Kata cerai berikut kondisi perpisahan antar
pasangan bukan berarti hanya menyangkut kedua belah pihak saja, yaitu ayah dan
ibu. Sayangnya, tidak banyak dari pasangan yang memperhatikan bagaimana dan apa
yang sedang terjadi pada anak ketika proses perceraian akan dan sedang
berlangsung.
Nah, kali ini saya ingin berbagi tentang apa
dan bagamana yang perlu orang tua lakukan pada anak saat kedua orang tua
tersebut akhirnya bercerai. Tulisan ini merupakan hasil wawancara saya sewaktu
menjadi reporter dengan Ibu Dra Evy Rakryani Psi, psikolog anak dari Batam.
Jelaskan
Alasan Perceraian
Menurut
Bu Evy, semua pihak memang akan terkena dampak dari perceraian. Misalnya adanya
suasana yang jadi tidak nyaman.
“Ada orang tua yang berkelahi, ya berkelahi
saja. Ada yang bisa tahan di dalam dan di luar menunjukkan kepada anak kalau
baik-baik saja. Tapi tetap saja, ada yang bisa ditangkap oleh anak. Mereka akan
terasa,” ujar Bu Evy.
Menurut wanita yang pernah membuka praktek psikolog
di Makassar ini, usia balita pun sudah bisa menangkap apa yang sedang terjadi
pada kedua orang tuanya. Namun karena masih balita, mereka hanya mampu
merasakan dan menangkap suasana tapi tidak bisa mengekspresikannya. Sedangkan
bagi anak usia yang lebih besar, bisa jadi akan muncul pertanyaan.
Karena itu dalam mempersiapkan perceraian,
ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terutama tentang psikologi anak. Satu
diantaranya adalah menjelaskan alasan dari perceraian itu sendiri.
“Intinya, anak ingin sesuatu yang pasti.
Kalau perceraian memang tidak bisa dihindari, orang tua harus menjelaskan
kepada anak. Kumpulkan antara anak, ayah, dan ibu. Orang tua di sini harus
menjelaskan keputusan mereka,” saran Bu Evy.
Kalau orang tua menghadapi anak balita,
jelaskan dengan bahasa yang harus bisa dimengerti oleh mereka. Jelaskan juga
bahwasanya meski bercerai, kasih sayang kedua orang tua tidak akan putus. Kedua
belah pihak juga menjelaskan tentang materi yang akan tetap diberikan kepada
anak.
“Penjelasannya misalnya dengan begini, ayah
dan ibu setelah ini tidak sama-sama lagi. Jadi setelah ini kamu akan tinggal
dengan ayah atau ibu. Jangan juga memberi harapan palsu kepada anak,” lanjut Bu
Evy.
Harapan palsu di sini maksudnya adalah
berjanji bahwasanya kedua orang tua mungkin suatu saat akan kembali hidup
bersama. Jika janji ini sampai diucapkan, anak akan terus mengingatnya.
Ini
Bukan Salah Kamu
Masalah perceraian yang sedang dihadapi oleh
orang tua tentunya juga akan membuat anak terus memikirkan kondisi yang sedang
menimpa kedua orang tuanya. Jangankan anak yang masih usia kecil, mereka yang
sudah usia besar pun ada juga yang akan mencetuskan pemikiran bahwasanya
perceraian itu adalah karena kesalahan mereka.
“Kadang kan bisa tuh misalnya dari masalah
anak dapat nilai jelek, kemudian ayah menyalahkan ibu yang kurang mengawasi.
Nah di sini anak jadi berpikir ketika kedua orang tua mereka bercerai,
kemungkinan itu terjadi karena saya nakal,” ujar Bu Evy.
Saran dari wanita yang pernah tujuh tahun
hidup di Amerika Serikat ini adalah dengan menerangkan kepada anak bahwasanya
ini bukan kesalahan mereka. Hal ini bertujuan untuk menghindari perasaan
terpukul dari anak.
Agar anak tidak terus menerus merasa
bersalah, tetap berikan perhatian yang tidak berubah dari kedua belah pihak
orang tua. Intinya biar bagaimanapun, dalam kasus perceraian, orang tua harus
ingat bagaimana perasaan dan kepentingan anak.
“Orang
tua boleh memikirkan masalah tapi jangan tenggelam. Bagusnya, orang tua harus
sama-sama dewasa. Orang tua cepat ambil sikap dan juga tetap fokus pada anak,”
ujar wanita lulusan psikologi Universitas Padjajaran Bandung.
Jadi sebelum kata cerai, pikirkan dahulu apa
yang lebih baik dan buruk apa yang akan terjadi. Orang tua juga harus tetap
menguasai emosi, perasaan, maupun pikiran.
Jangan
Jelek-jelekkan Pasangan
Meski telah berpisah bukan berarti anak hanya
boleh memilih satu orang tua dan mencurahkan serta menerima kasih sayang dari
satu orang tua juga. “Bagaimanapun anak butuh ayah dan ibu. Jangan putuskan
hubungan anak dengan orang tua yang satunya,” ujar Bu Evy.
Di sini, butuh pula kepekaan orang tua untuk
mengerti apa yang dibutuhkan anak akan perasaannya. Orang tua yang memiliki hak
asuh anak boleh memberitahukan tentang pasangannya namun bukan berarti
menjelek-jelekkannya.
“Kalau kita memburuk-burukkan mantan pasangan
kita, anak jadi ada dalam posisi dituntut untuk memilih. Biarkan mereka melihat
dan tahu sendiri sehingga bisa mengambil keputusan sendiri,” lanjut Bu Evy yang
menyarankan adanya kebijakan orang tua untuk menyampaikan hal ini.
Pasangan
yang Pergi dan Melupakan
Ini sebetulnya catatan tambahan dari saya
sendiri, hasil melihat kondisi beberapa teman yang bercerai dengan pasangannya.
Kalau yang seperti diuraikan oleh Bu Evy, memang itu adalah kondisi idealnya.
Bisa dibilang, sangat jarang pasangan bercerai yang kehidupannya seperti Deddy
Corbuzier dan mantan istrinya, Kalina.
Namun kenyataannya di luar sana, tidak
sedikit pasangan yang berpisah lalu memilih melupakan mantan pasangan bahkan
anak kandungnya sendiri! Kebanyakan kasus yang saya temukan, pihak ayah lah
yang pergi dan tidak lagi peduli pada kehidupan mantan istri serta anaknya.
Meski mantan istri telah memberi pengertian
dengan baik tentang ayah dari anak-anaknya, tapi di balik itu, ada hati mantan
istri yang sedih elihat mantan pasangannya yang tidak lagi peduli. Apalagi
anak-anak yang merasa diabaikan oleh ayah kandungnya sendiri.
Tapi apakah anak-anak ini lantas menjadi anak
nakal? Nyatanya di beberapa kasus yang terjadi pada teman saya, hal itu tidak
terjadi. Yang saya perhatikan, anak-anak ini tetap tumbuh dan berkembang bahkan
menjadi anak-anak berprestasi.
Kuncinya ada pada sosok ibu yang terus
mencurahkan kasih sayang, memberi motivasi dan segala hal positif, sehingga
anak tetap terus menjadi anak baik. Meski tanpa kasih sayang ayah yang bahkan
tidak peduli lagi dengan mereka.
Benarlah adanya ungkapan ada mantan suami/istri, tapi tak ada yang namanya mantan anak.
ReplyDeleteWalau sudah bercerai, selayaknya anak tetap berhak mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun nyatanya banyak orang tua yang melupakan anaknya setelah bercerai