Tulisan tentang bagaimana belanja dengan cara
pintar ini dulu saya buat dari hasil wawancara saat menjadi reporter di Batam.
Narasumbernya adalah Ibu Lusiana Yuniastanti yang merupakan dosen di beberapa
universitas di Batam.
Tips pertama yang saya dapat dari beliau
adalah jangan membuang struk belanja setiap bulannya. Alasannya, karena kertas
kecil ini sebetulnya bisa membantu untuk membudget pengeluaran pada bulan-bulan
berikut.
“Saya sering menyimpan struk belanja setiap
bulan untuk membandingkan harga beberapa barang di beberapa supermarket. Memang
ada barang yang harganya bisa sama di beberapa tempat. Namun ada juga barang
yang bisa selisih harganya antara tempat satu dengan tempat lain,” ujarnya.
Jika harga di suatu tempat lebih murah dari
tempat lain, ia akan membelinya di tempat tersebut untuk bulan-bulan
berikutnya. “Jangan terpaku pada satu tempat saja. Kita juga harus
sering-sering mengecek harga tersebut di tempat lain,” pesannya.
Jika berbelanja pun, Lusi akan membawa uang
yang sesuai dengan budget belanja kebutuhan yang sudah ia catat. Wanita yang
mengaku bila berbelanja membawa contekan kecil daftar belanjanya ini akan
membawa uang secukupnya saat berjalan-jalan.
“Kalau sedang window shopping atau jalan-jalan
di mall, saya hanya bawa uang secukupnya saja. Saya nggak mau iseng simpan uang
banyak di dalam dompet sehari-hari,” ujar Lusi membagi pengalamannya.
Selain uang cash yang digunakan untuk belanja
bulanan, Lusi juga terbiasa untuk membawa debit card daripada kredit card.
Menurut Lusi, debit card menolongnya dalam berbelanja untuk nominal harga yang
ganjil.
Lusi juga mengingatkan tentang konsep troli
yang ada di pusat perbelanjaan. Menurut Lusi, troli memang bisa digunakan untuk
membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah besar. Namun, troli juga dapat
membuat seseorang mudah tertarik untuk berbelanja.
“Kadang ada orang yang malu pakai troli besar
tapi belanjaannya sedikit. Lebih baik kalau belanjaan sedikit pakai keranjang
saja. Orang yang belanja dengan menggunakan keranjang akan enggan berbelanja
barang dalam jumlah banyak sehingga berat saat membawanya. Untuk itu ada
troli,” jelas Lusi.
Selain itu, ia pun mengaku tidak akan membawa
anak-anak ketika ia hanya memiliki dana pas-pasan untuk berbelanja. Apalagi
menurutnya jika belanja yang dibutuhkannya sedikit dan uang yang dimilikinya
pas.
Rubah
Kebiasaan dengan Skala Prioritas
Lantas bagaimana dengan tipikal seseorang
yang sudah memiliki kebiasaan belanja di luar kontrol? Di sini, Lusi memberikan
tips untuk membuat skala prioritas pada semau kebutuan yang dirasa penting.
“Konsumtif itu nggak salah, tapi kita harus
ada pengendalian uang saja. Caranya, buat prioritas dari daftar yang semuanya
kita anggap penting. Kita juga harus memilah, mana yang benar-benar penting dan
mana yang memang kebiasaan,” ungkapnya.
Ia misalkan seseorang yang terbiasa
mengkonsumsi beras Thailand karena harganya yang murah. Setelah harganya naik,
bisa memilih beras dengan kualitas yang sama namun dengan harga yang lebih
murah. “Bila ada kualitas yang sama kenapa harus cari merek yang mahal,”
imbuhnya.
Lusi pun mengaku sering mencoba-coba merek
lain dan tidak terpaku pada satu merek. Ia misalkan tentang detergen, ia tidak
terpaku pada satu merek melainkan sesekali mengecek mutu merek lain yang
harganya lebih murah. “Siapa tahu dapat harga murah tapi mutu sama.”
Mengejar promosi dan diskon juga kerap
dilakukannya untuk mencari selisih harga yang lebih murah. “Tapi juga perlu
diingat, kalau sedang tidak butuh tidak usah beli. Kita juga perlu mencermati
masalah diskon karena kebanyakan beberapa supermarket memberikan diskon tapi
dengan harga yang sudah dinaikkan terlebih dahulu,” imbuhnya.
Namun Lusi juga sering melakukan belanja yang
tidak untuk kebutuhan sekarang untuk menghindari harga tinggi saat waktunya
tiba. “Misalnya baju lebaran, harganya kan kebanyakan naik pas dekat waktu
lebaran. Saya biasanya beli jauh-jauh hari sewaktu harganya masih biasa. Cara
ini juga membuat saya tidak perlu susah-susah meluangkan waktu belanja
berdesak-desakkan dengan orang lain sebelum lebaran,” tutur Lusi.
Toko
Warna Cerah Picu Minat Beli
Meski pernah berkuliah di luar negeri dan
kini menjadi dosen ekonomi di berbagai universitas, Lusi mengaku ia juga
seorang yang konsumtif. “Saya banyak belajar dari baca buku dan pengalaman
terutama setelah berkeluarga,” aku ibu satu orang putra dan satu putri ini,
Lusiana Yuniastanti, demikian nama lengkap
wanita ini, memang memiliki disiplin ilmu ekonomi terutama manajemen, keuangan,
dan ekonomi makro. Selain dari memperoleh dari ilmu pendidikannya, Lusi juga
mengaku belajar mengatur keuangan dari hasil membaca majalah.
“Saya sering baca-baca majalah dan dari sana
kadang saya dapat belajar. Misalnya saya pernah baca kalau pencahayaan toko,
tata letak, dan warna dinding toko bisa mempengaruhi orang untuk membeli.
Mungkin awalnya hanya tertarik untuk mengunjungi namun bisa berimbas sampai ke
membeli,” ujar Lusi.
Menurut wanita yang pernah kurang lebih lima
tahun berada di Kuala Lumpur, Malaysia ini, faktor tersebut bisa mempengaruhi
seseorang secara psikologis untuk membeli.
“Warna cerah seperti pink bisa mempengaruhi
anak-anak atau remaja untuk mengunjungi toko tersebut. Lain dengan warna putih
dominan yang justru terkesan biasa dan tidak menarik,” lanjutnya.
Demikian halnya dengan tata letak barang
dalam toko. Barang yang bagus akan diletakkan di bagian depan dan bisa langsung
di lihat oleh mata.
“Coba saja ketika kita lewat depan toko. Kita
pasti akan lihat apa yang dipajang di bagian depan, bukan yang berada di bagian
samping. Itu memang strategi marketing,” imbuhnya.
Kemasan barang yang menarik juga menjadi
pemicu seseorang untuk membeli barang yang justru kurang bermanfaat. Lusi
memisalkan dengan jajan anak yang sebetulnya memiliki rasa biasa namun karena
kemasannya yang dibuat menarik, harganya menjadi mahal.
“Kita kadang juga tertarik dengan barang yang
kemasannya menarik. Padahal kalau sudah beli dan sampai rumah kita lantas
berpikir buat apa kita beli barang itu. Nyesel kan,” ucapnya.
Tips
Berbelanja Hemat dengan Cara Cerdas
- Buat daftar belanja dengan skala prioritas
sebelum belanja
- Biasakan bawa uang secukupnya di dompet
sehari-hari
- Jangan bawa anak kalau dana belanja
terbatas
- Jika emosi sedang tidak stabil jangan pergi
berbelanja untuk pelampiasan
- Pakai keranjang belanja jika belum tahu
ingin belanja apa dan jangan pakai troli
- Hati-hati dengan tawaran diskon, hadiah,
undian, dan semacamnya pada barang yang tidak perlu
- Pilih produk karena kualitas bukan merek
- Beli barang dalam jumlah besar untuk barang
yang kerap dipakai
(sumber dari Lusiana Yuniastanti)
Tipsnya kece, wajib dilakukan
ReplyDelete