Punya anak kecil, pantaslah kalau rumahnya berantakan! Kalau nggak berantakan, anaknya nggak bakal ada belajarnya.
Benar begitu?
Dulu, awalnya saya sih mikirnya begitu juga. Wajar sih ya kalau mainan anak bisa berantakan di rumah.
Tapi kemudian saya pikir-pikir, masa iya kalau punya anak kecil, rumahnya jadi berantakan terus? Trus itu dianggap wajar? Ya nggak benar juga kalau endingnya mikir begitu.
Apalagi kalau sampai tamu datang ke rumah. Kan enggak enak juga kalau tamu sampai nggak betah dan nggak nyaman karena rumah kita yang berantakan.
Sebetulnya ada salah satu cara agar anak nggak bikin rumah berantakan. Kasih saja hp. Dijamin, anaknya anteng, dianya nggak berantakin mainan, rumah pun jadi rapi dan aman.
Errr… tentu nggak gitu juga kan ya solusinya. Sebagai orang tua, pasti senang juga kalau lihat anak bermain dengan mainannya di rumah. Selama ini orang tua membelikan mainan anak kan tujuannya agar anak senang. Lalu lucu juga kalau anak jadi nggak boleh memainkan mainannya biar rumah nggak berantakan.
Manajemen Penyimpanan Mainan Anak
Kalau dari saya sendiri, salah satu tips agar rumah bisa ada rapinya meski punya anak kecil yang suka ngeberantakin mainan adalah di urusan cara menyimpan mainan anak.
Untuk urutan yang saya lakukan biasanya sebagai berikut:
Siapkan wadah
Meski tidak punya rak atau lemari khusus, biasanya mainan anak-anak saya simpan dalam kantong-kantong khusus.
Harap diingat, karena mainan ini akan dimasukkan ke dalam tas kantong, tentu ukuran mainannya bukan yang jumbo lho ya.
Kantong berbahan kain ini sering banget saya dapatkan dari hasil kondangan. Bentuknya punya tali di bagian ujungnya yang bisa ditarik-serut sehingga kantong jadi tidak mudah terbuka.
Kalau kantongnya sudah siap, selanjutnya adalah memilah-milih mainan menjadi beberapa kelompok.
Kelompokkan berdasarkan jenisnya
Kalau berdasarkan mainan milik anak-anak saya, yang dimasukkan ke dalam tas kantong terpisah adalah sebagai berikut:
Kelompok mainan masak-masakan,
Alat transportasi seperti mobil-mobilan, bus, mobil alat berat, dan sejenisnya
Boneka-boneka kecil
Boneka dinosaurus dan berbagai jenis reptil. Ini karena saking banyaknya, sampai saya kelompokkan tersendiri lho!
Mainan-mainan yang nggak bisa dikelompokkan ke kelompok-kelompok tadi, tapi kok bentuknya pritilan seperti game bentuk hp atau kamera yang ada airnya, rumah-rumahan, dokter-dokteran yang cuma ada beberapa biji saja jumlahnya, biasanya saya kelompokkan tersendiri jadi satu kantong.
Mainan seperti trus atau mobil besar, boneka besar, biasanya saya masukkan tersendiri jadi satu ke dalam kardus.
Untuk berbagai aneka lego KW, saya masukkan ke dalam toples plastik bekas permen.
Awalnya menata semua ini memang capek dan nggak betahin banget! Apalagi saya melakukannya sendirian.
Namun endingnya jadi enak kok. Anak pun kalau mau main, juga jadi mudah memilih mana yang akan dia mainkan.
Manfaat Melibatkan Anak dalam Urusan Membereskan Mainannya
Buibu dan pakbapak nggak mau capek beres-beres mainan anak terus, ya libatkan anak saja untuk membereskan mainannya sendiri.
Jujur, itu yang saya terapkan ke anak-anak meski usianya waktu itu kurang dari dua tahun. Asal anaknya kok sudah bisa diajak komunikasi, paham instruksi, anak-anak ini bisa kok diajak bertanggung jawab untuk membereskan mainannya.
Mau yang anaknya otak kiri tipe mikirnya urut kalau habis ini maunya melakukan ini, atau anak otak kanan yang tipe mikirnya suka lompat-lompat sana sini, kalau dari pengalaman saya sih, bisa-bisa saja.
Kebetulan anak saya yang pertama tipe otak kanan, anak yang bungsu tipe otak kiri.
Untuk tahap, cara, dan manfaatnya bagi anak tentang kenapa harus melibatkan anak dalam urusan membereskan mainannya, begini pengalaman saya…
Bantu anak terlebih dahulu
Untuk tahap awalnya, biasanya tentu saya bantu dulu membereskan mainan dan memasukkan sesuai kelompoknya. Kadang kan anak tahunya beres itu sama dengan mainan nggak terlihat berceceran lagi.
Dengan membantu anak, kita pun bisa mengarahkan dan membiasakan mereka untuk membereskan sesuai dengan kelompok mainannya.
Ini juga sekaligus melatih kemampuan otak anak untuk berlatih mengelompokkan benda sesuai dengan persamaan kriterianya dan membedakan benda yang tidak satu jenis, lho!
Boleh membuka kelompok mainan baru setelah membereskan mainan yang sudah berantakan
Jujur, kalau tantangan saya sih seringnya ada di sini. Misalnya anak lagi main lego. Eh terus dia keinget mainan dinosaurusnya dan ingin membuka mainan dinosaurus.
Kalau memang dua kelompok mainan ini berbeda dan akan dimainkan bersamaan, biasanya masih saya bolehkan.
Tapi kalau mainan yang sedang dimainkan sudah selesai dan dia akan memainkan mainan lain, barulah saya minta membereskan dulu mainan yang sudah selesai.
Awal-awal atau kadang-kadang sering tuh anaknya nggak mau. Tapi sebagai orang tua, kalau saya sendiri, bakal tetap keukeuh sama aturan ini.
Bukan mau ngegalakin anak sih. Tapi belajar membereskan apa yang sudah selesai dilakukan anak ini bakal kepake banget buat kebiasaan anak di masa depannya.
Anak bakal terbiasa bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia lakukan. Bukan malah bikin sesuatu tapi orang lain yang malah kena konsekuensi susah karena ulah anak kita.
Biasakan kebiasaan ini juga saat bertamu di rumah orang lain
Jujur, ini kadang saya dan anak-anak lakukan saat main ke rumah orang. Kan kasihan kalau yang punya rumah malah repot beres-beres setelah kita dan anak-anak pulang dari rumahnya.
Selain itu cara ini sekaligus membiasakan memori anak untuk mengingat, mau di mana pun kalau memang sudah selesai main, ya harus dibereskan. Kalau ritme ini nggak konsisten, anak bisa jadi bingung lho.
Tapi… cara ini nggak bisa berlaku kalau kami main ke rumah yang memang mainannya sudah berantakan. Hahaha…
Lha sekarang gimana kita mau ngeberesin deh. Yang punya rumah saja biasa rumahnya seperti itu. Kita yang tamu juga jadi bingung mau membereskan mainan yang mana dan di mana.
Serba Salahnya saat Ada Tamu Anak Kecil Main ke Rumah
Pernah nggak ada anak orang main ke rumah kita, berantakin mainan, eh selesainya ditinggal pulang gitu aja?
Siapa yang suka bilang, "Ah nggak apa-apa, namanya anak kecil. Udah biarin aja," tapi endingnya pas tamunya pulang trus beres-beres sambil ngomel? Siapa hayo yang gitu?
Hahaha, kalau saya tipe yang nggak akan bilang 'biarin aja' saat ada tamu bawa anak kecil dan melakukan hal itu. Makanya sebisa mungkin, mainan anak-anak saya umpetin di dalam kamar. Kalau ada tamu yang anaknya masuk-masuk kamar, nah itu yang namanya kebangetan…
Apalagi sering kejadian tamu yang bawa anak kecil ini bisa nggak hanya berantakin mainan. Tapi juga ngerusakin mainan.
Meanwhile, mainan anak itu kalau buat saya termasuk properti shooting buat bikin juga. Jadi beneran saja jaga.
Jadi kalau ada tamu yang main ke rumah, biasanya bakal saya keluarin mainan sekedarnya saja. Nggak yang semua-semua dikeluarin trus bikin saya lieur ngeberesin pas tamunya pulang.
Itu juga yang saya pesankan ke anak-anak kalau ada temannya main ke rumah. Kalau anaknya sudah besar seumur Kayyisah yang sudah SD, biasanya sebelum temannya pulang, saya bilang untuk bantu Kayyisah beres-beres.
Pun sambil saya awasi. Jangan sampai teman anak kita beres-beres, eh anak kita sendiri cuma duduk sambil nyuruh ambil ini itu ke temannya yang gerak ngeberesin mainan.
Jadi seperti itulah kalau versi saya tentang bagaimana rumah bisa ada rapinya meski anak-anak punya banyak mainan dan suka memainkannya.
Kan jadinya enak. Kitanya nggak capek tiap hari harus membereskan dan merapikan mainan anak. Anak pun juga ternyata ada hal yang bisa bermanfaat untuknya dari kegiatan membereskan mainannya sendiri.
Post a Comment
Post a Comment