Siapapun yang berasal dari luar Kalimantan
Selatan lalu sempat singgah atau menetap di sana, pasti terkesan dengan
berbagai aneka bahan makanan asal alam yang begitu melimpah. Apalagi saat
menjumpai berbagai makanan dari hutan
berupa buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya.
Pengalaman itu yang saya dapatkan saat
beberapa tahun lalu pernah tinggal dua tahun di Kalsel. Segala aneka buah yang
kebanyakan dari hutan Kalimantan, menjadi pengalaman kuliner istimewa saya di
sana.
Salah satunya adalah perkenalan saya dengan
buah yang disebut rambai oleh orang Kalsel. Buah berwarna hijau dengan bagian
bawah yang menyerupai bentuk kelopak bunga ini saya temui pertama kali saat
sedang main ke Pasar Terapung yang ada di Siring Banjarmasin.
Buah yang orang Indonesia kenal dengan sebutan
Pedada atau Pidada ini memiliki rasa yang begitu asam namun segar. Pikir saya
waktu itu, ini pasti kalau dibuat es sirup rasanya akan sangat enak.
Pertemuan saya dengan buah Pidada di kemudian
hari adalah saat sedang melakukan kegiatan susur sungai di sekitaran
Banjarmasin. Begitu banyak pohon Pidada yang bercampur dengan tanaman bakau di
tepian sungai.
Hutan mangrove yang banyak pohon pidada di tepian sungai di Kalimantan Selatan |
Saat itu saya pun baru tahu, jika Pidada ini
sangat disuka Bekantan. Bahkan konon katanya, Bekantan bisa tahu mana buah
Pidada yang matang dan belum. Hanya buah yang sudah matang saja yang akan
dimakan oleh Bekantan.
Sekilas, buah Pidada memang sulit dibedakan
mana yang sudah matang atau belum. Ukuran buah yang sudah besar pun tidak menjamin
buah ini berarti sudah matang. Karena, warna buahnya antara yang matang dengan
yang masih mentah sulit dibedakan.
Buah Pidada yang sudah matang memiliki
sedikit rasa manis dengan tetap mayoritas rasa asam yang segar. Sedangkan jika
buah Pidada masih mentah, rasa asam segarnya tidak begitu terasa.
Asam Namun Kaya Kandungan Gizi
Penasaran dengan Pidada, saya pun akhirnya
sempat mencari-cari di internet informasi tentang buah ini. Rupanya, Pidada
memiliki banyak kandungan gizi di dalamnya.
Berdasarkan hasil laboratorium, buah Pidada
bisa mengandung energi 110 kkal tiap 100 gramnya, abu sebesar 1,42 persen,
protein sebesar 2,12 persen, lemak sebesar 1,83 persen, dan karbohidrat sebesar
22,4 persen.
Tak hanya itu, dalam 100 gram Pidada segar juga
bisa mengandung vitamin B1 sebesar 5,04 mg, Vitamin B2 7,65 mg, dan Vitamin C
sebesar 56,74 mg. Dengan besarnya kandungan Vitamin C dalam buah Pidada, tak
heran juga buah ini mengandung antioksidan yang cukup tinggi.
Berbagai Olahan Makanan dari Pidada
Jika saya menebak buah Pidada hanya mungkin
dijadikan sirup, rupanya saya kurang benar. Karena nyatanya, buah Pidada begitu
populer di beberapa daerah di Indonesia. Selain di Kalimantan Selatan, tempat
lain di Indonesia yang menjadikan buah Pidada sebagai bahan olahan makanan
adalah di Bengkulu atau Bekasi.
Hasil olahan pangan dari buah Pidada pun
banyak macamnya. Tak hanya sirup. Pidada juga bisa diolah menjadi dodol, selai,
dan kerupuk di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan ada juga yang menjadikan
Pidada sebagai tepung yang mengandung protein lebih tinggi jika dibandingkan
tepung tapioka dan tepung ubi.
Jadi jika selama ini buah Pidada hanya
sebagai makanan hewan seperti Bekantan dan beberapa jenis kera lainnya, atau
makanan kambing, nyatanya kandungan vitamin yang tinggi pada buah Pidada juga bisa
menjadikan buah ini perlu menjadi sumber makanan kaya antioksidan.
Tak hanya itu, rasa buah pidada yang meski
begitu asam namun segar, bisa menjadi bahan olahan makanan yang beraneka ragam.
Sehingga sebagai negara yang banyak memiliki
wilayah pantai atau sungai, kita ternyata punya alasan lain untuk tetap menjaga
keberadaan dan kelestarian hutan mangrove. Tidak hanya sebagai langkah menghindari
erosi dan abrasi, melainkan juga untuk tetap menjaga keberadaan hutan sumber pangan bagi manusia.
Hal ini sejalan dengan gerakan dari Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia atau WALHI yang
mendorong upaya-upaya penyelematan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia.
Saya juga pernah tinggal di Kalsel, cuma 2 bulan karena transmigrasi. Tidak betah dan pulang. Jadi belum sempat kemana-mana karena dulu saya masih kanak-kanak
ReplyDeleteUnik banget sih buah pidada ini semoga bisa makin dikenal luas ya
ReplyDeleteSepertinya saya belum pernah makan buah pidada ini. Hmm jadi penasaran sama buah ini dan produk-produk olahannya.
ReplyDelete