Kira-kira hampir setahun kejadiannya. Tiap yang besar batuk pilek, yang kecil ikut kena. Kalau Kayyisah anak saya yang besar sembuhnya cepat, yang kecil si Emir itu mesti 7-10 hari baru sembuh.
Saya sampai sudah di titik capek bolak-balik ke Rumah Sakit. Tiap bulan, paling enggak sekali atau dua kali saya mesti nganter yang Emir untuk berobat ke RS.
Sebetulnya sakitnya sepele. Batuk, pilek, masuk angin. Tapi kalau pas panas, kedua anak saya bisa sampai 40 derajat celcius panasnya.
Sampai pernah beberapa kali, Emir ditawari untuk dimasukkan penurun panas dari bawah. Maksudnya agar panasnya cepat turun.
Tapi selalu saya tolak. Lha pasalnya setiap dibawa ke dokter, Emir selalu habis minum obat penurun panas.
Sementara yang Kayyisah, pernah mengalami batuk berdahak sampai hampir dua bulan. Segala obat sampai antibiotik pun nggak mempan.
Kalau orang Jawa, istilahnya gopoken. Ya, kedua anak saya itu gampang sekali sakit.
Berbagai cara meningkatkan daya tahan tubuh kedua anak itu juga sudah saya coba. Mulai dari multivitamin, madu, sampai susu yang katanya bagus untuk memperbaiki nutrisi. Tapi semuanya nggak mempan.
Saking sering sakitnya, Emir sampai pernah berbulan-bulan stuck berat badannya. Susu yang dulu dikonsumsi kakaknya saat malnutrisi saja nggak mempan saat dikonsumsi Emir.
Dapat Inspirasi Kelor dari TikTok
Hingga suatu ketika, saya melihat video di TikTok tentang khasiat kelor bagi perbaikan nutrisi pada anak. Jadi ada seorang bapak-bapak yang punya usaha kelor sampai skala ekspor dan ia kerap berbagi informasi tentang kelor.
Kalau mau tahu nama akunnya adalah @kelorkiageng. Coba deh main ke TikToknya karena banyak informasi seputar kelor dari beliau.
Sebetulnya itu bukan informasi yang baru. Karena sejak dulu pun saya sudah tahu info itu.
Tapi info tentang kelor itu kerap membuat saya bingung. Kalau untuk dikonsumsi sebagai sayur, masa iya setiap hari saya masak sayur kelor? Atau kalau dibuat teh, anaknya pun tidak suka.
Belum lagi keberadaan daun kelor yang tidak bisa setiap saat saya dapatkan. Meski suami punya pohon kelor di sawah, tetap saja tidak setiap waktu ia bisa mengambilkan kelor.
Jadi, ada masanya di mana daun kelor kurang bagus kondisinya. Biasanya karena cuaca tidak menentu, daun kelor bisa berwarna kekuning-kuningan.
Hingga saya pun bingung, bagaimana caranya agar anak saya bisa sering mengkonsumsi kelor dan dia pun tidak menolak saat makan daun kelor.
Dari akun @kiagengkelor, saya jadi tahu beberapa hal seputar kelor yang selama ini tidak saya ketahui.
Daun kelor yang banyak gizinya adalah daun kelor yang tua
Kalau daun kelor punya nutrisi super, nah, buah kelor atau kalau orang Jawa bilangnya klentang, sebetulnya sangat tinggi kandungan omeganya
Cara memasak daun kelor yang benar adalah dengan memasak air sampai mendidih, lalu masukkan daun kelor, dan tutup pancinya. Setelah beberapa menit, daun kelor pun siap disantap. Saya sudah membuktikan kalau dengan cara ini, rasa dan tingkat kematangan daun kelor jadi terasa pas lho!
Agar awet dan bisa dikonsumsi kapan saja, kelor bisa dijadikan bubuk.
Nah, membuat kelor menjadi bubuk itulah yang kemudian menginspirasi saya untuk membuatnya sendiri di rumah.
Cara Membuat Bubuk Daun Kelor Sendiri
Membuat bubuk daun kelor sendiri itu ternyata mudah kok. Nih ya, saya bagi cara dan tipsnya.
Bahan yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut.
Wadah dengan pori untuk mencuci daun kelor. Daun kelor itu susah kalau dicuci dengan cara ditaruh di wadah lalu diberi air. Sifat daunnya susah kena air, tidak seperti daun sayuran lain. Jadi kalau mencuci daun kelor, letakkan daunnya di wadah berpori, siram dengan air sambil dicuci bersih.
Tampah untuk menjemur daun kelor yang sudah dicuci.
Blender untuk menghancurkan daun kelor kering
Saringan untuk menyaring bubuk kelor yang sudah diblender
Wadah kedap udara untuk menyimpan
Sekarang berikut ini langkah-langkah pembuatannya ya.
Pisahkan daun kelor dari tangkainya. Minimalisir keberadaan tangkai karena sifat tangkai kelor itu bisa mengurangi zat gizi dari daun jika terkomsumsi oleh kita.
Cuci bersih daun kelor dengan air mengalir menggunakan wadah yang berpori. Setelah itu tiriskan ya.
Jemur daun kelor di atas tampah yang sudah bersih. Usahakan daun kelor tidak menumpuk sehingga bisa cepat kering.
Jemur kelor tapi jangan kena sinar matahari langsung ya. Jemurnya di tempat yang teduh agar gizi dalam daun kelor tidak rusak.
Biasanya daun kelor jika dijemur dengan cara ini, bisa kering dalam waktu dua sampai tiga hari. Tanda kalau daun kelor sudah siap untuk dijadikan bubuk adalah jika daunnya saat dipegang, langsung mudah hancur.
Jika daun sudah kering, hancurkan dengan blender kering. Biasanya memang hasilnya kurang seberapa halus banget. Tapi kalau buat saya sih sudah cukup.
Tiap selesai blender, ayak dulu. Kalau masih ada yang kasar, blender lagi.
Simpan bubuk kelor ini ke dalam wadah kedap udara ya. Biasanya bubuk daun kelor ini bisa tahan sampai beberapa minggu.
Bubuk kelor ini biasanya saya pakai untuk campuran memasak telur dadar, nasi goreng, omelet, mie goreng.
Untuk urusan rasa, so far sih anak-anak saya suka. Nggak pahit kok. Cenderung agak manis.
Kalau saya sendiri biasanya bubuk daun kelor ini saya pakai untuk dijadikan wedang. Cukup taruh satu sendok bubuk kelor dalam gelas, lalu diseduh dengan air panas. Saya sendiri nggak menambahkan gula ke dalamnya karena ya itu, rasanya sudah manis kalau menurut saya.
Berkat bubuk kelor ini, alhamdulillah, anak-anak nggak gampang sakit. Saya sendiri yang biasanya suka beli multivitamin penambah kalsium, juga nggak butuh itu lagi.
Post a Comment
Post a Comment