“Jangan dekat-dekat, orang itu kena kusta!
Nanti kamu ketularan, lho!”
Kata-kata itu dulu sewaktu kecil sering terdengar
dari orang dewasa di sekitar saya. Saat itu di tahun 90-an, penyakit kusta
masih sering dijumpai ada di masyarakat. Tidak selangka seperti sekarang.
Seiring waktu, kini kusta memang sudah bisa
dibilang penyakit yang cukup jarang dijumpai di masyarakat. Makin jauh
berkurangnya kasus penyakit kusta ini tidak diimbangi dengan pemahaman
masyarakat bahwa mereka yang sudah sembuh dari kusta tidak akan menulari orang
di sekitarnya.
Bahkan, masih ada masyarakat yang menganggap
kalau kusta adalah penyakit kutukan yang tidak bisa sembuh, lho! Padahal aslinya
faktanya nggak seperti itu.
Hingga akhirnya, ada fakta yang menyedihkan yang
banyak terjadi di masyarakat. Para penyandang disabilitas dan orang yang pernah
mengalami kusta atau OYPMK, sering mendapat perlakuan diskriminatif. Mulai dari
menerima bullying atau perundungan, hingga bahkan tidak diterima kerja. Alasannya
ya tu tadi, pernah sakit kusta, dan takutnya nanti malah menulari ke teman
kerjanya.
Padahal faktanya ternyata nggak seperti itu,
lho! Mereka yang menyandang OYPMK ini sudah menjalani pengobatan dan
benar-benar dinyatakan sembuh. Mereka pun membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari.
Karena adanya kondisi itulah yang akhirnya
membuat Berita KBR bekerja sama dengan NLR Indonesia mengangkat tema ‘Memberikan
Kesempatan Kerja bagi Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta? Kenapa
Tidak?’ pada acara Ruang Publik KBR.
Dalam sesi yang ditayangkan pada tanggal 15
Juni 2021 dan dipandu oleh Bapak Rizal Wijaya dari KBR tersebut, ada beberapa
narasumber yang dihadirkan. Di antaranya adalah Bapak Angga Yanuar, Manager
Proyek Inklusi Disabilitas NLR (Netherlands Leprosy Relief) Indonesia, Ibu
Zukirah Ilmiana, pemilik PT Anugrah Frozen Food, serta Muhamad Arfah yang kini
berstaus OYPMK.
Nah, seperti apa hasil bincang-bincangnya
waktu itu, yuk simak tulisan saya ini ya.
Fakta yang Perlu Diketahui tentang Kusta
Kira-kira ada yang masih awam nggak tentang
apa itu kusta?
Jadi, kusta adalah penyakit yang menginfeksi tubuh
manusia dan penyebabnya adalah bakteri. Penyakit ini masuk dalam kategori
penyakit tropis yang terjadi pada kulit manusia.
Kusta bisa menyebabkan disabilitas atau cacat
bagi penderitanya jika seseorang yang terinfeksi bakteri kusta, tidak segera
diketahui dan ditangani dengan baik. Kusta yang lambat ditangani, mampu
menyerang saraf motorik, sensorik, dan otonom sehingga penderitanya akan
mengalami kelainan struktur tubuh.
Menurut Bapak Angga, ada beberapa kondisi
yang bisa menyebabkan seseorang tertular kusta. Di antaranya adalah kontak erat
yang cukup lama dengan orang yang menderita penyakit kusta. Meski termasuk
penyakit menular, faktanya, ternyata penyakit kusta ini bukan penyakit yang
gampang menular lho.
Seseorang yang terkena penyakit kusta
biasanya ditandai dengan munculnya bercak putih atau merah dan terasa mati
rasa. Itu tanda yang awam bisa kita jumpai.
Disabilitas akibat kusta. Sumber foto: CNN Indonesia |
Sedangkan bila diperiksa lebih lanjut, orang
yang terkena kusta akan mengalami penebalan saraf, pembengkakan, dan
sebagainya.
Nah jadi pesan Pak Angga, kalau merasa
terjadi kemunculan bercak putih atau merah yang kemudian diikuti dengan kondisi
mati rasa, segeralah periksakan diri ke Puskemas terdekat. Obatnya gratis, lho!
Terkait penyakit kusta di Indonesia, ada
beberapa fakta yang di awal acara dipaparkan oleh Bapak Angga.
1. Indonesia ternyata masih menduduki
peringat ke tiga kasus terbanyak kusta sedunia. Peringkat ini tertinggi setelah
India dan Brasil.
2. Setiap tahunnya masih dijumpai 15 ribu
sampai 17 ribu pasien.
3. Pada tahun 2000, sebetulnya Indonesia
sudah mencapai penurunan terjadinya kasus kusta dengan angka kejadian 1 banding
10 ribu penduduk.
4. Di Indonesia, penyebaran kusta ada di
sembilan provinsi yang masih dinyatakan belum bebas kusta. Daerah-daerah yang
masih belum bebas kusta contohnya terjadi di daerah Papua, Sulawesi Selatan, NTT,
Jawa Timur, dan Sumatera Barat.
Meski menjadi penyakit langka, banyak
masyarakat Indonesia yang awam dengan keberadaan OYPMK. Apalagi jika terlihat
kalau OYPMK tersebut sudah di tahap mengalami disabilitas. Hm… sepertinya
makin-makin deh dianggap mampu menulari orang lain.
Cara
Membantu Para Penyadang Disabilitas dan OYPMK
Kalau tadi sudah ada paparan tentang
serba-serbi penyakit kusta, di acara Ruang Publik beberapa waktu yang lalu,
saya juga bisa mendapat ilmu tentang bagaimana menghadapi mereka yang bersatus
OYPMK.
Lewat Ibu Zukirah, beliau menerangkan
bagaimana kita sebagai masyarakat sebaiknya merespon para OYPMK.
1. Pahami dulu apa dan bagaimana penyakit
kusta
2. Bantu para OYPMK untuk tidak
menyembunyikan identitasnya
3. Memberi motivasi kepada para OYPMK
Bapak Angga pun menambahkan, ada dua cara
yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri para penyandang disabilitas
dan OYPMK.
1. Meningkatkan motivasi secara khusus kepada
OYPMK. Karena yang ada, para OYPMK ini banyak juga yang merasa minder dan
bahkan masih menganggap dirinya tidak akan diterima di masyarakat karena
kondisinya tersebut.
2. Meningkatkan kesadaran kita kepada para
OYPMK. Caranya, kita perlu membekali diri dengan pengetahuan yang cukup tentang
apa dan bagaimana itu kusta.
Dengan pemahaman yang makin meningkat dan
makin baik tentang kusta, kita pun bisa menghapus anggapan-anggapan tidak baik
tentang penyakit tersebut. Misalnya anggapan mulai dari kusta adalah penyakit
kutukan, penyakit yang mudah ditularkan, serta anggapan bahwa kusta adalah
penyakit yang tidak bisa sembuh.
Kondisi itulah yang otomatis bisa membuat
siapapun akhirnya menerima kehadiran para OYPMK.
Ibu Zukirah pun menyayangkan anggapan bahwa
para penyadang disabilitas dan OYPMK adalah tanggung jawab pemerintah khususnya
Kementerian Sosial saja. seharusnya masyarakat perlu ikut membantu sebagai
bentuk kepedulian sosial.
Perusahaan Ibu Zukirah yang berada di daerah
Bulukumba ini sendiri hingga kini menerima magang dari mereka yang menyandang
disabilitas dan OYPMK.
Awal mula perusahaannya bekerja sama dengan NLR
adalah setelah ia melihat banyak para penyandang disabilitas dan OYPMK ini yang
ditolak magang di berbagai perusahaan. Akhirnya Ibu Zukirah pun membuka
kesempatan magang untuk para penyandang disabilitas dan OYPMK tersebut.
Dengan kehadiran penyandang disabilitas dan
OYPMK yang magang di perusahaannya, ia mengaku justru merasa terbantu selama
ini.
Keberadaan para disabilitas dan OYPMK yang
ada di perusahaannya membuat ia pun sampai menerapkan beberapa kebijakan. Di antaranya
adalah meniadakan istilah cacat atau tidak normal menjadi istllah disabilitas.
Ibu Zukirah pun yakin, aslinya para OYPMK itu
punya kemampuan dan kelebihan. Asalkan, ia memiliki kepercayaan diri. Itulah yang
bisa menjadi modal untuk para OYPMK eksis di masyarakat.
Nah, ada pertanyaan menarik nih dalam acara
tersebut yang ditanyakan oleh seorang penanya bernama Bapak Deni via telepon. Ia
menanyakan, bagaimana sebuah perusahaan bisa membuka kesempatan untuk magang
atau menerima kerja bagi para OYPMK.
Menurut Bapak Angga, perusahaan yang bisa
menerima tenaga kerja bagi para penyandang disabilitas dan OYMPK, wajib
menyediakan beberapa hal yang membantu dan tidak menghambat gerak mereka di
lingkungan kerja.
Selain itu, perlu dilihat dulu, seperti apa
kondisi para penyandang disabilitas dan OYPMK. Misalnya, jika penyandang
disabilitas dan OYMPK memiliki keterbatasan dalam bergerak, maka perusahaan
perlu memiliki bidang miring yang menghubungkan lantai bawah dengan lantai di
atasnya.
Bidang miring penghubung antar lantai untuk lintasan para disabel. Sumber foto: Canva
Sedangkan bagi penyandang disabilitas dan
OYMPK yang sudah mengalami perubahan struktur di telapak tangan, maka mereka
tidak bisa mengakses pintu yang memiliik handle bentuk bulat.
Belum lagi jika disabilitasnya adalah tuna
rungu atau atau tuna netra, maka tentu perusahaan perlu memiliki fasilitas yang
membuat mereka bisa bekerja dengan mudah.
Hal-hal tersebut menurut Bapak Angga yang
perlu diperhatikan bagi perusahaan yang ingin menerima penyandang disabilitas
dan OYMPK.
Penyandang Disabilitas dan OYMPK Perlu Percaya Diri
Sebagai OYPMK, Arfah mengaku banyak hal
diskriminatif yang kerap ia alami sejak dulu. Bahkan sejak masa pengobatan yang
terjadi di saat ia masih duduk di bangku SMP.
Ia mengaku, saat itu kondisi wajahnya hitam
dan disertai belang-belang. Setiap ke sekolah, Arfah kerap dipanggil monster
hingga roti gosong. Kondisi itu bahkan sempat membuatnya sedih dan jarang ke
sekolah.
Saya sempat terharu lho saat Arfah menceritakan
kenangannya waktu dulu. Dari tayangan Youtube live streaming, ia menceritakan
hal tidak mengenakkan tersebut sambil mengusap air matanya.
Muhamad Arfah, salah satu OYPMK
Alhamdulillah, kini kondisi Arfah sudah jauh
membaik. Kulitnya sudah bersih. Ia pun kini berani tampil dan berbicara di
hadapan orang banyak dan menyampaikan kalau kusta itu bisa diobati dan bisa
disembuhkan.
Saat ini, Arfah berstatus sebagai peserta
magang dalam program katalis NLR di Sulawesi Selatan. Ia juga sempat diterima magang
di kantor Satpol PP Kota Makassar sebagai staf administrasi.
Pesan Arfah bagi mereka yang mungkin masih
menyandang penyakit kusta adalah tetap harus percaya diri serta tetap menjalani
pengobatan dan yakin untuk sembuh. Arfah sendiri cukup bersyukur karena ia
selalu didukung oleh keluarganya sejak duu hingga sekarang.
Terkait bullying, menurut Bapak Angga, ada
beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kita tidak sampai melakukan hal
tersebut, terutama kepada para penyandang disabilitas dan OYPMK.
1. Menjaga konsep kalau manusia makhluk
ciptaan Tuhan yang semuanya sempurna dan sederajat
2. Membaca atau membekali diri terhadap
kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang
3. Mendorong atau melakukan komunikasi publik
sehingga memunculkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengurangan stigma
serta peningkatan rasa percaya diri para penyandang disabilitas dan OYPMK.
Peran NLR dalam Meningkatkan Kualitas Penyandang Disabilitas dan OYMPK
Mungkin bagi yang dari tadi speed reading
membaca artikel ini, sempat terlewat info dan penasaran. NLR itu sebetulnya apa
sih?
Dari hasil googling, NLR itu singkatan dari Netherlands
Leprosy Relief. Dan NLR ini adalah LSM internasional, lho. Peran NLR adalah
meningkatkan penerimaan diri dan kepercayaan diri para penyandang disabilitas
dan orang yang pernah mengalami kusta.
Selama ini menurut Bapak Angga, para penyandang
disabilitas dan OYPMK memilih bekerja di tempat-tempat yang tidak mensyaratkan
tes ketika masuk kerja dan tidak memosisikan kerja tim.
Karena itu NLR membekali para penyandang
disabilitas dan OYPMK dengan kemampuan atau skill kerja yang lebih baik. Selain
itu NLR juga meningkatkan kualitas komunikasi dan kemampuan interpersonal para penyandang
disabilitas dan OYPMK.
Rencananya, NLR akan mengadakan magang di
bulan Juli dan Agustus 2021. Saat ini sudah ada sekitar 21 pelamar. Namun menurut
Bapak Angga, untuk sementara hanya tiga dulu yang akan diterima.
Ketiga orang tersebut akan diajarkan manajemen
perencanaan dan pengelolaan proyek, administrasi dan pengelolaan keuangan, serta
mobilisasi sumber daya dan penggalangan dana.
Kabar baiknya bagi mereka yang menyandang disabilitas
dan OYPMK, ada beberapa situs yang bisa diakses untuk mencari kerja. Mulai dari
Kerjabilitas, Disabel, serta situs-situs lain yang memberikan informasi peluang
kerja bagi para penyandang disabilitas dan OYPMK.
Selain itu, para penyandang disabilitas dan
OYPMK juga bisa mendapatkan informasi di dinas tenaga kerja yaitu unit layanan
disabilitas.
Dari acara ini, kita semua jadi bisa banyak
tahu ya kalau ternyata, kusta itu tidak seseram seperti kabar yang beredar di
masyarakat. Dan sebagai bagian dari masyarakat, kita pun bisa turut memotivasi
dan membantu para penyandang disabilitas dan OYPMK dengan tetap memberinya
kesempatan bekerja.
Meski penyakit menular tapi sebenernya ga gampang menular, nah edukasi macem ini bagus buat orang-orang awam sepertiku ya tahunya kusta menular, tapi menularnya gimana, lewat apa aja n gimana cara menghindarinya itu yang harus kita pelajari biar lebih paham n gak terkotak oleh stigma pada para penderitanya
ReplyDeleteMasyarakat mesti memberikan dukungan kepada para penderita penyakit kusta, karena kusta bukan kutukan. Sedianya diberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sudah sembuh agar bisa memperoleh pendapatan demi meningkatkan perekonomian. Untungnya kini kita makin tahu tentang kusta dari webinar dan socmed lainnya ya mbak.
ReplyDeleteMengubah stigma masyarakat sungguh sulit. Termasuk stigma terhadap penyakit kusta ini. Gara gara stigma terhafap kusta, aku pun dulu takuuuut sekali dekat dengan mantan penderita kusta.
ReplyDeleteSyukurlah sekarang teman-teman disabilitas juga punya hak yang sama untuk bekerja. Seneng deh liatnya. Sekarang hampir semua hal juga sudah tidak lagi dibedakan antara yang ada disabilitas dan yang tidak
ReplyDelete#StandEquality
Kusta bukan penyakit kutukan. Kusta juga tidak menular secara langsung dari kontak fisik dengan penyintasnya. Ini yang wajib dipahami oleh semua orang agar dapat menempatkan dan memperlakukan penyintas kusta sama dengan orang lain. Karena setiap orang punya peluang dan kesempatan yang sama dalam berbagai bidang.
ReplyDeleteSalut buat Mbak Zukirah yang mau kasih kesempatan magang buat OYPMK, ini bukti bahwa pekerjaan mereka pun sama bagusnya dengan pekerja biasa. Jadi ga perlu ada diskriminasi. Seperti Arfah yang percaya diri dengan kesempatan bekerja di Satpol PP Makassar juga berkat dukungan positif keluarganya.
ReplyDeleteStigma ttg kusta ini memang luar biasa ya mbaaa
ReplyDeletekasihan juga para survivor kusta.
semoga dgn edukasi ini, masyarakat kian paham seputar serba/i kusta ya, dan ga ada stigma lagi
Yang pertama harus dibenahi adalah pemahaman masyarakat tentang penyakit kusta. Hal ini bisa terjadi pada siapapun, bukan penyakit kutukan, dan bisa disembuhkan. Ketika sudah sembuh, support kita semua kepada OYPMK sangat berarti untuk aktualisasi diri yang bersangkutan. Jadi ga hanya pemerintah aja yang harus tanggung jawab terkait permasalahan ini.
ReplyDeleteSudah seharusnya tidak ada lagi diskrimanasi. Siapapun berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
ReplyDelete