Salah satu berita yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini adalah kecelakaan pesawat Yeti Airlines 691 di Nepal.
Berbagai macam berita menceritakan betapa tragisnya kecelakaan ini. Mulai dari kisah di balik pilotnya yang ternyata suaminya juga sudah meninggal dalam kecelakaan serupa. Ada juga cerita heroik penyelamatan penumpang.
Namun yang paling banyak dibicarakan adalah detik-detik bagaimana kondisi pesawat tersebut terjatuh. Seorang penumpang sempat merekam bagaimana kondisi di dalam pesawat saat pesawat mulai mengalami gangguan hingga akhirnya kecelakaan pun terjadi.
Konon, niat penumpang tersebut ingin menghibur dirinya dan temannya agar tidak tegang saat merasakan pesawat yang mulai tidak beres terbangnya. Dan selanjutnya, justru ia membuat kita semua ikut menyaksikan apa yang terjadi saat itu.
Konon pula, kegiatannya melakukan siaran live di saat pesawat sedang terbang bukanlah penyebab kecelakaan tersebut. Meski ada larangan bagi penumpang pesawat untuk mengaktifkan ponsel selama penerbangan, namun bukan dari dia masalah pesawat bermula.
Berbagai Cerita Pengalaman Menegangkan Saat Naik Pesawat
Tentu, itulah yang diinginkan siapapun saat bepergian. Pulang pergi dengan selamat sampai tujuan.
Tapi nyatanya, takdir bisa berkata berbeda. Meski dengan alat transportasi super aman dan nyaman sekalipun, kalau memang takdirnya kecelakaan, ya kecelakaan.
Pun, jika takdir mengatakan selamat meski kecelakaannya begitu parah, tapi kalau Tuhan menginginkan kita selamat, ya selamat. Meskipun itu di luar nalar.
Cerita menegangkan naik pesawat beberapa kali juga saya alami. Mulai dari yang levelnya rendah, sampai yang cukup tinggi level horornya.
Naik pesawat ke Makassar setelah terjadi kecelakaan Adam Air di Majene
Pertama kali merasakan pengalaman menegangkan naik pesawat, saya alami ketika terbang ke Makassar. Saat itu saya mengikuti rombongan Ketua DPRD Kota Batam yang menjalani ujian akhir untuk meraih gelar doktoralnya.
Keren kan ya, bisa ikut jalan-jalan, naik pesawat, dengan tujuan meliput orang ujian S3. Untuk yang ini jangan ditanya cerita apa dan bagaimananya ya.
Karena yang mau saya ceritakan adalah pengalaman naik pesawatnya. Jadi waktu itu, perjalanan tersebut saya lakukan di bulan Januari 2007. Saat di mana beberapa waktu sebelumnya, ada kecelakaan pesawat Adam Air dari Surabaya menuju Manado yang jatuh di Majene tepat tanggal 1 Januari 2007.
Nah, kacaunya saya, saya tidak tahu kalau Makassar itu dekat dengan Majene. Apalagi di tiket pesawat Lion Air yang saya naiki, destinasinya tertulis Ujung Pandang.
Padahal kalau berdasarkan peraturan pemerintah, nama Makassar itu sudah dipakai lagi sejak tahun 1999. Tapi mbuh lah, saya bingung kenapa kok waktu itu masih pakai nama Ujung Pandang.
Jadi pas orang tua saya tanya, saya mau liputan ke mana, saya jawab Makassar. Pas ditanya lagi apa itu dekat dengan Majene yang ramai di berita tentang kecelakaan pesawat, saya bilang enggak. Soalnya pesawatnya turun di Ujung Pandang.
Dan kekhawatiran orang tua saya pun memudar! Padahal saya memang nggak tahu dan nggak niat bohong lho. Hahaha…
Barulah perasaan khawatir saya keluar saat beberapa teman reporter yang bercanda tentang kecelakaan Adam Air di Majene. Saya ngeh kalau Ujung Pandang itu Makassar, kalau Makassar itu dekat dengan Majene, kalau konon katanya di Majene itu ada semacam segitiga bermuda, dsb dsb. Begitulah hasil nguping guyonan teman-teman reporter saat sedang menunggu transit di Juanda Surabaya.
Awalnya memang perjalanan lancar. Langit malam itu cerah banget. Saya bisa melihat bulan purnama dari jendela pesawat.
Eh, tapi pas enak-enaknya mengagumi bulan purnama, kok ada pemberitahuan dari pramugari agar penumpang diminta mengencangkan sabuk pengaman, menegakkan sandaran, karena pesawat akan melewati cuaca yang kurang baik.
Pikir saya, lha, kurang baik dari mana deh! Orang jelas-jelas langitnya lagi bagus-bagusnya. Tapi memang tak lama kemudian, saya merasakan pesawat berguncang beberapa kali.
Setelah akhirnya bisa mendarat, saya berpikir banyak tentang kejadian tersebut. Apa iya waktu itu pesawat yang saya naiki sedang melewati perairan Majene yang waktu itu diberitakan menjadi daerah yang ditakuti saat penerbangan udara?
Merasakan pesawat hampir jatuh saat penerbangan balik ke Banjarmasin
Kalau pengalaman paling horor yang saya alami saat naik pesawat ya saat akan mendarat di Bandara Syamsudin Noor Banjar Baru.
Jadi, bandara ini mirip kayak Juanda di Sidoarjo. Orang bilangnya bandara Juanda di Surabaya padahal di Sidoarjo. Begitu juga Bandara Syamsudin Noor yang di tiketnya tertulis Banjarmasin padahal Banjar Baru.
Jadi waktu itu, saya kembali kerja ke Kalsel usai libur lebaran. Yang saya rasakan ganjil saat sedang penerbangan adalah pesawat yang terasa terus berputar.
Karena posisi saya ada di bagian pinggir dekat jendela, saya amati, kok pemandangannya itu lagi, itu lagi ya? Patokan saya ada gunung dan pesawat berkeliling di atas gunung tersebut.
Mungkin, sekitar hampir 15 menit kondisinya begitu terus. Hingga kemudian terdengar pemberitahuan seperti biasanya saat ada cuaca buruk.
Tak lama kemudian, saya melihat pesawat mulai melaju meninggalkan kondisi berputarnya. Awan hitam mulai terlihat di jendela pesawat. Dan tak lama kemudian, hujan.
Bayangkan, lewat awan tebal saja, kita yang di dalam pesawat merasakan guncangan seperti naik kendaraan di jalan yang tidak halus. Apalagi waktu itu, ya awan hitam, ya hujan deras.
Sudahlah, cerita horor pun dimulai. Belum lagi beberapa kilatan petir terlihat dari jendela. Di kesekian kali saya dan para penumpang duduk dengan terguncang-guncang, tiba-tiba kami merasa pesawat terjatuh.
Yang tahu rasanya naik roller coaster pas anjlok turun, nah, persis begitu rasanya. Meski hanya beberapa detik dan lalu pesawat pun bisa terkendali lagi lajunya, tapi kami di pesawat sudah kompak berteriak menyebut nama Tuhan kami masing-masing.
Saat turun, saya lihat hampir semua penumpang berwajah pucat. Itu jadi pengalaman kami yang bisa merasakan naik pesawat yang hampir jatuh saat cuaca buruk.
Pura-pura tidur saat pesawat menerjang hujan ketika akan mendarat di Surabaya
Pengalaman naik pesawat saat balik ke Banjarmasin, ternyata membuat saya jadi agak kebal kalau pesawat sedang melewati cuaca buruk.
Seperti saat itu, saat naik pesawat kembali ke Surabaya, pramugari sempat memberi peringatan karena kondisi cuaca kurang baik sebelum pendaratan.
Sementara itu sejak awal perjalanan, saya memilih memejamkan mata. Hingga di saat pesawat berguncang-guncang.
Waktu itu saya naik pesawat dengan beberapa orang usai sebuah acara di Jogja. Banyak dari mereka belum pernah naik pesawat sama sekali.
Jadi ketika pesawat dalam kondisi berguncang akibat cuaca buruk, mereka cukup panik. Dan saat melihat saya malah tetap enak-enakan tidur, mereka malah kesal! Hahaha…
"Kok bisa sih pesawat lagi kayak gitu, mbaknya masih aja tidur?" protes mereka.
Saya jawab, "Lha harus gimana lagi?"
Nah, bener kan jawaban saya? Kan kalau pun saya melek, nggak membantu juga pesawatnya bisa jadi terbang dengan lebih baik?
Bisakah Kita Menghindari Kecelakaan Pesawat?
Jadi kalau tidak mau kena pengalaman horor saat naik pesawat, memang amannya sih jangan berpergian di saat musim hujan.
Tapi itu tentu tidak menjamin perjalanan kita naik pesawat jadi lancar jaya. Ya itu, namanya juga takdir yang tidak bisa diduga.
Oh iya satu lagi yang ingin saya katakan. Jika memang kita dianugerahi kekuatan firasat akan terjadi kecelakaan, meski kita mencoba menghindarinya, maut tetaplah akan menghampiri kita dengan caraNya.
Post a Comment
Post a Comment