Baik muda maupun tua, televisi memang menjadi
sarana hiburan yang murah dan tidak membutuhkan waktu untuk keluar rumah.
Apalagi di saat liburan sekolah nanti. Cukup dengan duduk menghadap layar
televisi saja, kita bisa dibuat tertawa, marah, atau menangis.
Tapi bagi anak-anak yang merupakan buah hati
kita, tentunya hiburan dari televisi ini tidak hanya diharapkan sekedar
hiburan. Syukur-syukur, bisa menjadi sarana belajar bagi mereka.
Namun jangankan untuk edukasi, televisi
akhir-akhir ini justru menayangkan tayangan yang dapat memberi pengaruh buruk
bagi anak.
Lantas apakah kita ingin menyetop semua
tayangan televisi untuk anak? Eits, nanti dulu karena tidak semua tayangan
televisi memiliki dampak buruk. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua
agar anak tetap aman dan nyaman menonton televisi.
Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah,
cermati dahulu tayangan mana saja yang bisa disaksikan oleh buah hati Anda,
pada pukul berapa saja, dan di stasiun tekevisi mana saja.
Mungkin tidak anak semua anak menyukai
tayangan televisi apalagi kalau itu tidak menjadi tayangan yang disukai
anak-anak pada umumnya. Padahal, ada nilai edukasi di dalam tayangan tersebut.
Namun cobalah untuk membuatnya menarik
sehingga anak-anak pun menyukainya. Cara untuk membuat tayangan televisi
menjadi tampak menarik ini tentunya membutuhkan peran dari orang tua. Peran
orang tua ini tentunya makin diperlukan pada tayangan yang memang menjadi
kesukaan anak akan tetapi memungkinkan timbulnya pengaruh negatif.
Saat ini adapula stasiun televisi yang bisa
memberikan keterangan apakah film ini bisa disaksikan anak-anak, dewasa,
ataukah membutuhkan bimbingan orang tua. Nah, manfaatkanlah keterangan
tersebut.
Namun bukan berarti ketika tayangan tersebut
benar-benar kita melepas diri untuk mendampinginya. Sesekali, menontonlah
bareng dengan anak-anak sehingga kita bisa mengajaknya berkomunikasi. Misalnya
dengan menerangkan mengapa si jahat bisa mendapat hukuman, atau apa yang bisa
didapat oleh si baik yang sudah melakukan kebaikan.
Pembimbingan anak selama menonton televisi
juga tidak hanya dikarenakan materi tayangan televisinya saja. Waspadai juga
tentang iklan yang mungkin tanpa sengaja kerap didengar atau dilihat oleh
anak-anak. Iklan tentang makanan jajanan yang disukai anak-anak terkadang bisa
membuat anak memiliki sifat konsumtif.
Atau, ingat kan dengan tayangan iklan toko
online yang sempat diprotes banyak ibu karena busana minim yang dikenakan
artisnya? Gara-gara iklan itu, banyak juga akhirnya para ibu yang bersatu untuk
menandatangani petisi online agar iklan tersebut tidak ditayangkan lagi di jam
tayangan anak.
Dan yang terakhir, koreksi juga bagaimana
sikap kita dalam menyaksikan tayangan televisi. Jangan sampai ternyata justru kitanya
sendiri yang kerap menjadi tvholic di rumah.
Belum lagi ketika kita mengabaikan anak demi
keasyikan diri sendiri menyaksikan tayangan televisi. Hal ini tentunya akan
tertanam kuat dan justru memberi efek buruk pada anak yang merasa terabaikan
perhatiannya tersebut.
Arahkan ke Kreativitas
Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah anak
agar tidak kecanduan televisi adalah mengatur kebiasaannya semenjak masih
kecil. Utamanya ketika ia menginjak usia dua atau tiga tahun. Karena jika terus
membiarkannya berlarut dalam tayangan apa saja yang disukainya, anak justru
makin tidak terkontrol kecanduannya pada televisi.
Terutama ketika anak sudah menginjak usia
sekolah, atur jadwalnya termasuk waktu untuk menonton televisi sesuai dengan
kesepakatan dengan anak. Orang tua tentunya perlu membuat komitmen, jam mana
saja yang diperbolehkan bagi anak untuk menonton televisi asalkan ia sudah
mengerjakan tugas sekolah misalnya.
Harap diingat juga nih ya, jangan sampai
ketika komitmen itu sudah dibuat, justru orang tua malah enak-enakkan menonton
televisi. Jadi, buatlah kondisi yang mendukung dengan tidak menyetel televisi
di depan anak yang sedang belajar.
Untuk menghindari anak kecanduan televisi,
orang tua juga bisa mengalihkan perhatian anak pada kegiatan yang berbau
kreatifitas dan disukai oleh anak. Misalnya, anak yang suka mewarnai, bisa
diarahkan untuk melakukan kegiatan tersebut sementara kita para orang tua
memilih mematikan televisi.
Tak semuanya film kartun di televisi atau tayangan
untuk anak memiliki nilai baik untuk anak-anak. Misalnya tayangan film Tom and
Jerry yang terkadang memiliki unsur sadisme, atau tokoh di film Spongebob yang
terkadang mengeluarkan kata-kata tidak baik.
Untuk tayangan yang seperti itu, orang tua
bisa mengajak anak berkomunikasi. Misalnya saat melihat adegan Jerry yang
dipukul Tom. Orang tua bisa bertanya pada anak seperti dengan cara, “Boleh
nggak kalau kayak gitu? Terus sebaiknya seperti apa dong?”
Nanti dari situ, orang tua bisa memberi tahu
mana yang seharusnya atau seperti apa yang benar. Dengan cara itu, anak pun
diharapkan bisa mengerti.
Dengan cara mengajak anak berkomunikasi, anak
pun diupayakan bisa jadi terhindar dari kemungkinan efek buruk yang mungkin diterimanya
dari menonton tayangan televisi.
Post a Comment
Post a Comment