Memiliki anak seperti Maruko, tokoh utama
dalam film kartun Chibi Maruko Chan tak jarang bisa membuat pusing orang tua.
Jika orang tua memberitahu sesuatu, bukannya sikap menurut, akan tetapi ia
justru bertanya mengapa dan bagaimana serta ini itu. Atau, malah seakan
mengajak orang tua untuk berdebat.
Dan tentunya, orang tua mana yang akan tega
jika sebentar-sebentar menjewer bahkan memukul anak karena ulahnya mendebat
ucapan kita sebagai orang tua.
Biasanya, anak tipe suka membantah atau
mendebat sebetulnya adalah tipe anak dengan otak kiri yang kerap berpikir
kelogisan apa yang harus ia lakukan saat disuruh orang lain.
Lantas, cara apa yang perlu dilakukan orang
tua manakala menghadapi anak yang suka membantah? Caranya orang tua juga jangan
kalah berargumen dengan anak.
Waktu mengajak komunikasi atau ngobrol dengan
anak ketika mereka berbuat salah, orang tua perlu mengajak mereka berkomunikasi
dengan bahasa yang dimengerti dia. Ini justru meningkatkan kekritisan anak.
Mungkin akan muncul pertanyaan, apakah anak
kemudian tidak menjadi suka membantah karena terbiasa diajak untuk
berkomunikasi daripada langsung dihukum? Nyatanya, itu menjadi hal yang bagus
untuk membangun watak kekritisan anak kelak.
Memang sudah watak dasar dari anak untuk
mempertanyakan ini dan itu jika itu dirasanya menjadi hal yang aneh atau baru.
Anak pun biasanya akan menyanggah apa yang diucapkan orang tua manakala
sebelumnya ia mengetahui hal yang sama dari lingkungan lain.
Contohnya ketika anak diminta untuk tidur
siang, ia bisa bertanya mengapa hal itu harus dilakukan. Atau, ia malah akan
menyanggah, “Kok teman adek boleh main sama mamanya. Kenapa Adek disuruh
tidur?” mungkin itu yang terlontar dari bibir mungil mereka.
Untuk menghadapi prilaku anak seperti itu,
jangan juga menghadapinya dengan memukul ataupun mencubit anak. Meskipun kadang
kita dalam posisi lelah atau anak yang kelewatan kritis untuk menyanggah.
Jika kita tidak ingin kalah dari anak,
taklukan mereka dengan argumentasi-argumentasi yang cerdas dan juga yang tidak
bersifat menakut-nakuti atau mengancam anak.
Biasakan juga sebelumnya untuk membuat
kesepakatan konsekuensi yang akan anak terima jika hal tersebut dilanggarnya
sendiri. Dan jikalau mereka sudah melakukan seperti telah disepakati atau
menjadi anak yang baik dengan menuruti apa yang kita pinta, berikan ia hadiah.
Penyebab
Anak Suka Membantah
Banyak hal yang menyebabkan anak suka
membantah. Sebelum orang tua menanganinya, ada baiknya kita mengetahui dahulu
apa saja yang membuat anak memiliki watak untuk membantah
1. Anak melihat contoh dari lingkungan
sekitarnya. Misalnya ia melihat kakaknya sering membantah orang tua.
2. Anak selalu diminta untuk melakukan
hal-hal di luar kemampuannya, misalnya anak disuruh mengambil buku di atas rak,
padahal anak tidak mampu melakukannya, hal itu mengakibatkan anak membantah perintah orang tua.
3. Anak memiliki keinginan yang berbeda
dengan orang tua, misalnya orang tua menyuruhnya mandi padahal anak masih ingin
bermain.
4. Akibat penerapan disiplin yang longgar dan
ketidakmampuan orang tua untuk mengatakan ‘tidak’ pada anak.
5. Disiplin yang berlebihan, otoriter,
perfeksionis dan terlalu mendominasi.
6. Akibat disiplin yang tidak konsisten.
Misalnya, ibu akan mengingatkan bila anak tidak gosok gigi sebelum tidur, namun
ayah membiarkannya saja.
7. Akibat situasi stress atau konflik yang
sedang dihadapi orang tua.
8. Terjadi pada anak kreatif, yang tidak
ingin membeo dan hanya ingin melakukan apa yang ia inginkan.
9. Akibat marah dan kecewa pada orang tua
atau anggota keluarga.
10. Terjadi pada anak cerdas dan biasanya
suka membantah, namun mereka tahu konsekuensi dari tingkah lakunya.
11. Anak yang lelah, sakit, lapar, atau
perasaan tidak enak lainnya. (net)
Buka
Komunikasi dengan Anak
Untuk mengetahui kemungkinan apa saja yang
menyebabkan anak membantah perkataan orang tua, cobalah membuka komunikasi
dengannya sehingga kita sebagai orang tua bisa mengetahui penyebab dan alasan
mengapa anak mempertahankan pendapatnya. Setelah itu, orang tua pun jadi dapat
menemukan jalan keluarnya bersama-sama.
Kalau bisa, terapkan disiplin yang konsisten,
menyenangkan, dan terbuka. Maksudnya, ketika anak sudah diminta untuk mentaati
peraturan, orang tuapun harus konsisten dengan apa yang sudah ditetapkan
bersama anak. Juga jangan tutup kemungkinan untuk menerima masukan dari anak.
Ciptakan juga suasana yang menyenangkan dalam
keluarga. Karena jika terdapat kondisi stres dan konflik yang terjadi pada orang
tua dan itu diketahui oleh anak, dapat mengurangi penghargaan anak terhadap orang
tua. Ujung-ujungnya, mucul sikap negatif yang dikeluarkan oleh anak.
Post a Comment
Post a Comment