Cerpen yang dimuat di Majalah Girls pada
bulan November 2014 bisa dibilang cerpen terakhir saya yang dimuat di sana.
Karena tak lama kemudian, majalah ini memutuskan untuk menghentikan edisi
cetaknya. Alias, tidak terbit lagi.
Uniknya, nama tokoh Ayyis ini di kemudian
hari jadi nama panggilan anak saya, Kayyisah. Tanpa saya sadari, ternyata nama
ini saya pakai di cerpen buatan saya sebelumnya anaknya lahir.
Untuk Majalah Girls, walaupun segmen
pembacanya adalah anak-anak yang hampir beranjak remaja, tapi sebetulnya saya
jarang membuat cerpen dengan tema yang ada unsure cinta-cintaanya. Sepertinya
ini cerpen ke dua saya di majalah tersebut yang sedikit menyentil tentang
pertemanan spesial antara anak perempuan dan anak laki-laki.
Tapi meski demikian, tetap ya, unsur
moral perlu ada dalam cerpen anak.
Termasuk cerpen berikut ini yang memiliki nilai cerita tentang pentingnya tidak
berburu-buru berburuk sangka pada orang lain.
**
Rahasia
Wanda
Ayyis heran dengan sikap Wanda akhir-akhir ini.
Wanda yang dulunya suka berbagi cerita dengannya, sekarang jadi suka main
rahasia-rahasiaan. Bahkan dulu saat orangtuanya akan bercerai saja Wanda selalu
berkeluh kesah padanya.
Tapi sekarang, Ayyis merasa Wanda jadi aneh.
Selain jarang curhat ke Ayyis, Wanda kini memilih dekat dengan Kak Tony, kakak
kelasnya. Awalnya Ayyis tidak seberapa sadar saat Wanda sedikit-sedikit sering menyebut
nama Kak Tony. Tapi saat di sekolah ia memergoki Wanda suka ngobrol berdua
dengan Kak Tony, Ayyis jadi curiga.
“Masa Wanda pacaran sama Kak Tony?” duga Ayyis.
Sebetulnya Ayyis tidak masalah kalau Wanda
memang pacaran dengan Kak Tony. Tapi yang membuat Ayyis tidak nyaman, Wanda kini
tidak dekat lagi dengannya.
“Baru pacaran pertama kali saja, teman dekat langsung
dia buang!” pikiran buruk menghampiri kepala Ayyis.
Tapi, Ayyis tidak mau Wanda benar-benar jauh
darinya. Wanda sudah dianggapnya seperti saudara kandung. Ia pikir, kasihan
jika suatu saat Wanda kemudian tidak dekat lagi dengan Kak Tony.
“Yah, yang namanya anak seumur aku atau
Wanda, pasti pacarannya nggak lama. Orang kami masih kelas 6 SD,” pikir Ayyis.
“Nda, nanti sore ke toko buku, yuk. Kita kan
ada tugas kelompok membuat peta dari kerajinan tangan,” ajak Ayyis yang mengira
mungkin dengan cara jalan bareng ke mall, ia jadi bisa dekat lagi dengan Wanda.
“Uhm… maaf Yis, sore ini aku sudah janji dengan
Kak Tony,” kata-kata Wanda membuat Ayyis langsung membuang muka ke arah lain.
“Kak Tony lagi, Kak Tony lagi!” gerutu Ayyis.
Ia tak sadar jika ucapannya terdengar oleh Wanda.
Wanda jadi merasa canggung. “Maaf, Yis.
Sebetulnya aku ingin cerita banyak ke kamu. Tapi, sekarang ini aku belum bisa.”
Dipandanginya kedua mata Wanda dengan tajam.
“Kamu pacaran ya sama Mas Tony?” tembak Ayyis langsung.
Wanda menghindari tatapan mata Ayyis sambil menggeleng.
“Aku enggak bisa cerita sekarang, Yis. Maaf.”
“Wan, aku nggak masalah kamu mau dekat atau
pacaran sekalipun dengan Kak Tony. Tapi aku temanmu. Kamu sadar nggak,
akhir-akhir kita nggak dekat lagi. Setiap hari kamu lebih banyak dekat dengan
Kak Tony,” protes Ayyis panjang.
Wanda tertunduk diam. Ia merasa bersalah juga
sekaligus bingung harus berbuat apa saat itu.
“Aku masih temanmu, kan?”
Wanda langsung mengangkat kepalanya dan
menatap wajah Ayyis.
Sejenak Ayyis terkejut saat melihat mata Wanda
yang memerah. “Kenapa dia jadi menangis?” pikir Ayyis.
Padahal Ayyis baru saja ingin berujar jika Wanda
memang tidak ingin berteman dengannya lagi, ia tidak apa-apa. Tapi Ayyis
langsung menahan kata-katanya itu.
“Maaf Yis, maaf…” ujar Wanda lirih. “Beri aku
waktu sekitar bulan depan, ya. Aku pasti akan cerita semuanya ke kamu jika
sudah waktunya.”
Wanda lalu memegang kedua tangan Ayyis.
“Seharusnya aku yang tanya ke kamu, kamu masih mau menganggap aku teman kan? Kamu
mau nggak beri aku waktu untukku bercerita nanti pada waktunya? Sekarang ini
aku sedang bingung dan tidak bisa cerita ke siapapun. Kamu mau bersabar
menunggu dan tetap berteman denganku kan?”
Ayyis tersenyum kikuk. Di sisi lain ia memang
tidak akan menjauhi Wanda hanya karena saat ini Wanda lebih memilih dekat
dengan Kak Tony. Tapi yang Ayyis jadi bertanya-tanya, sebetulnya apa sih yang
dirahasiakan oleh Wanda?
**
Satu bulan kemudian saat Ayyis bahkan sudah
tidak ingat lagi tentang janji Wanda yang akan bercerita padanya, Ayyis
dikejutkan dengan sebuah undangan dari Wanda.
“Sore nanti bisa datang ke rumahku nggak,
Yis? Aku mau kamu kenalan dengan keluarga baruku.”
“Keluarga baru? Maksudnya?” Ayyis
kebingungan.
“Oke, sekarang deh aku cerita ke kamu. Papaku
sudah menikah dengan mamanya Kak Tony. Jadi, Kak Tony itu sekarang saudara
tiriku,” perkataan Wanda membuat Ayyis terkejut sampai membelalakkan mata.
“Kenapa sampai beberapa waktu kemarin aku
nggak cerita ke kamu, karena aku tuh bingung. Di kepalaku cuma terpikir
bagaimana caranya agar aku tidak punya mama tiri dan agar papaku tidak menikah
lagi. Waktu aku tahu kalau calon istri papaku itu adalah mamanya Kak Tony, aku
langsung mencari cara agar pernikahan papaku itu gagal.”
“Tapi kenapa kamu harus merahasiakan itu
dariku? Kan aku bisa membantumu untuk berpikir?” timpal Ayyis.
Wanda menggelengkan kepalanya. “Kamu nggak
melakukan itu, Yis. Aku tahu, kamu itu orangnya nggak bisa jahat. Kalau ada
orang baik meski itu musuh temanmu, kamu pasti akan membela dia. Iya kan?”
todong Wanda sambil tersenyum.
“Kak Tony dan mamanya itu orang baik. Kak
Tony sendiri sebetulnya juga sama dengan aku. Ia tidak mau mamanya menikah
lagi. Kami berdua lalu mencari cara bagaimana agar orangtua kami tidak jadi
menikah. Anehnya saat kami makin dekat, kami malah merasa sudah seperti saudara
kandung.”
“Jadi, pada akhirnya orangtua kalian
menikah?” tanya Ayyis yang langsung disambut anggukan kepala Wanda.
Ayyis langsung tertawa. “Aduh Win, jadi
begitu ceritanya? Ah kamu ini, besok lagi jangan main rahasia-rahasiaan lagi
dong. Capek tahu nggak kepalaku ini mengira-ngira. Aku pikir aku ini salah apa,
kamu ada masalah apa, pokoknya macam-macam deh!”
Wanda tersenyum malu. “Sampai kapanpun, kamu
tetap temanku, Yis. Maaf ya!,” ujar Wanda lalu menggenggam tangan Ayyis
erat-erat.
Post a Comment
Post a Comment