memang orangnya agak penasaran gitu kalau ada sesuatu. Nah kebetulan juga di
desa saya, desa Dharmakradana itu kan pegunungan karang, batu kapur gitu. Jadi
menjadi kesukaan lebah untuk bersarang karena lubang-lubang batu itu kan banyak
banget lebahnya. Jadi dari 2015 sendiri, dalam 1 tahun saya ngumpulkan di desa
itu lebih dari 1000 koloni yang ketemu. Itu kan termasuk menjadi penanda di sini
memang lebahnya masih luar biasa banyak waktu itu. Kalau sekarang udah agak
berkurang,” Teguh menerangkan panjang lebar alasan awal mengapa ia tertarik dan
lantas membudidayakan lebah madu.
Sumber foto: Instagram @prawita_garden |
Teguh sendiri sempat belajar dari
sana-sini untuk urusan budidaya madu. Mulai belajar dari datang dan
bersilaturahmi ke mereka yang sudah berhasil beternak lebah madu, hingga belajar
sendiri dari Youtube.
“Ya intinya kalau kita mau belajar,
insya Allah kalau sungguh-sungguh loh ya. Ada jalan pasti,” yakin Teguh.
Awalnya Dianggap Remeh Tetangga Sendiri
Ada cerita unik yang keluar dari
penuturan Teguh. Jadi saat awal ia mencoba mengembangbiakan lebah madu,
masyarakat di sekitarnya memandangnya sebelah mata. Baru ketika tahun 2017,
saat usaha yang Teguh lakukan ternyata terlihat hasilnya, mereka pun jadi
tergerak untuk ikut mencobanya.
“Yang
awalnya sama sekali nggak melirik bahkan mungkin buat apa paling nggak jadi
kayak gitu awalnya. Nah itu respon-respon masyarakatnya seperti itu awalnya,”
ujar Teguh.
Jadi di awal-awal merintis usahanya,
Teguh banyak didukung oleh orangtua yang membantunya. Namun setelah dinilai
berhasil, akhirnya kini sudah banyak anak muda yang ikut dan mau belajar dengan
Teguh.
Lebah klanceng yang akhir-akhir ini banyak dicari masyarakat. Sumber foto: Instagram @prawita_garden |
Kini, warga di sekitar Teguh banyak yang
sudah dititipi lebah sehingga mereka jadi turut bergerak membudidayakan lebah
madu. Sementara lebah madu yang dirawat Teguh sudah berkurang berkurang karena
adanya keterbatasan lahan.
Dalam satu satu lokasi, ada 10 hingga 20
koloni. Sedangkan untuk harganya, jenis yang biasa bisa sekitar 200 ribu rupiah
sedangkan yang jenis unggul harganya bisa sampai lebih dari satu juta rupiah.
Sistem yang Teguh terapkan ada warga
yang dititipi lebah madu adalah sistem bagi hasil dengan hitungan per kilo. Sedangkan
jika madunya dijual ke konsumen, barulah menggunakan menggunakan ukuran liter.
Menurut Teguh, penghasilan dari lebah
madu ini pada akhirnya cukup membantu perekonomian masyarakat sekitar yang ikut
mengembangbiakan lebah madu. “Ya kalau untuk orang desa cukup lah.”
Kini Teguh bergerak bersama para pemuda
di Prawita Garden, sebuah perkumpulan para petani muda di desanya. Prawita
Garden ini pun memiliki kedai yang menawarkan segala produk pertanian, bibit tanaman,
sampai madu.
Prawita Garden sering mendapat kunjungan tamu. Kali ini tamu berasal dari peneliti Biologi BRIN. Sumber foto: Instagram @prawita_garden |
“Kalau kedai sebenarnya kita lebih kayak
hilirisasi produk gitu. Jadi apa yang kita lakukan, kita pajang di kedai. Supaya
ada tamu bisa menikmati langsung di sini,” terang Teguh.
Atas kiprahnya tersebut, Teguh pun
pernah menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards di tingkat Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2020 di bidang lingkungan.
Aku selama ini paling sering konsumsi madu klenceng, ternyata bentukan lebahnya begitu ya mba 👍☺️. Penasaran banget sebenernya ttg lebah ini, Krn jenis2nya ada banyak kan. Makanya pengen tahu juga gimana caranya membedakan itu.
ReplyDeleteHebat mas nya, dia tipe yg mau belajar banyak hal yaa. Mulai dari buah, sampai akhirnya ke madu. Memang rata2 begitu kok, orang lain baru mulai peduli setelah dilihatnya ada hasil 😁. Kalo ga boro2 mau ikutan.