Inginnya sembuh tapi malah sakit, itulah akibat yang harus ditanggung jika salah cara konsumsi obat.
Sebagai benda yang seharusnya bisa menyingkirkan penyakit, ada beberapa kemungkinan yang justru menyebabkan obat bisa mengancam jiwa pengkonsumsinya. Bisa jadi, hal tersebut dikarenakan kekurangtahuan kita akan konsumsi obat.
Macam obat ada dua, yang dijual bebas dan yang merupakan resep dokter. Obat bebas sendiri masih digolongkan lagi menjadi dua macam, obat bebas dan obat bebas terbatas.
Obat bebas yang dapat dibeli tanpa resep dokter ini ditandai dengan logo lingkaran hitam berwarna hijau. Sedangkan obat dikategorikan termasuk dalam obat bebas terbatas dikarenakan obat tersebut bisa dibeli tanpa resep dokter namun hanya dapat dikonsumsi dengan jumlah yang terbatas.
Untuk itu, obat inipun hanya dapat dibeli dengan takaran-takaran jumlah tertentu. Misalnya, obat hanya dapat dibeli dalam jumlah maksimal empat atau sepuluh butir.
Obat yang masuk kategori bebas terbatas ini biasanya memiliki logo berupa lingkaran hitam dengan warna dasar di dalamnya biru.
Obat ini juga disertai peringatan-peringatan tertentu. Misalnya pada obat batuk, atau obat yang hanya boleh dipakai di luar. Sedangkan obat yang berbentuk tablet biasanya ada takaran-takarannya sehingga hanya bisa dibeli dalam jumlah tertentu.
Baca juga:
Menyiasati Anak Susah Minum Obat
Bagaimana dengan obat resep dokter? Obat ini pun sebetulnya masih dibagi lagi menjadi dua kategori, obat resep dokter biasa dan obat narkotika yang juga tentunya memerlukan resep dokter.
Jika obat resep dokter bisa ditebus di apotek lain dengan menggunakan copy recipe, maka obat narkotika harus tidak bisa ditebus dengan cara yang sama.
Obat yang hanya bisa diberikan dengan resep dokter itu memiliki logo lingkaran hitam dengan warna dasar merah dan ada huruf K di dalamnya.
Sedangkan logo bagi obat narkotika adalah berbentuk lingkaran hitam berwarna dasar merah dan terdapat tanda palang di dalamnya.
Karena efeknya yang bisa menimbulkan ketergantungan, maka obat ini pun harus menggunakan resep dokter asli.
Perhatikan Aturan Pakai
Meski aturan pakai obat sudah jelas-jelas tertulis dalam kemasan atau bahkan dalam resep dokter, tidak sedikit masyarakat yang melanggar peringatan tersebut. Hal sepele namun bernilai penting misalnya pada pemakaian obat antibiotik.
Sering orang mengkonsumsi obat antibiotik tapi tidak sampai habis. Biasanya mereka menghentikan pemakaian karena sudah merasakan efek obatnya.
Padahal, dokter biasanya memberikan obat antibiotik karena tahu takaran yang harus digunakan untuk membasmi kuman penyakit orang tersebut.
Saat obat antibiotik dikonsumsi, biasanya ada proses di mana kuman akan melemah dan kemudian mati. Namun ketika kuman melemah dan konsumsi obat dihentikan, maka di waktu yang akan datang, kuman tersebut dapat lebih kebal terhadap obat antibiotik yang diberikan.
Akibatnya, dosis obat pun justru bertambah. Lebih parahnya lagi, obat yang belum habis sebelumnya dikonsumsi lagi ketika sakit yang sama menyerang.
Tentunya sisa obat itu tidak dapat mengobati penyakit yang sedang dialami. Dan akan makin menjadi fatal apabila sisa obat yang disimpan tersebut ternyata sudah melewati waktu expired atau kadaluarsa. Bukannya penyakit berkurang atau sembuh, yang ada justru malah sakit bertambah.
Expired dead atau waktu habis masa obat harus diperhatikan. Selain itu, obat juga berbahaya atau tidak dapat mengobati penyakit karena tidak memperhatikan penyimpanannya.
Selain itu, perhatikan sirup yang sudah dibuka, disimpan, dan kemudian terjadi perubahan warna atau mengalami pengendapan. Karena, sirup tersebut sebetulnya sudah rusak sehingga tidak boleh lagi dikonsumsi.
Obat tetes mata yang sudah dipakai terus masih ada sisa, sebetulnya juga tidak boleh disimpan lama. Obat ini maksimal masih bisa dipakai setelah satu bulan dibuka atau dipakai. Setelah itu, obat tetes mata itu harus dibuang.
Obat yang salah dikonsumsi juga bisa mengakibatkan efek kerjanya berkurang, hilang, atau bahkan membahayakan kondisi tubuh. Contohnya, mengkonsumsi obat yang mengandung tetrasilin atau ampisilin yang diminum dengan susu atau dikonsumsi bersamaan dengan obat maag.
Baca juga:
Rahasia Sehat Ayah Ibu yang Lansia Saat Divaksin Moderna
Minum obat memang alangkah baiknya dengan air putih. Kalau ia diminum dengan menggunakan minuman yang mengandung kafein, bisa membuat obat bekerja lebih cepat dan bisa-bisa membahayakan tubuh. Apalagi kalau mereka yang punya jantung lemah.
Belilah Obat di Apotek Resmi
Setelah mengetahui ada obat dengan logo yang berbeda-beda, maka tentu kita harus lebih mewaspadai bilamana menemukan obat dengan logo resep dokter namun dijual bebas dan dengan harga yang lebih murah. Bisa-bisa, malah obat tersebut dapat mengancam keselamatan kita yang mengkonsumsinya.
Dari peraturan Dinas Kesehatan sendiri diminta untuk membeli obat dari outlet atau suplier yang resmi. Lebih baik memang membeli obat yang memiliki kualitas terjamin.
Obat yang dijual di tempat berbeda dengan harga lebih murah bisa jadi diakibatkan jumlah kadar kandungan obatnya yang tidak sama. Otomatis, manfaat obat tidak lagi bekerja seperti yang seharusnya atau seperti obat aslinya.
Pihak rumah sakit sendiri pun biasanya tidak hanya memperhatikan masalah pembelian obat itu saja. Aturan penyimpanan obat pun juga mereka perhatikan. Karena kalau disimpan tidak pada suhu yang seharusnya, bisa mengurangi efek kerja obat.
Beritahukan Kondisi Tubuh ke Tenaga Kesehatan
Untuk mencegah masalah yang timbul saat mengkonsumsi obat, ada rumah sakit yang sampai mencantumkan beberapa poin di balik kantong plastik obat yang akan dibawa oleh pasien.
Kita pun bisa menjadikannya sebagai patokan dalam mengkonsumsi obat di kemudian hari. Misalnya tentang beberapa hal yang perlu diketahui dokter atau petugas farmasi tentang kondisi tubuh kita saat berobat.
Baca juga:
Anak Kejang? Bisa Jadi Karena Alergi Obat Antimual
Hal yang perlu kita sampaikan tersebut antara lain, apakah memiliki alergi, keberadaan resep obat yang juga sedang dikonsumsi saat itu, keberadaan obat bebas, diet suplemen, vitamin, jamu, atau obat tradisional yang sedang dikonsumsi rutin. Atau, apakah pasien sedang hamil dan menyusui.
Pihak rumah sakit pun biasanya menyarankan pasien yang menebus obat untuk menanyakan perihal kegunaan obat yang ditebusnya, banyaknya dosis yang harus diminum, cara pemakaian, efek samping yang mungkin ditimbulkan, sampai pada makanan, minuman, atau aktivitas yang harus dihindari selama mengkonsumsi obat.
Selain itu, pasien juga bisa menanyakan seputar kekhawatirannya tentang efek obat tersebut di kemudian hari jika ternyata sebelumnya pernah mengkonsumsi obat yang sama.
Nah dengan memperhatikan hal-hal tersebut, semoga di kemudian hari kita tidak sampai mengalami masalah jika harus berurusan dengan obat ya.
Post a Comment
Post a Comment