Dulu saat hampir lulus kuliah, saya baru sadar jika ada benjolan di samping kiri payudara. Nyerinya muncul di waktu-waktu tertentu.
Akhirnya saya coba teliti ritmenya, kapan
saja rasa nyeri itu muncul. Dan ternyata memang ada beberapa kondisi yang
menyebabkan payudara saya di bagian benjolan itu terasa nyeri.
Biasanya beberapa penyebabnya tersebut antara lain, yang pertama, seusai saya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung penyedap rasa. Misalnya mi instan, atau makanan ringan yang gurihnya minta ampun karena keberadaan si penyedap rasa.
Penyebab ke dua adalah setelah mengkonsumsi minuman soda. Enak sih minum-minuman bersoda. Tapi setelahnya, benjolan di payudara pun terasa nyut-yut.
Penyebab ke tiga dan yang terakhir yang saya
temukan adalah seusai begadang. Iya, zaman kuliah dulu saya hobi sekali begadang.
Sayangnya bukan karena urusan belajar kuliah. Tapi, karena keasyikan nongkrong
ikut organisasi.
Jika badan kurang istirahat, kecapekan, terutama karena kurang tidur ini, langsung benjolan di payudara pun terasa nyeri.
Semua rasa nyeri dan segala yang menyebabkan nyeri terus saja berlangsung bertahun-tahun kemudian. Tahu sih kalau habis makan mi instant, benjolannya akan sakit. Tapi saya langgar terus. Alasannya, susah menahan diri untuk nggak makan mi instan! Hahaha…
Begitu juga urusan minum minuman bersoda, dan begadang. Segala pola hidup tidak sehat itu sering sekali saya lakukan di awal-awal bekerja selepas kuliah. Apalagi urusan begadang, itu hal yang paling sulit dihindari. Pasalnya saat itu saya bekerja sebagai reporter di Batam yang tahu sendiri deh, pekerjaan ini tidak bisa terikat jam kerja.
Akibatnya di tahun ke tiga bekerja, saya sering merasa benjolan di payudara kiri saya sakitnya makin menjadi. Sudah sampai membuat saya menangis.
Untungnya ada kenalan narasumber seorang dokter kandungan yang baik banget berkenan menolong saya. Ceritanya waktu itu saya agak lupa juga pas saya sedang mewawancarai beliau tema apa. Hanya saja saat itu, akhirnya saya malah cerita tentang keluhan saya tersebut.
Akhirnya beliau meminta saya untuk datang lagi periksa saat beliau sedang praktek dokter. Awalnya, dia USG bagian rahim saya. Katanya, alhamdulillah normal.
Lalu beliau periksa bagian payudara. Saya melihat beliau terkejut, dan lalu bertanya, “Ini apa nggak sakit banget?”
Saya pun hanya meringis sambil mengangguk. Rupanya, keterkejutannya itu disebabkan karena menurutnya, ada lima benjolan yang tersebar di payudara kiri saya. Sementara saat dicek yang sebelah kanan, alhamdulillah tidak ada.
Bu dokter itu pun lalu memberi saya rujukan untuk periksa lebih lanjut di rumah sakit yang lain. Saya agak lupa waktu itu dokter spesialis apa, dokter bedah atau spesialis penyakit dalam. Katanya, saya harus dironsen.
Di dokter tersebut, saya lebih terkejut lagi karena rupanya benjolan di payudara kiri saya ada delapan jumlahnya! Kaget bin shocked berat. Nggak pernah terbayang sampai punya tumor sebanyak itu di satu tempat saja.
Eh, tapi dokternya malah mengajak saya menyikapi hal tersebut dengan santai. Katanya, apapun yang tumbuh tidak semestinya di tubuh manusia itu memang namanya tumor. Bahkan jerawat sekalipun. Ia lalu menyarankan saya untuk menjalani operasi pengangkatan tumor.
Selain itu, ada pesan-pesan dari dokter tersebut untuk saya yang sifatnya berupa pantangan. Katanya, saya memang tidak boleh banyak makan yang mengandung penyedap rasa, mengandung terasi atau petis, tidak boleh makan daging dan telur ayam potong, tidak boleh minum minuman bersoda. Dan semua itu kesukaan saya banget! Hahaha…
Selang beberapa tahun kemudian akhirnya barulah saya bisa dan sempat melakukan operasi di Lamongan. Operasinya sampai membuat saya dibius total. Setelah sadar, rupanya hanya ada satu benjolan paling besar yang diambil. Lainnya dibiarkan.
Sempat mau protes sih waktu itu. Lha kenapa cuma satu benjolan saja yang diangkat. Kok kenapa tidak semuanya. Tapi ternyata, rupanya dokter ingin tahu dulu apakah benjolan tersebut memang tumor biasa atau ganas.
Selang beberapa hari kemudian, hasil laboratoriumnya pun keluar. Alhamdulillah, benjolan di payudara kiri saya rupanya bukanlah tumor ganas. Juga bukan benjolan yang berupa kanker payudara.
Kini setelah saya bisa menyusui bayi saya, benjolan-benjoan itu pun alhamdulillah akhirnya malah bisa hilang dengan sendirinya. Segala pantangan yang dulu sedikit saja dimakan bisa langsung menyebabkan nyeri, kini juga tidak bermasalah lagi.
Tapi memang, urusan benjolan di payudara ini
harus diwaspadai semua wanita. Sering-seringlah secara berkala mengecek apakah
ada benjolan atau tidak. Lalu jika ada, segeralah ke dokter untuk memastikan kondisinya.
Jangan sampai telat sadar, telat tahu, hingga fatal akibatnya.
Post a Comment
Post a Comment