Zaman sekarang mau
melarang anak tidak bersentuhan dengan ponsel itu... rasanya kok susah ya?
Pasalnya, kita sebagai orang tua pun punya beberapa alasan yang membuat anak
pada akhirnya memang perlu pegang ponsel.
Orangtua membutuhkan
ponsel untuk mengecek keberadaan anaknya. Bagi orangtua yang bekerja di luar
rumah, atau yang anaknya sudah bersekolah, ponsel jadi alat penghubung
komunikasi yang efektif dengan anak. Misalnya, saat orangtua sedang bekerja
lalu ingin mengecek apakah anaknya sudah makan atau sudah mengerjakan tugas
sekolahnya, akhirnya ponsel yang menjadi media komunikasi.
Sedangkan jika anak
sekolah, untuk mengecek apakah ia sudah pulang atau belum, bisa juga orangtua
menghubungi lewat ponsel. Jadi orangtua bisa tenang saat anaknya sedang tidak
berada di rumah.
Pelajaran sekolah zaman
sekarang kerap membuat anak harus bersentuhan dengan internet. Karena ponsel
zaman sekarang kebanyakan sudah terintegrasi dengan internet, jadilah si ponsel
juga bisa jadi media untuk belajar.
Selain itu, anak-anak lahir
saat teknologi sudah seperti sekarang ini. Apalagi teknologi ponsel yang
akhir-akhir ini cepat sekali perkembangannya.
Karena itu, produsen
ponsel pun sampai menciptakan produk yang asyik kalau dipakai sama anak-anak.
dengan ponsel berteknologi khusus tersebut, anak-anak bisa belajar sambil
bermain, main sambil belajar, dan tambah pengetahuan.
Coba deh cek ke beberapa
anak kecil. Kalau mereka mau pegang ponsel, paling-paling kebanyakan tujuannya
ya buat nge-game.
Tapi yang namanya anak-anak,
kadang kalau sudah terlalu senang saat sedang pegang ponsel, jadinya suka
kebablasan. Terus kalau full dilarang biar kita sebagai orangtua bisa tenang,
eh, anaknya yang nggak senang.
Karena itu, orangtua perlu
mengatur penggunaan ponsel pada anak. Di luar negeri, para orangtua sudah biasa
tuh membuat kontrak perjanjian dengan anak-anaknya tentang penggunaan ponsel.
Jadi anak tidak bisa semaunya sendiri.
Biasanya, kontrak
perjanjiannya isinya berupa hal-hal seperti ini:
1. Ponsel tetap milik
orangtua dan anak hanya meminjam dari orangtua. Jadi jika ingin menggunakan
ponsel, anak harus izin dulu ke orangtua.
2. Sepakati, kapan anak
bisa atau tidak menggunakan ponsel untuk telepon atau sms ke orang lain, atau
menggunakan berbagai aplikasi lain di ponsel.
3. Etika dalam menggunakan
ponsel juga perlu disepakati lho. Anak harus tahu, kapan dan di mana saja ia
boleh menggunakan ponsel. Misalnya, anak tidak boleh memainkan ponsel sambil
makan, saat sedang bertemu dan bicara dengan orang lain, atau saat di tempat
ibadah. Etika ini juga termasuk, bagaimana seharusnya nada suara anak saat
menelepon agar tidak mengganggu orang lain, mengirim pesan dengan tulisan yang
baik dan sopan, dan yang lainnya.
4. Masih terkait aplikasi
di ponsel, sepakati juga lho tentang etika penggunaan kamera. Anak harus tahu
apa yang boleh difoto atau tidak, baik tentang dirinya sendiri maupun orang
lain, juga di mana kamera itu boleh atau tidak digunakan.
5. Ada waktunya ponsel
harus diletakkan kembali di tempat tertentu di rumah. Jadi nggak ada yang
namanya ponsel bisa dibawa ke tempat tidur. Hal ini juga bertujuan untuk
mengurangi radiasi buruk ponsel ke tubuh saat sedang beristirahat.
6. Untuk anak yang sudah
besar dan lebih dipercaya untuk sering memegang ponsel, ia juga harus mematuhi
aturan sekolah tentang penggunaan ponsel.
Lalu, kenapa sih perlu ada
kontrak perjanjian segala dengan anak-anak untuk urusan penggunaan ponsel?
1. Anak harus belajar
untuk menghomati kepemilikan. Ponsel yang dimiliki orangtua bukan berarti bisa
dipakai anak begitu saja. Belajar dari menghargai barang milik orangtua, anak
juga akan belajar menghargai benda milik orang lain.
2. Dengan terbiasa tahu kapan
saja anak bisa menggunakan ponsel, ia akan belajar tahu waktu. Jangan sampai
deh anak terlalu kecanduan ponsel hingga lupa untuk melakukan hal lain yang
harus ia lakukan.
3. Jengah kan melihat
fenomena orang-orang yang melulu bersentuhan dengan ponsel hingga membuat orang
lain terganggu? Nah, anak juga perlu tahu bahwa ada saat tertentu ia harus
melihat situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya serta sejenak menyimpan
ponselnya.
4. Fenomena yang
akhir-akhir meresahkan terkait teknologi ponsel adalah tentang penggunaan
kamera. Selfie tidak tahu tempat atau merugikan orang lain, mengabadikan area
pribadi diri sendiri atau orang lain dan kemudian membaginya di media sosial,
adalah hal-hal yang perlu kita waspadai untuk tidak dilakukan pada anak-anak kita.
Karena itu, anak juga harus tahu bagaimana penggunaan kamera ponsel yang
seharusnya.
Yang namanya perjanjian,
tentunya ada konsekuensi jika apa yang sudah disepakati itu dilanggar. Orangtua
bisa langsung membuat kesepakatan konsekuensi pelanggaran tersebut di awal
perjanjian. Bentuknya, bisa berupa jatah penggunaan ponsel yang berkurang atau
hilang, bersih-bersih rumah di luar kewajiban dan kebiasaan anak, atau yang
lainnya.
Tentunya, perjanjian ini
juga harus ditaati oleh orangtua. Nggak ada tuh ceritanya kalau anak melanggar
lalu dibiarkan. Atau, ternyata orangtua sendiri yang melanggar. Misalnya, anak
nggak boleh main ponsel sambil makan. Eh, orangtuanya yang malah melakukan itu
sendiri!
Cuma zaman sekarang ini,
kayaknya ngeri juga kalau terlalu percaya meminjamkan ponsel pada anak.
Misalnya di Youtube atau Google, ketika anak niatnya mau mencari bahan belajar,
eh jadinya malah kecantol ke tampilan yang nggak benar.
Begitu juga untuk urusan
permainan. Sering tuh ada permainan di internet yang labelnya untuk dimainkan
anak-anak, tapi nyatanya di dalamnya ada unsur pornografi atau kekerasan yang
sangat tidak bagus untuk dilihat anak-anak.
Nah lho, bingung dan jadi
nggak tenang lagi kan? Jadi enaknya bagaimana ya untuk menyiasati urusan ponsel
untuk anak-anak ini? Sebetulnya orangtua memang harus mendampingi anak-anak
saat menggunakan ponsel. Tapi ya gitu deh, memang orangtua tidak bisa melulu
mengawasi anaknya saat menggunakan ponsel.
Post a Comment
Post a Comment