Beberapa waktu yang lalu,
para orang tua sudah menerima raport dari pihak sekolah. Selain raport,
kira-kira ada nggak ya yang sekolah anaknya juga memberikan portofolio hasil
proses anak selama belajar di sekolah?
Kalau anak saya Kayyisah
yang bersekolah di SD Muhammadiyah Lamongan, pihak sekolahnya juga membagikan
portofolio tersebut ke kami para orang tua. Jadi tidak hanya terima raport
saja. Isi portofolio tersebut berupa lembaran hasil ujian anak berikut
penilaiannya.
Sebetulnya pembagian
portofolio ini sudah pernah saya terima juga saat Kayyisah bersekolah TK di TK
ABA Perumnas Made Lamongan. Yang namanya portofolio anak TK, isinya ya
kebanyakan hasil karya berupa seni, seperti menempel, menggambar, mewarnai,
menggunting, dan hanya beberapa yang merupakan hasil menulis atau berhitung.
Berbeda dengan portofolio
saat SD. Isi portofolio yang dibagikan pihak SD tempat Kayyisah bersekolah
adalah segala hasil ulangan atau ujian.
Dibanding memerhatikan nilai
raport atau ranking berapa dia di kelas, saya malah lebih fokus ke portofolio
ini. Betul-betul saya perhatikan, seperti apa anak saya kalau mengerjakan soal
ulangan atau ujian di sekolah.
Baca juga: Membimbing Anak Belajar
Berbagai Hal yang Bisa Orang Tua Pelajari dari Portofolio Anak
Meski portofolio atau
kumpulan hasil ulangan dan ujian ini berasal dari seluruh mata pelajaran yang
ada di sekolah, namun sebenarnya, ada beberapa poin yang bisa orang tua perhatikan.
Sebagai bahan evaluasi akan
proses belajar anak selama di sekolah, kita bisa bisa melihat secara acak, soal-soal
seperti apa yang dinyatakan benar dan salah. Untuk itu, ini dia beberapa hal
yang bisa orang tua perhatikan dari portofolio anak.
1. Kemampuan literasi
Buat saya sendiri yang pernah
menjadi guru SD dan SMA, ini merupakan hal yang paling dasar. Mau secerdas atau
setinggi apapun hasil tes IQ anak, buat saya kemampuan literasi ini penting.
Apalagi saat ini, guru
dituntut untuk memberikan soal yang bentuknya kompleks. Maksudnya, jika aslinya
pertanyaannya tentang di mana ikan hidup dan bisa dijawab dengan mudah dengan
jawaban ‘air’, nyatanya soalnya nggak dibuat sesimpel itu.
Ada redaksional yang
mengawali pertanyaan tersebut. Soalnya pun bisa menjadi seperti ini: Ikan adalah
hewan yang bernapas dengan menggunakan insang. Karena itu, ikan adalah hewan
yang hidup di …
Coba deh dari kaca mata kita
sebagai orang tua, mungkin akan mikir: mbok ya repot banget sih bikin soal kok
pakai acara muter sana sini dulu. Kenapa nggak to the point?
Sebagai mantan guru,
nyatanya, ya begitulah para bapak ibu, tuntutan guru zaman sekarang. Hehehe… Soal
model ini aslinya, dibuat agar anak bisa berpikir kritis. Ehm, begitulah konon
katanya…
Dalam dunia pendidikan, soal model ini disebut HOTS atau singkatan dari higher order thinking skill.
Baca juga: Cerita tentang Gilang, Anak yang Ber-IQ Paling Tinggi Namun Hampir Tidak Naik Kelas
Kemampuan literasi ini
sendiri masih saya bagi lagi menjadi beberapa hal. Mulai dari:
- Seberapa paham anak dengan redaksional soal
Kalau anak salah dalam
menjawab soal, bisa ada dua kemungkinan: anak tidak paham soal, atau soalnya
yang memang punya redaksional tidak tepat.
Karena itu, coba cross check
ke anak, kenapa ia sampai salah menjawab soal tersebut. Jika orang tua merasa
soalnya sudah baik-baik saja, coba jelaskan ulang maksud dari soal yang ada. Kalau
memang anak bisa menjawabnya, berarti pemahaman anak terhadap soal tersebut
yang kurang.
- Seberapa banyak anak tahu kosa kata
Ini terutama bagi anak yang
tinggal atau memiliki bahasa ibu yang bukan bahasa Indonesia. Terkadang, anak
sampai bisa salah menjawab soal karena ada kosa kata yang tidak ia pahami.
Misalnya kata peraduan di
soal: Matahari kembali ke peraduannya. Itu artinya, hari sudah menjelang…
Ada beberapa anak yang tidak
paham kata peraduan yang kerap berarti tempat istirahat. Karena tidak tahu,
akhirnya ia pun jadi salah menjawab soal.
- Seberapa paham anak dengan pelajaran yang sudah ia pelajari
Ini berkaitan dengan sub
poin yang pertama tadi ya. Kalau orang tua merasa redaksional sudah baik-baik
saja, lalu saat kita jelaskan maksud soalnya tapi anak masih menjawab salah,
bisa jadi, memang anak masih belum paham materi yang ditanyakan dalam soal tersebut.
- Bagamana kemampuan logika anak
Karena saking kompleksnya
model soal, terkadang anak sampai bingung dengan logika soal. Misalnya soalnya
seperti ini: Ada duabuah keranjang. Keranjang A berisi batu dengan berat lima
kelereng. Sedangkan keranjang B berisi kertas dengan berat 10 kelereng.
Keranjang yang lebih berat adalah …
Ini ya, kalau anak saya Kayyisah,
selalu menjawab dengan benda yang logikanya lebih berat. Padahal, dia sudah
belajar pengukuran tidak baku. Alhasil saat dia menjawab batu, jawabannya salah
deh!
Selain itu, soal sebab
akibat juga bisa membuat kita melihat bagaimana kemampuan logika anak dalam
memahami soal.
Tips dari saya jika dari mencermati
hasil portofolio tersebut kok kita merasa kemampuan anak dalam hal literasi
kurang, itu artinya kita perlu lebih mengajaknya melakukan aktivitas membaca.
Jika anak dalam tingkat
kelas rendah yaitu kelas 1 hingga 3 SD, coba ajak dia untuk membaca setiap
harinya dengan bacaan atau cerita yang pendek. Kalau bisa di-drill setiap hari
ya.
Hal ini pernah saya temukan
pada murid saya di sebuah SMA. Kemampuan literasinya parah banget karena dia
tidak terbiasa dengan bahasa Indonesia. Sama teman saya yang guru BK, dia dibimbing
setiap hari membaca cerita pendek anak-anak. Hasilnya, kemampuan akademiknya
pun membaik.
2. Kemampuan matematika
Mau apapun jadinya anak
nantinya, yang namanya sekolah, ya mau tidak mau harus belajar matematika. Karena
di kehidupan nyata, aktivitas berhitung itu selalu ada. Simpelnya, setiap
manusia hampir selalu setiap hari berurusan dengan uang kan?
Untuk anak usia sekolah
sendiri, pembiasaan berhitung itu penting. Apalagi jika bisa berhitung cepat. Sering
saya jumpai hingga anak sudah duduk di kelas 5 SD atau bahkan kelas 1 SMA,
menghadapi soal angka 1 dibagi nol saja bingung mau menjawab apa.
Atau gara-gara tidak bisa
berhitung cepat, anak jadi tidak bisa menyelesaikan semua soal yang ada. Endingnya,
nilai matematika anak pun jadi jelek.
Untuk tipsnya terutama bagi
anak yang kemampuan matematikanya kok lemah, coba beri drill setiap harinya
dengan mengerjakan soal-soal matematika sederhana.
Pengalaman waktu mengajar di
sebuah SMA sebelumnya, ada kebiasaan melakukan drill matematika sebelum memulai
pelajaran. Proses ini dilakukan di awal-awal anak masuk SMA.
Prosesnya, anak diberi satu
lembar soal yang berisi penjumlahan dan pengurangan dua kolom angka. Lalu dalam
waktu tertentu, anak diminta mengerjakan. Selesai nggak selesai, kalau waktunya
habis, ya semua harus selesai mengerjakan.
Nantinya, guru matematika
akan mengoreksi dan melihat jumlah benar dan salah. Sebagai pacuan, nilai
tersebut diumumkan di papan pengumuman. Baik guru dan murid sendiri jadi tahu
progress mereka dari hari ke hari.
Faktanya, seiring waktu,
cara ini membuat kemampuan matematika anak jadi lebih baik, lebih cepat dalam
mengerjakan. Semua karena mereka terbiasa dengan angka. Ketemu angka 8 + 5,
anak sudah auto tahu apa jawabannya tanpa melihat tangan lagi.
3. Ketelitian dan ketepatan
Saat melihat portofolio
anak, coba lihat beberapa soal yang dijawab salah. Tanyakan ulang ke anak. Kalau
dia ternyata bisa menjawab benar, berarti bisa jadi dia tidak teliti.
Masalah ketelitian yang
berhubungan dengan ketepatan anak dalam menjawab soal ini penting banget lho. Seperti
anak saya Kayyisah. Dia suka sekali terburu-buru saat mengerjakan soal.
Ada rasa bangga yang dia
utarakan saat mengatakan bisa mengerjakan lebih cepat dibandingkan
teman-temannya. Alasannya, karena kalau sudah selesai mengerjakan, dia bisa menunggu
waktu selesai ujian dengan menggambar. Hadeuh…
Kalau dari saya sendiri,
pembiasaan untuk teliti dan tepat dalam menjawab ini saya selipkan dalam drill
literasi dan matematika. Kalau sampai salah karena nggak teliti, kan ya
akhirnya anak jadi rugi karena nilainya tidak maksimal.
Baca juga: Pekan Olahraga Otak dan Asyiknya Belajar Meski Tidak Lagi Jadi Anak-anak
4. Pengetahuan atau wawasan
Sebetulnya, banyak pelajaran
yang kemudian diujikan di sekolah itu adalah hal-hal yang menjadi pengetahuan atau
wawasan dasar. Sayangnya, bagi anak yang jarang membaca hal umum, akhirnya dia
jadi harus lebih belajar dan mengingat materi yang ada di sekolah.
Dulu sewaktu saya mengajar
di kelas 5 SD, ada salah satu murid yang terkenal sering maju mengikuti lomba
di bidang IPA. Tapi saat ujian pelajaran di sekolah, ia pun tetap jago
mengerjakan soal IPS.
Misalnya soal budaya dan
asalnya. Saat teman-temannya bingung menjawab soal berasal dari manakah tari
pendet, murid istimewa saya tadi itu tahu jawabannya. Sementara murid yang lain,
beralasan tidak tahu karena terlalu banyak yang harus dihapal.
Mendengar alasan
teman-temannya tadi, murid jagoan tadi pun merasa heran. Menurutnya, itu adalah
hal yang sudah umum dan banyak orang tahu.
Kalau saya runut, memang si
anak pintar ini punya kebiasaan banyak membaca dan melihat berita. Jadi ketika
informasi yang biasa ia ketahui dari televisi, buku, atau koran itu keluar di
soal ujian, ia tahu. Tapi aslinya, ia sudah lebih tahu dulu sebelum guru di
menyampaikan materi tersebut di kelas.
Baca juga: Fitur di Sebuah Aplikasi Belajar yang Bakal Bikin Kemampuan Otak Meningkat
Berkomunikasi dengan Anak Sambil Mencermati Portofolio
Saat kita meneliti portofolio
anak, ada baiknya, ajak anak untuk melihat bersama-sama. Orang tua pun jadi
bisa menkonfirmasi bagaimana proses anak dalam ujian atau mengerjakan soal
ulangan, sampai bagaimana proses anak saat belajar di sekolah.
Kalau bisa, lakukan hal ini
seobjektif mungkin. Jangan sampai orang tua jadi malah terlalu menyalahkan
anak, atau mendengar sepihak aduan anak tentang hal-hal yang menurutnya tidak
pas dilakukan di sekolah.
Misalnya saat menemukan soal-soal
yang salah dijawab anak lalu ia beralasan karena hal itu belum diajarkan, coba
cermati lagi. Orang tua harus teliti saat mendengar jawaban anak agar tidak ada
pihak yang akhirnya malah disalahkan.
Kalau saya sendiri,
seandainya ada hal yang kurang baik itu karena faktor anak, guru, atau sekolah,
saya lebih memilih untuk mencari solusi bagaimana memerbakinya. Buatlah catatan
atau kesepakatan bersama, apa saja yang harus diperbaiki, dan bagaimana cara
memerbaikinya.
Baca juga: Masa Belajar di Rumah, Waktunya Menumbuhkan Karakter Positif Pada Anak
Tuh, ternyata banyak juga ya
yang bisa kita manfaatkan dari portofolio atau kumpulan hasil ulangan dan ujian
anak di sekolah. Karena sebetulnya itu bukan hanya bentuk laporan pertanggungjawaban
guru terhadap proses anak belajar di sekolah. Akan tetapi, orang pun bisa memanfaatkan
untuk bahan evaluasi proses belajar anak selanjutnya di sekolah.
Post a Comment
Post a Comment