Sore itu saya melihat sebuah foto di
instagram milik seorang mantan siswa yang dulu pernah saya ajar sewaktu di Kalimantan Selatan. Mantan siswa saya yang bernama
lengkap Wahyu Khairina ini memposting foto dirinya bersama teman-temannya
dengan latar belakang lapangan sepak bola di Instagramnya dengan keterangan Asian Games.
Dan tebakan saya sejak beberapa waktu
sebelumnya membuat saya benar-benar tersadar. Cewek yang sering dipanggil
dengan nama Ayu ini memang menjadi volunteer
atau relawan pada perhelatan akbar Asian Games 2018. Karena sejak ajang Asian
Games 2018, Ayu kerap berbagi konten foto tentang informasi kegiatan tersebut.
Segera saya langsung mengirim pesan singkat
ke Ayu di IG-nya, menanyakan tentang kebenaran apakah ia memang menjadi relawan
dalam acara yang sudah berakhir tanggal 2 September 2018 lalu.
Saat ia menjawab iya, langsung deh saya
tembak Ayu, memintanya mau diwawancara untuk dimuat di blog saya ini. Eh alhamdulillah,
Ayu mau. Jadi deh saya wawancara Ayu lewat IG yang kemudian nyambung lewat WA.
Yuk simak percakapan saya dengan cewek yang kuliah
di STEI Tazkia jurusan Akuntansi Islam di semester 1-4, dan sekarang nyambung
kuliah di CEP-CCIT FTUI jurusan Teknologi Perbankan Syariah untuk semester 5-8.
Ceritain
dong awal muasal keterima jadi volunteer Asian Games?
Jadi awalnya ada BC-an di grup kelas,
penerimaan volunteer gitu. Sekitar
pertengahan tahun 2017. Ternyata itu buat volunteer
Test Event, pra-Asian Games gitu. Belum buat main event-nya. Tapi saya tetap daftar tuh. Daftarnya lewat
website, standar isi data diri, upload dokumen, jawab pertanyaan essay kayak kenapa mau jadi volunteer. Kalau nggak salah itu daftar
bulan Agustus. Pengumumannya baru dua atau tiga bulan setelahnya. Dan ternyata
nggak lolos! Waktu itu yang dicari dua ribu volunteer.
Setelah itu dibuka lagi pendaftaran untuk volunteer main event sekitar bulan
Februari sampai pertengahan Maret. Saya udah agak males waktu itu, nggak ada
harapan lagi gitu kan. Yang dicari emang sebanyak itu. Tapi yang apply juga sebanyak itu. Dan orang-orang
terbaik semua. Gitu saya mikir waktu itu. Tapi dari pada penasaran, akhirnya
daftar lagi untuk main event.
Daftarnya masih sama via website. Dokumen yang di-upload juga sama. Karena nggak terlalu semangat lagi, waktu itu
SKCK yang dipakai udah habis masa berlakunya. Bekas daftar untuk tes event.
Alhamdulillah ternyata tanggal 2 Mei dapat
email undangan psikotes. Itu rasanya seneng banget waktu itu. Di undangan ini tuh
belum dikasih jadwal fixed-nya. Jadi kita
masih pada menunggu. HRV INASGOC ini sukanya tiba-tiba gitu. Seringnya jadwal
di drop hari ini, lusanya kita harus
tes. Nah waktu itu dapat tempat tes di Markas TNI AU di Halim. Jadi waktu itu
psikotes sama FGD (Forum Group Discussion, red). Tes psikotesnya kalau nggak
salah ada 300-an soal dan FGD-nya diawasi dua orang psikolog.
Alhamdulillah psikotes dan FGD itu lolos. Kita
itu diterima jadi volunteer dengan
syarat ikut dua General Training (GT)
dan 1 Job Specification Training. Waktu
itu GT 1 saya di LPPI Kemang tema umumnya tentang keolahragaan. GT 2 dapat di
UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta, red) tentang ke-volunteer-an dan pariwisata. Terakhir pengumuman divisi dan kelompok
kerja yang ada di Jakarta dan daerah karena beberapa pertandingan dilaksanakan
di luar Jakarta seperti Bogor, Majalengka, dan Subang.
Saya ditempatkan di Divisi Sport, Medal
Ceremonies and Games, serta Sport Presentation Departement di cluster daerah.
Saya dapat di Pakansari untuk main group
B: Qatar, Uzbezkistan, Bangladesh, Thailand. Juga tempat match perempat final,
semifinal, dan final.
Juga kan ada lapangan buat latihan. Nah itu
saya kedapatan tugas jadi PIC lapangan latihan di Pajajaran.
Jobdesk-nya
ngapain aja tu Yu?
Kalau sport itu ngurusin yang berhubungan sama
technical match-nya tersebut. Kalau football itu kita urusin dari ruang ganti
pemain, wasit, match com, gawang,
bola, garis-garis, ball boy, sampai
jadi flag barer waktu opening match gitu. Kita memastikan semuanya
sesuai standar dan berjalan seharusnya.
Semua yang berhubungan langsung sama si
pertandingan, atlet, dan official-official-nya
gitu.
Buat yang di Pajajaran jobdesk-nya juga sama, memastikan sesuai standar latihan dan
berjalan dengan benar.
Foto: dokpri Ayu |
Dirimu
pas apply daftar bahasa apa Yu?
Katanya minim dua bahasa asing ya?
Enggak Miss (*sampai sekarang Ayu masih
panggil saya Miss). Saya apply bahasa
Inggris saja. Mau apply bahasa Arab
sama Korea kan tapi pilihan levelnya itu nggak ada dasar. Jadi nggak berani apply bahasa lain.
Pengalaman
yang menarik selama jadi volunteer apa Yu? Katanya sampai ada yang kena marah
atlet luar, kerja keras banget selama jadi volunteer ya?
Semuanya menarik. Beberapa negara emang
tipikalnya keras dan agak angkuh gitu. Pernah waktu jadwal latihan tim KSA
(Kingdom Saudi Arabia, red) itu mereka mau close
training. Semua orang diusir keluar stadion. Termasuk volunteer sama koordinator saya. Itu hak mereka sih untuk close training. Tapi prosedurnya kita
tetap boleh di dalam sana. Juga mereka bawa translator yang nggak punya AD
Card. Nah itu hukumnya nggak boleh banget. Semua orang di sana kan harus
dikenali.
Ada juga tim Qatar yang sukanya datang awal
pulang belakangan. Mereka nambah waktu sendiri. Sampai kita harus matiin lampu
stadion biar mereka pergi. Soalnya ada tim lain yang juga harus latihan dan
kedua tim itu nggak boleh ketemu. Jadi waktu itu lampu stadion dimatiin biar
tim Qatar cepat-cepat beberes. Terus tim selanjutnya yang sudah keburu datang
kita tahan dulu nggak boleh turun dari bis.
Kalau kerja keras bisa dibilang banget sih. Hari-hari
tercapek itu apalagi kalau hari match
dan setelahnya. Kita sudah diperingati nggak boleh melakukan hal-hal berat dan
kasar waktu training. Tapi kenyataannya
di lapangan nggak ada UPT yang bertanggung jawab sama stadion itu.
Jadi kita volunteer-nya
yang bersihin ruang ganti, ngepel, nyapu sudah biasa, sampai nguras pool buat pemain bola. Kalau hari itu
ada dua match, berarti ada empat pool
yang harus kita kuras. Juga bantuin angkat-angkat barang-barang atlet kalau
datang match dan latihan. Yang cowok
juga jadi kuli angkat es. Satu tim minta sekitar 150 kg es biasanya buat match.
Seharusnya nggak boleh kerja kasar gitu sih,
dikasih tahu pas training. Kalian
bukan OB dan sebagainya. Tugasnya kita hanya memastikan. Tapi karena nggak ada
orang lain yang ngerjain ya udah, kita yang turun tangan.
Aslinya
volunteer selama dan setelah Asian Games dapat apa saja?
Yang pasti dapat seragam yang dipakai tiap
hari itu. Baju, celana, topi, tas, kaos kaki, sepatu, dapat e-money buat naik Trans Jakarta gratis
sampai tanggal 15 September nanti. Terus dapat produk sponsor kayak Aqua,
Pocari, dan sebagainya tapi jumlahnya terbatas. Juga dapat allowance buat transport sama allowance makan.
Setelah selesai kita didata buat dapat
sertifikat sama koin relawan.
Keren
euy! Tapi pengalaman emang nggak bisa dihitung materi ya. Apalagi momen langka.
Pas closing ceremony puas lah ya lihat iKon
sama SuJu?
Nah ini, kita masih kerja tanggal 2
Septembernya. Ada jatah buat tujuh orang. Tapi sama koordinatornya saya baru
disampaikan tanggal 3. Biar semuanya tetap kerja katanya. Jadi nggak nonton
langsung deh.
Ya
Allah… kirain nonton langsung semua volunteer.
Jadi pas closing dirimu dan beberapa
teman volunteer ngeberesin apa?
Tanggal 2-nya kita beresin after final match yang tanggal 1. Selesainya
jam 4 sorean gitu. Yang cowok-cowoknya malah sampai malam karena
bongkar-bongkar gawang tiga stadion.
Keren
banget ih Yu pengalamannya. Makasih banyak ya sudah mau bagi cerita.
Alhamdulillah Miss, tahun ini dikasih
pengalaman yang luar biasa. Saya juga masih nggak nyangka termasuk dalam
pasukan merah beige itu. Makasih juga juga Miss.
***
Gimana pendapat teman-teman yang sudah baca
ceritanya Ayu?
Hiks, saya kok jadi bungkuk hormat ya. Ya ampun…
sebegitu kerja kerasnya mereka. Ngangkat es batu segitu berat segala. Dan yang
saya kirain para volunteer pada bisa
nonton iKon dan SuJu, eh ternyata nggak semuanya. Malah pas closing, ada yang masih beberes.
Rasanya pengen bilang, terpujilah engkau para
volunteer Asian Games 2018! Terima kasih buat kalian para volunteer di balik
kesuksesan Asian Games 2018. *terharu
Aku masih bingung es batu untuk apaan ya? Sebanyak itu pula..
ReplyDeleteTapi hebaaat loh mereka semua. Dan ga nyangka walo volunteer tp seleksinya ketat juga ya mbaa. :)
Buat ditaruh di pool yang buat atlet relaksasi, Mbak. Mereka kepanasan. Jadi minta itu. Maaf ni, seharusnya tertulis di caption foto. Tapi belum sempat buka netbook buat nambahin
Delete