Dulu, sebelum sekitar tahun 2009-2010, gang
di tempat orangtua saya tinggal di Lamongan hanyalah sebuah jalan sempit dengan
deretan rumah yang rapat.
Waktu itu, saya masih menumpang di rumah
orangtua yang berada di Perumnas dengan tipe rumah berlabel RSS, tipe 36.
Jika dilihat dari atas, akan nampak deretan
rumah dengan atap asbes memanjang yang tak memerlihatkan batas antar rumah. Jalan
yang tersedia hanya bisa dilewati kira-kira satu mobil saja. Itu pun pas
seukuran satu mobil!
Sebetulnya pihak Perumnas telah menanam pohon
mangga di setiap halaman rumah yang tidak lebar. Namun makin besar pohon itu
tumbuh, akarnya malah merusak lantai rumah.
Akhirnya kalau bisa dibuat perbandingan,
hanya satu dari sepuluh orang yang memilih untuk menebang pohon mangganya, lalu
merubah lahan yang hanya sekelumit itu untuk teras atau tempat meletakkan
sepeda motor.
Semua gambaran itu tentunya cukup
menggambarkan, betapa panasnya kondisi yang ada. Terutama jika musim kemarau.
Suasana di lingkungan perumahan terasa gersang. Hanya sedikit orang yang masih
mau menanam tanaman di pot.
Lantas pemerintah Kabupaten Lamongan
mengadakan program Green and Clean. Saya melihat orang-orang di sekitar tempat
saya tinggal seperti bereforia. Tempat sampah dibuat tiga macam. Jalan dicat.
Banyak pot dan tanaman hias yang dibeli warga.
Tak hanya di lingkungan saya tinggal, kondisi
itu juga terjadi di banyak tempat di Kabupaten Lamongan. Bahkan sampai ada yang
menyewa pot tanaman hias dari penjual tanaman.
Semua punya satu tujuan, ingin dinilai bagus
dan menang. Itulah yang lantas membuat saya tersenyum sinis. “Ah, sampai kapan
mau seperti itu? Paling usai penjurian juga bubar!”
Atau, saya pun jadi menggerutu karena jalan
yang makin sempit. Jika sebelumnya sepeda motor bisa diparkir di tepi jalan,
yaitu di atas penutup got, program Green and Clean membuat hal itu tidak bisa
dilakukan lagi. Di atas penutup got diletakkan pot-pot tanaman yang disusun rapat
dengan hanya sedikit celah.
Dan benar saja, fenomena yang menurut saya
lucu terjadi sesuai tebakan. Saat masa lomba terutama penjurian, ada himbauan
untuk harus membuang sampah sesuai tempatnya, sampah basah dan kering.
Yang paling membuat saya geli adalah himbauan
untuk tidak menjemur pakaian di depan rumah. Maksudnya, di teras atau
pekarangan rumah.
Ini tentu susah dilakukan bagi beberapa warga
yang area belakang rumahnya telah dijadikan bangunan ruang rumah, atau tidak
memiliki lantai tingkat untuk menjemur cucian.
Tapi makin hari, ada hal yang justru membuat
saya merubah pandangan, dari sinis menjadi salut. Karena di lingkungan tempat
saya tinggal kerap menjadi pemenang dalam lomba Green and Clean, jenjang
lombanya makin meningkat, kriterian penilaiannya pun makin bertambah.
Ada perubahan yang lambat laun terasa terus
menjadi baik dan makin baik. Dulu lingkungan yang terasa gersang dan panas,
kini telah lebih berkurang. Hampir tidak ada lagi sampah yang berceceran di
jalan, bahkan untuk sebuah puntung rokok saja. Karena di dekat tempat sambah
besar, ada tempat sampah khusus puntung rokok.
Setiap bulan, ada pengumpulan bank sampah.
Sampah-sampah yang bisa diloakkan seperti barang bekas atau sampah bekas
kemasan, dikumpulkan oleh pengepul yang akan datang untuk menimbang sampah tiap
warga yang setor padanya.
Memang sih, untuk urusan membuang sampah
berdasarkan kategori sampahnya masih sering dilakukan jika ada penjurian lomba.
Jika tidak sedang masa penjurian, sampah dibuang ke tempat sampah tanpa melihat
kategorinya.
Ada juga perubahan yang terlihat dari sikap
para warga sendiri. Jika awalnya mereka melakukan kegiatan kebersihan dan
merawat lingkungan dikarenakan lomba, sekarang warga melakukannya sebagai
bagian dari kebiasaan.
Uniknya hal tersebut dilakukan mulai dari
orang dewasa sampai anak-anak, lho! Anak-anak di lingkungan tersebut bahkan
bisa saling mengingatkan jika ada yang sembarangan membuang sampah jajanan.
Jika melihat perubahan yang ada, saya sudah
acungi jempol karena menghapus rasa pesimis saya bahwa sikap peduli sampah atau
penghijauan hanya rajin dilakukan jika ada lomba.
Efek euforia green and clean ini sempat
terasa di hampir seluruh daerah di Lamongan. Bahkan teman saya dari Jakarta
yang sempat main ke Lamongan sampai kagum melihat ada tempat pengumpulan sampah
di pinggir jalan yang sudah dibagi menjadi sampah kering dan basah.
Fenomena Green and Clean di daerah saya
membuat saya menyadari satu hal. Terkadang sikap baik bisa berawal dari
kebiasaan yang dibiasakan, dan tidak hanya berawal dari kesadaran akan manfaat
sikap itu sendiri.
Bagusnya Mbak. Kayak di sini juga, ada daerah yang konsisten dengan bank sampahnya, berkat pak RWnya. ALhamulillah mereka terbiasa bersih dan mengolah sampah.
ReplyDeleteSkarang makin banyak yang memang menyadari bahwa menjaga lingkungan harus dibmulai dengan kebiasaan yang yang harus dilakukan ya mba. Dan kayaknya fenomena green and clean sudah menyebar hampir di seluruh INdonesia ya mba
ReplyDeletePembiasaan dan juga penteladanan ya mba .. Biasanya 2 hal itu yg mensukseskan peningkatan kesadaran akan gal2 baik yg masih baru
ReplyDeleteAwal yang baik biasanya membawa akhir yang baik juga ya mbak
ReplyDeleteWah program green and cleannya keren banget, Mbak. Klo di tempat saya, dari thn 2017 kemaren lagi digalakkan nanam tanamandi polibag2. Alhasil, rumah2 terlihat hijau sejuk jadinya
ReplyDeletePatut dicontoh, mudah2an semangat Green and clean daerah tempat kakak tinggal juga dicontoh tempat lain.
ReplyDeleteFenomena miris saat ini, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan, masalahnya kalau warganya gak mau gotong royong. Saya salut sama orang2 yang berinisiatif membangun Green and clean di tempatnya kakak
Di wilayah tempat tibggal bunda sdh digalkkan program Green n Cleen ini berkat pak RTnya yang aktif memberikan arahan sekaligys tefjun ke jalan. Gak sia-sia pd perayaan ke 73 ultah RI menjadi Juara 1 se RW dr 10 RT utk lingkungan bersih dan indah.
ReplyDeleteIni memang fakta ya mba, di republik tercinta kita ini atau mungkin juga di negara lain.
ReplyDelete... bahwa ada beberapa hal yang memang perlu "reward program" untuk menjadikan kebiasaan baik, lambat laun menjadi gaya hidup.
Semoga istiqamah ya...
Keren mbak perumnasnya. Di kampungku masih banyak lahan kosong nih
ReplyDeletemeski awalnya karena lomba akhirnya jadi habit baik ya mba :) ditempatku masih pada susah euy
ReplyDeleteIya nih Mba. Selain kesadaran dari masing-masing warganya, juga tindakan tegas dari pemimpinnya juga bisa ambil peran :)
ReplyDeleteMemang sesuatu yang baik harus dimulai karena kebiasaan ya. Kalau sudah lihat hijau2 gitu kan jadi seger ya lingkungan juga makin asri
ReplyDeleteMantap nih tradisi Green and Clean harus terus dipelihara sampai ke anak cucu yaa...
ReplyDeleteSetuju banget.
ReplyDeleteSikap baik bisa berawal dari kebiasaan yang dibiasakan.
Senang banget yaa, Mba. Kegiatan baik yang awalnya dilakukan karena "ada maunya" alias pengen menang dalam lomba, akhirnya keterusan dan jadi kebiasaan yang terus dilakukan warga :)
ReplyDeletebenar kata pepatah, ala bisa karena biasa :)
Iyah mba... Setiap kebaikan itu butuh kebiasaan. Hingga jadi kebiasaan baik
ReplyDeleteSaya suka kalau lihat lingkungan cantik meskipun sebenarnya dilakukan karena niat berbeda.
ReplyDeleteAlhamdulillah seneng ih kalau ada berita baik soal lingkungan begini, banyak yang nggak sadar dan nggak peduli. Semoga langgeng terus Lamongan dengan kebersihannya.
ReplyDelete