“Mbak, aku keluar,” demikian pesan adik saya
yang membuat napas saya setengah lega, juga setengah sesak.
Pada akhirnya, adik keluar dari pekerjaannya
di bank setelah belasan tahun bekerja di sana. Lega, karena tak ada lagi keluh
kesahnya yang lelah harus mendampingi anak buahnya menagih nasabah. Tak ada
lagi cerita bos baru yang malah mengajaknya bersaing dalam kantor.
Namun, ada perasaan sesak juga saat teringat
kedua orang tua. Ayah dan ibu, mungkin seperti kebanyakan orang tua lainnya
justru bingung melihat kedua anaknya malah keluar kerja di saat pandemi.
Tapi mau bagaimana lagi. Pandemi yang ada tak
hanya membuat orang-orang di-PHK. Ada juga orang-orang seperti saya dan adik
yang justru memutuskan keluar kerja. Bagaimana tidak, tetap bertahan di sana,
justru yang ada adalah kondisi keuangan yang tidak bisa dilogika. Kerja tapi
kok malah makin susah keuangannya, aneh kan? Ya sudah, keluar saja!
Jika saya lalu memutuskan kembali menekuni
kegiatan blogging, adik saya memilih untuk meneruskan usaha ayah berjualan buah
di pasar. Sebetulnya sudah cukup lama adik ingin menekuni usaha tersebut. Tapi
karena urusan kantornya yang cukup menyita waktu dari pagi sampai malam,
akhirnya baru setelah keluar kerja, adik menekuni usaha penjualan buah di pasar
tradisional.
Semua Berawal dari Tradisi Berjualan Ayah yang Masih dengan Cara Lama
Sebetulnya usaha buah yang dirintis ayah,
hasil peninggalan almarhum mbah kakung itu dulu cukup maju. Apalagi ayah punya
kemampuan manajerial usaha dan keuangan yang cukup bagus, hasil pengalaman saat
dulu bekerja di sebuah perusahan minuman ringan terbesar di dunia yang pusat
kantor cabangnya ada di Jakarta.
Dari peninggalan almarhum mbah kakung, ayah
meneruskan usaha penjualan buah yang oleh ayah, dikhususkan hanya buah
semangka. Buah lain yang kadang ayah jual hanyalah melon, belewah, atau timun
mas.
Lokasi tokonya ada di deretan pergudangan
pasa Sidoharjo, Lamongan. Jadi bisa dibilang, ayah adalah penjual besar yang
membeli dari juragan buah yang ada di sawah. Lalu, ayah menjual buah itu ke
kebanyakan beberapa penjual buah lainnya yang ada di Kota Lamongan.
Strategi usaha ayah yang dulu dan bahkan
hingga sekarang ia jalani adalah sebagai berikut.
1. Buah haruslah yang kualitas bagus sehingga
tidak mengecewakan pembeli
2. Semaksimal mungkin meniadakan utang. Jika
membeli barang dari juragan semangka di sawah, maksimal beberapa hari kemudian,
ayah akan melunasi pembayarannya.
3. Meladeni pembeli dengan baik dan jujur.
Kalau ada barang yang kualitasnya kurang bagus, ayah akan bilang jujur apa
adanya.
Akhirnya, banyak juragan dan pembeli yang
percaya dan berlangganan hubungan jual beli dengan ayah. Sayangnya, hal itu
tidak berlangsung lancar akhir-akhir ini. Salah satu alasannya karena ayah
hanya mengandalkan komunikasi dengan hp biasa. Bukan smart phone seperti yang
kebanyakan orang pegang saat ini.
Bahkan, untuk sms pun ayah tidak bisa. Jadi
hanya melulu menghubungi orang dengan telepon. Hal inilah yang lalu jadi salah
satu kelemahan yang adik lihat dari usaha ayah.
Berbeda dengan ayah, adik bahkan sampai
melakukan persiapan dulu sebelum ia benar-benar terjun berjualan di pasar.
Dengan Internet, Inilah yang Adik Lakukan untuk Berjualan Buah di Pasar Tradisional
“Mbak, bisa main Google Ads?” tanya adik saya
suatu ketika.
Saya hanya bisa nyengir tersenyum lebar.
Meski mengaku sudah lama kerja berurusan dengan internet, tapi untuk urusan
Google Ads yang itu bagian dari digital marketing, saya angkat tangan.
Adik saya lalu menunjukkan di hasil pencarian
Google untuk kata kunci ‘toko buah Lamongan’. “Ini kenapa ya Mbak kalau kita
ketik kata ini kok langsung bisa keluar toko ini?” kata adik penasaran.
Waduh, saya makin menggelengkan kepala karena
tidak tahu. Dalam hati saya merutuki diri, kenapa kok sampai tidak kunjung
belajar digital marketing dengan benar hingga tidak bisa menolong adik sendiri.
Selanjutnya, adik masih bertanya ini itu
sambil bercerita. Katanya, ia ingin di Google muncul nama Rafa Buah, toko buah
milik ayah yang nanti akan diteruskan usahanya oleh adik.
Selama bercerita, saya tangkap, ada beberapa
yang sudah dilakukan adik sebelum ia benar-benar terjun ke usaha penjualan buah
yang ada di Pasar Sidoharjo Lamongan. Dan beberapa cara berikut tentunya tidak
atau belum pernah dilakukan oleh ayah sebelumnya.
- Mengumpulkan informasi atau kontak penjual
buah yang bisa menyuplai stok buah ke Toko Rafa Buah di Pasar Sidoharjo
Lamongan. Sementara itu kalau ayah selama ini hanya terpaku pada penjual yang
itu-itu saja. Jarang bisa membuka diri dengan penjual baru dikarenakan
keterbatasan gawai yang ayah gunakan.
Selain itu, ayah hanya mau buah itu-itu saja.
Tidak mau buah lain. Alhasil, saat buahnya tidak musim, ya tokonya tutup.
Pembeli langganan pun sampai kerap bertanya-tanya, ini tokonya masih buka nggak
ya?
- Menghubungi pihak pengiriman yang akan
menjadi pasukan pengantar buah dari Toko Rafa Buah ke rumah konsumen. Jadi,
pembeli nantinya bisa pesan lewat WhatsApp.
- Satu cara lain yang baru saya sadari
adalah, adik ternyata sampai meriset juga, penjualan buah yang seperti apa yang
dibutuhkan konsumen tapi masih jarang atau bahkan belum ada di Lamongan.
Akhirnya di Rafa Buah Lamongan, selain
menjual buah-buah impor dan lokal, Rafa Buah juga menerima pesanan parsel buah.
Saat pandemi dan Ramadan atau Idul Fitri kemarin, penjualan parsel ini cukup
laris.
Kalau awalnya saya sempat berpikir, “Ngapain
sih jualan buah di pasar tradisional saja kok sampai sebegitunya ngublekin
internet?” Eh ternyata, saya akui, cara adik saya cukup keren dalam menggunakan
internet untuk urusan usahanya berjualan buah di pasar tradisional.
Selain dengan cara-cara tadi, beberapa cara
lain yang dilakukan adik saat berjualan di Rafa Buah Lamongan dengan modal
internet adalah sebagai berikut.
1. Memanfaatkan Google Maps
2. Menggunakan WhatsApp
3. Menggunakan Instagram
4. Bermain di Facebook dan Fanspage
Saat Adik Membutuhkan Akses Internet di Pasar
Beberapa hari yang lalu, kudengar dari adik
kalau ia akan memutus jaringan internetnya di rumah. Alasannya, adik dan
istrinya berjualan di pasar sejak pagi hingga malam. Sementara anaknya yang
akan masuk SMP juga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah mbahnya. Rumah pun
sering kosong sepanjang hari.
Tetapi, adik ingin memasang jaringan internet
di kiosnya yang ada di pasar. Ia begitu membutuhkan jaringan internet seperti
IndiHome yang merupakan Internetnya Indonesia dari Telkom Indonesia.
Dengan IndiHome, adik bisa merasakan beberapa
manfaat internet dan untuk diakses di pasar. Kebutuhan komunikasi untuk urusan
jual beli barang baik itu lewat telepon maupun internet yaitu WhatsApp jadi
lebih mudah jika ada jaringan internet di kios mereka.
Post a Comment
Post a Comment