Bagi anak usia TK, kegiatan membuat mozaik sepertinya menjadi aktivitas menyenangkan yang punya banyak manfaat bagi anak. Biasanya aktivitas ini dilakukan dalam proses belajar mengajar.
Saya sendiri baru menyadari hal itu saat anak saya Kayyisah yang kini ada TK kecil menjalani masa belajar di rumah. Jadi beberapa kali guru TKnya memberikan kegiatan dalam LKS yang bisa dikerjakan anak-anak di rumah.
Secara pribadi merasa senang sih Kayyisah bisa mendapatkan LKS. Buat saya LKS itu bukan PR yang memberatkan anak ataupun saya yang membimbingnya di rumah. Malah, saya jadi merasa senang karena ada kegiatan yang bisa dilakukan Kayyisah di rumah.
Nah, salah satu kegiatan yang memang kerap ada dalam LKSnya Kayyisah adalah ya membuat mozaik itu. Bentuknya macam-macam. Pernah Kayyisah dapat tugas membuat rumah adat, membuat bendera merah putih, atau kalau yang baru-baru ini membuat menara Monas.
Bedewei, mungkin ada yang bingung. Apa sih bedanya mozaik, kolase, sama montase? Kalau mozaik itu menyusun dan menempel kepingan bahan sehingga membentuk sebuah gambar. Sedangkan kolase bahan yang ditempel bisa beda-beda. Jadi bedanya mozaik sama kolase itu ya dari bahannya. Mozaik pakai satu bahan, kolase bisa beberapa bahan semisal satu gambar ditempel butiran jangung, beras, atau ditambah butiran kacang hijau.
Sementara montase sendiri menyusun beberapa gambar yang berbeda menjadi satu kesatuan gambar. Misalnya potongan gambar rumah, binatang, pohon, lalu disusun dalam satu kertas. Hasilnya, jadilah satu kesatuan gambar.
Untuk membentuk sebuah mozaik, saya dan Kayyisah dituntut untuk menggabungkan kepingan bangun datar berupa segi empat, lingkaran, dan segitiga. Atau terkadang, Kayyisah bisa menempel aneka bentuk sobekan kertas yang tak beraturan menjadi suatu bentuk gambar tertentu.
Tantangan paling gampang kalau menurut saya ya saat Kayyisah membuat mozaik dari guntingan kertas tak beraturan. Aslinya kalau yang ini bukan tugas LKS. Tapi, Kayyisah kreasi sak karepe dewe.
Awalnya dia membuat bentuk orang dengan topi segitiga di satu sisi. Nah, ada sisi lain yang kosong. Lalu saya arahkan dia membuat bentuk lain, misalnya pohon, awan, dan rerumputan.
Bentuk mozaik lain yang menurut saya juga agak mudah adalah saat membuat bentuk bendera merah putih. Sama, mozaik ini masih dari potongan kertas tak beraturan. Namun bedanya dengan yang versi tadi, kali ini sudah ada gambar bendera yang mesti ditempeli potongan kertas.
Versi mozaik yang menurut saya paling menantang bahkan buat saya sendiri yang membimbing Kayyisah adalah membuat bentuk tanpa ada pola penuntunnya, lalu kertas potongannya harus terdiri dari bentuk segitiga, segi empat, dan lingkaran. Perintah soalnya, diminta membuat gambar rumah adat.
Nah lho! Awalnya saya mencari dulu bentuk rumah ada di internet. Dan badala… Kok ya nggak nemu rumah adat yang ada unsur tiga bentuk itu tadi. Nemunya rumah adat Papua yang terdiri dari bentuk atap setengah lingkaran, bagian atas atap yang ada seperti bentuk segitiga, dan tentunya bentuk rumah dan pintu yang berbentuk segi empat. Ya udah lah, bungkus! Saya pun lalu memilih bentuk ini.
Ada lagi mozaik yang perintahnya diminta membuat menara Monas. Jelas, kalau yang satu ini saya nggak perlu mikir dan pakai pola lingkaran. Kan nggak ada pola lingkaran di menara Monas. Hehehe…
Beberapa Aktivitas Seputar Membuat Mozaik dan Manfaatnya
Mozaik itu kalau buat anak-anak di mata saya, nggak hanya sekedar kegiatan menempel. Tapi ternyata ada beberapa unsur kegiatan yang bermanfaat banget buat perkembangan tumbuh kembang anak.
Beberapa kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Membuat pola
Sepengetahuan saya, membuat mozaik itu ada dua macam. Satu, yang polanya acak. Jadi kita hanya membuat guntingan-guntingan kecil kertas tapi tanpa pola. Sedangkan untuk yang ke dua adalah membuat pola lalu mengguntingnya.
Untuk yang membuat pola ini, biasanya kalau buat anak TK, anak hanya dikenalkan dengan beberapa pola yaitu segi empat, lingkaran, dan segi tiga. Otomatis, mozaik dengan pola ini membuat anak jadi kenal dengan beberapa bentuk bangun datar.
Dan yang namanya kenalan dengan bangun datar, kita sebagai orang tua juga sekalian bisa mengenalkan matematika dasar. Misalnya, kenapa disebut segi empat? Karena sisinya ada empat.
2. Menggunting secara acak dan atau ikut pola
Menggunting juga jadi keterampilan dasar yang biasanya dipakai saat membuat mozaik. Entah itu membuat mozaik dengan atau tanpa pola, anak biasanya diarahkan untuk melakukan kegiatan menggunting kertas.
Untuk kemampuan dasar, biasanya mozaik tanpa pola lah yang paling mudah. Anak hanya tinggal menggerakan jari-jarinya untuk mengunting secara asal. Sedangkan untuk anak yang sudah mahir, bisa diarahkan untuk menggunting dengan pola tertentu yang lebih terarah.
Manfaat dari membuat mozaik lewat aktivitas menggunting ini pun jadi melatih kemampuan motorik halus anak.
3. Menempel
Kegiatan selanjutnya yang diperlukan dalam membuat mozaik adalah menempel. Dari aktivitas membuat mozaik bersama Kayyisah, saya rasakan ada beberapa hal yang dapat Kayyisah rasakan manfaatnya.
Yang pertama, ia jadi dilatih untuk rapi. Meski itu mozaik yang dengan pola asal sekalipun, tetap saja, butuh kerapihan bagi anak agar ia bisa menempel kepingan kertas sesuai dengan bentuk gambar yang ada.
Yang ke dua kalau menurut saya, anak jadi terbiasa untuk tidak terlalu mudah jijik. Eh ini beneran lho! Karena memang ada anak yang sama namanya lem itu jijik banget. Dia tidak tahan melihat ada yang lengket di jari-jarinya. Dan itu juga yang terjadi di awal-awal Kayyisah mengenal lem.
4. Mengenal dan memadukan warna
Biar mozaik terlihat cantik, meskipun polanya acak, tetap saja butuh keserasian dalam peletakan warna.
Untuk urusan warna inilah, lewat kegiatan membuat mozaik, anak jadi bisa belajar mengenal warna, bahkan memadukan warna-warna yang serasi agar mozaik terlihat indah.
Nah, ternyata banyak banget ya manfaat dari kegiatan membuat mozaik bagi anak. Karena sebetulnya, banyak manfaat yang bisa dirasakan anak-anak dalam kegiatan tersebut.
Apalagi kalau dilakukannya bersama para orang tua. Nambah lagi tuh manfaatnya. Kita para orang tua jadi membangun bonding atau ikatan dengan anak.
Post a Comment
Post a Comment