Iya, meski teknologi itu biasanya identik
dengan dunia pria, ternyata wanita berkarir di rumah dalam bidang teknologi pun
tetap bisa lho! Dan saya makin yakin dengan hal itu setelah pulang dari acara
International Women’s Day 2019 yang diadakan di Hotel Ciputra Surabaya.
Sebentar, saya mau cerita sedikit dulu nih.
Sebetulnya acara yang saya tulis ini sendiri diadakan
dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia yang setiap tahunnya jatuh
pada tanggal 8 Maret. Tapi, acaranya diselenggarakan pada tanggal 30 Maret. Dan
saya, menerbitkannya di blog pada tanggal 21 April yang identik dengan Hari
Kartini.
Hihihi… nggak apa-apa lah ya hampir sebulan
baru bisa ditulis.
Tapi akhirnya justru pas sih. Karena kalau
orang biasanya memperingati Hari Kartini dengan kebaya atau fashion show, kali
ini saya ingin ngajak ngobrol tentang esensi Hari Kartini yang sesungguhnya.
Coba deh yang tahu sejarah, pasti kan pada
ngerti kalau Kartini itu akhirnya dianggap sebagai wanita hebat karena
pemikirannya. Nah terkait dengan tulisan ini, saya ingin mengajak dan
menunjukkan bahwa para wanita Indonesia, para Kartini masa kini, sebetulnya
bisa kok berdaya di bidang teknologi. Pun, menjadikannya sebagai karir dan bisa
dilakukan di rumah.
Acara International Women’s Day 2019 yang
diselenggarakan di Surabaya beberapa waktu lalu ini memang banyak membahas
tentang apa saja peluang yang bisa dilakukan wanita dalam bidang teknologi
untuk dijadikan sebagai karir.
Yang menyelenggarakan acara ini adalah Google
Developer Group atau GDG Surabaya, Google Business Group atau GBG Surabaya,
Woman Techmakers, dan Women Will.
Sebagai orang yang ngakunya kenal sama
teknologi sejak kerjaan pertama jadi reporter tahun 2004, ternyata saya awam
banget dengan teman-temannya Google itu. Dan saya baru sadar, kalau ngomongin Google
itu ternyata nggak hanya urusannya dengan mesin pencari saja.
Lalu bagaimana wanita berkarir di rumah dalam
bidang teknologi berdasarkan acara tersebut? Nanti akan saya bahas satu-persatu
berdasarkan pemateri yang bicara pada hari itu ya.
Jadi di acara tersebut, kami para peserta
mengikuti dua sesi materi. Pada sesi pertama sebelum makan siang, seluruh
peserta dikumpulkan jadi satu dan mendapat materi yang sama.
Pemateri pada sesi pertama ini antara lain
Ilona Juwita yang merupakan CEO ProPS. Ia berbagi materi tentang bagaimana berpenghasilan pasif dalam bidangdigital dari keberadaan iklan.
Pemateri selanjutnya ada Farida dari Female
Geek. Ibu dosen yang satu ini membuka wawasan saya dan para peserta lainnya
tentang peluang kerja di masa depan yang
menjanjikan bagi wanita.
Ada juga Heni Prasetyorini yang merupakan
pendiri Kelasku Digital serta Presiden Komunitas Coding Mum Indonesia. Ia
banyak bercerita tentang bagaimana perjalanan hidupnya dari yang awalnya
benar-benar gagap teknologi hingga sekarang ia bisa menguasai dunia coding atau
bahasa pemograman. Inti materinya sih, jadi
perempuan itu jangan gaptek ya.
Sedangkan yang terakhir ada Asri Wijayanti,
founder dan CEO Jahitin dot com, yang banyak bercerita tentang bagaimana ia
mendirikan dan mengembangkan sebuah start up yang mampu memberdayakan para
penjahit.
Asri Wijayanti |
Setelah sesi makan siang, para peserta acara
lalu kembali melanjutkan materi sesuai dengan pilihan bidang materi yang telah
dipilih. Ke tiga bidang pilihan tersebut antara lain Cloud Study Jam yang
membahas tentang coding atau bahasa pemograman, social media marketing, dan
content creator.
Saya sendiri sebetulnya awalnya pengen banget
ambil yang Cloud Study Jam. Pikir saya, dunia coding ini menjanjikan buat masa
depan. Apa daya, saya ditolak! Hahaha…
Jadi sebelum acara ini dimulai, mereka meminta
pendaftar untuk mengisi banyak beberapa pertanyaan di Google Form. Pas
ada pertanyaan apakah ada pengalaman coding, saya jawab belum pernah.
Saat teman-teman yang lain, yang bareng sama
saya daftarnya sudah dapat email jawaban, saya belum sendiri. Sampai semingguan
lebih deh, akhirnya ada email yang menyatakan kalau saya ditolak dengan
kemungkinan alasan: kelas penuh, tidak ada pengalaman sama sekali di kelas yang
dipilih.
Jadilah saya merutuki nasib. Kenapa juga deh
mengisi belum pernah punya pengalaman coding sama sekali. Lha kan kadang saya
juga ngoprek html blogspot.
Keesokan harinya saya pikir-pikir, sayang nih
kalau nggak bisa ikut acara tersebut. Dengan email yang berbeda, saya pun
mencoba mendaftar lagi dengan pilihan kelas yaitu content creator.
Dari hasil ngobrol dengan beberapa peserta
lain, ternyata kelas social media marketing yang pualing banyak peminatnya.
Sampai akhirnya, beberapa peserta yang memang basicnya adalah olshoper, jadi
memilih kelas content creator.
Sayang, saya salah prediksi kelas content
creator ini. Saya pikir di kelas itu saya bisa belajar cara membuat konten blog
yang bagus. Paling enggak bisa dapat materi menulis kreatif lah. Eh ternyata
yang ada materinya tentang cara pembuatan film.
Fauzan Abdillah menyampaikan materi di kelas content creator |
Hal lain yang mengasyikkan dari acara ini
adalah adanya sesi foto di awal acara yang diadakan oleh Signea Living. Jadi,
para peserta bisa dapat kesempatan untuk berfoto di photoboot yang sudah
disediakan, berikut aksesori yang mungkin ingin dipakai. Lalu foto itu pun
dilombakan di instagram.
Acara ini sebetulnya gratis lho. Dan yang ada
pulang dari sana selain dapat ilmu, kami para peserta juga dapat goodie bag
yang isinya dua produk dari Himalaya. Saya sendiri pas dapat produk penyegar
wajah dan sabun wajah.
Kegiatan ini pun membuat saya jadi tahu kalau
di Surabaya ada beberapa komunitas perempuan yang keren-keren. Ada Female Geek,
Coding Mum, Blitz Community Surabaya, Woska, dan Surabaya Beauty Blogger dan
mereka semua menjadi pendukung dari acara ini.
Karena saya tipe orang yang kalau habis
pulang dari sebuah acara maunya cerita semua-semuanya, jadi… ini masih pendahuluan
ya dari sekian tulisan tentang kegiatan International Women’s Day 2019 di
Surabaya yang menurut saya materinya bisa bikin saya mengerti bagaimana wanita
berkarir di rumah dalam bidang teknologi.
Kuenvyyyy..
ReplyDeleteKemaren tuhpengen banget loh ikutan acara ini, tapi ada apaaa gitu ya, sampai gak bisa ikutan, padahal ilmunya kereeennn banget.
Untung mbak Ika baik hati mau berbagi di sini hehehe
Zaman sekarang wanita bekerja dari rumah emang lebih mudah ya mbak, ada teknologi yang bisa membantu :)