Cerpen Tia yang Tomboy ini dulunya pernah dimuat di Majalah Girls tahun
2011. Tapi… aslinya dia sudah bolak-balik lho saya kirim ke Majalah Girls dan…
ditolak! Hahaha…
Alasan editornya sih saya nggak tahu persisnya. Cuma, kenapa akhirnya cerpen
ini diterima di Girls setelah bolak-balik ditolak sih karena saya merombak
setting ceritanya.
Jadi, saat itu saya pernah ngerumpi sama teman saya yang juga waktu itu
penulis cerita anak, RF Dhonna. Menurut dia, karakternya Majalah Girls itu
untuk segmen anak kota.
Setelah dengar itu, barulah saya sadar. Pantas saja cerpen ini kok
ditolak terus. Soalnya kalau versi aslinya, cerpen ini settingnya alam
pedesaan. Usai saya rombak namun dengan garis besar cerita yang sama, beneran,
cerpen ini pun kemudian diterima.
Moral storynya, emang ya, kalau mau kirim naskah apapun itu lihat dulu,
mereka yang kita kirimin maunya apa, maunya dibaca sama siapa tulisan kita
kelak.
Dan, inilah cerpen hasil rombakan saya yang kemudian dimuat juga di
Majalah Girls. Selamat membaca…
**
Tia yang
Tomboy
Siapapun kenal
Tia, anak kelas 5 SD Melati Wangi yang hobi sekali membela kebenaran dan
menegakkan keadilan! Lho, kok seperti di film saja, ya? Tapi memang benar, Tia
suka sekali membela teman-temannya yang sering diusili anak-anak nakal. Soalnya
Tia jago ilmu bela diri.
Tia adalah
gadis yang tomboy. Teman-temannya kebanyakan anak laki-laki dan hobinya juga
seperti anak laki-laki. Ia suka sekali main futsal, atau main perang-perangan
yang ada di game online.
Sebetulnya,
mamanya Tia kurang setuju dengan kebiasaan Tia. Karena prihatin dengan ulah Tia
yang beberapa kali dinasehati tetapi selalu tak pernah mau mendengarkan,
mamanya Tia lalu menceritakan masalahnya kepada Miss Hera, gurunya Tia di
sekolah. Kebetulan, Miss Hera memang teman mamanya Tia sejak mereka masih
sama-sama bersekolah sewaktu kecil.
“Iya, saya
juga heran dengan Tia. Tapi, sepertinya saya punya ide yang menarik untuk Tia,”
ujar Miss Hera kepada mamanya Tia.
Di sekolah
Tia, ada tradisi pelaksanaan pertandingan antar kelas yang biasa diadakan sebelum kenaikan kelas. Acara itu disebut
dengan Class Meeting. Beberapa saat sebelum Class Meeting diselenggarakan, Miss
Hera mencoba mengajak Tia untuk mengikuti lomba.
“Tia, Class
Meeting nanti kamu ya yang mewakili kelasmu untuk lomba menghias cake,
merangkai bunga, dan fashion show ya?” tawar Miss Hera.
“Wah, lomba
itu kan untuk anak perempuan semua, Miss! Masa, saya harus ikut lomba seperti
itu?” seru Tia sambil tertawa geli dan membayangkan lucunya ia jika harus ikut
lomba-lomba itu.
“Lho, kamu kan
memang anak perempuan?” Miss Hera jadi tersenyum geli.
“Tapi, Miss
tahu kan kalau saya ini tomboy?” jawab Tia.
“Gitu ya? Jadi
kamu mau dibilang sebagai anak yang mudah menyerah saat ditantang ikut
lomba-lomba itu?” pancing Miss Hera.
Sesaat Tia
terdiam. “Wah, iya juga ya! Kalau aku tidak mencoba, terus teman-temanku tahu
kalau aku belum apa-apa sudah menyerah, pasti teman-teman akan menertawakan
aku!” batin Tia.
“Nah, sekarang
Miss tantang kamu untuk ikut. Kalau kamu bisa, kamu kan bisa membuktikan kalau
kamu nggak hanya jago urusan bela diri,” Miss Hera memberi semangat.
Tia lalu
mengangguk. “Baik Miss, saya akan mencobanya!” seru Tia mantap.
Karena Tia
sangat takut kalah, beberapa hari sebelum lomba, Tia mencoba banyak belajar
dari mamanya. Mulai dari belajar menghias cake secantik mungkin, merangkai
aneka bunga, sampai berjalan bak seorang puteri dengan mengenakan kebaya. Acara
bermain dengan teman-teman laki-lakinya yang biasa ia lakukan setiap sore, terpaksa
tidak ia lakukan dulu.
“Duh Tia, kamu
sekarang sombong sekali, ya?” protes Brian saat mencoba mengajak Tia bermain
perang-perangan di kebun jagung seperti biasanya bersama Tony dan Rian.
“Maaf
teman-teman, aku sedang mempersiapkan diri untuk lomba di Class Meeting nanti,”
jawab Tia yang waktu itu sedang asyik belajar merangkai bunga.
“Dulu katanya
nggak mau mencoba kegiatan yang berbau anak perempuan? Kok, sekarang berubah?”
ejek Rian.
“Habisnya, aku
ditantang sama Miss Hera. Masa iya aku nyerah nggak mau ikut lomba gara-gara
aku nggak bisa? Nanti, apa kata dunia?” seru Tia.
Akhirnya
ketiga sahabat dekatnya itu menyerah dengan keputusan Tia.
Class Meeting
di sekolah Tia akhirnya tiba. Dengan mantap, Tia mengikuti beberapa lomba
pilihannya. Saat lomba menghias cake, Tia dengan cekatan menghias cake bentuk
kotak yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Lalu waktu lomba merangkai
bunga, Tia berkonsentrasi merangkai tangkai demi tangkai bunga crysant dan
mawar yang telah dibelikan mamanya di toko bunga.
“Hm... tinggal
lomba fashion show nih! Kira-kira teman kita yang super tomboy itu bisa nggak
ya?” tanya Tony pada kedua temannya.
Namun, apa
yang dikhawatirkan oleh Brian, Tony, dan Rian tidak terjadi. Tia ternyata bisa
juga bergaya anggun dengan mengenakan busana panjang yang membuatnya terlihat
feminin. Padahal semua orang tahu, Tia selama ini selalu berjalan dengan gaya
tubuh yang mirip seperti anak laki-laki.
Akhirnya, saat
pengumuman lomba Class Meeting tiba. Tia dan teman-temannya begitu deg-degan
menunggu hasil lomba. Saat diumumkan, ternyata Tia meraih juara 1 di lomba
menghias cake. Sedangkan di lomba merangkai bunga dan fashion show, Tia
mendapat juara tiga.
“Wah selamat
ya Tia! Saya tidak menyangka jika tantangan saya dulu benar-benar kamu coba!”
seru Miss Hera senang.
“Iya Miss,
kami saja yang teman dekatnya juga tidak menyangka lho Tia mau ikut lomba-lomba
itu dan bisa menang!” sahut Heri.
Tia tersenyum
puas. “Ternyata, melakukan kegiatan yang biasa dilakukan anak perempuan itu,
tidak mudah yah? Harus super teliti dan cermat,” ujar Tia.
“Ehm, jadi
ceritanya sudah nggak mau lagi jadi anak tomboy nih?” Rian menggoda Tia.
“Ah, nggak
juga! Aku tetap akan main game online sama kalian kok setiap sore. Cuma,
mungkin waktunya agak berkurang. Mulai sekarang, aku juga mau mencoba membantu
Mama di rumah. Yah, paling tidak membantu merawat taman dan jadi asisten Mama
di dapur,” jawab Tia yang tiba-tiba ingat bagaimana besarnya jasa mamanya yang
sudah membantunya dalam mempersiapkan lomba.
Post a Comment
Post a Comment