Lima belas menit telah berlalu. Dan gadis kecil
yang saya kenali sebagai anak down syndrome atau DS itu pun masih menarikan
tari yang berjudul Angguk Kulonprogo, di atas panggung acara Temu Anak Peduli
Pusparagam Anak Indonesia di Surabaya pada tanggal 22 Juli 2018 lalu. Lagi, kali
ini saya kembali kagum dengan kehebatan anak DS.
Dulu sewaktu memegang sebuah penitipan anak,
saya memiliki seorang murid cilik yang mengalami DS. Meski memililki kelemahan
dibanding anak-anak seusianya, namun ada catatan dalam benak saya, ia mempunyai
kelebihan pada kekuatan untuk mau kuat berusaha.
Tak hanya kembali menyaksikan keistimewaan kemampuan
anak DS, di acara yang diadakan oleh Program Peduli itu pun saya menyaksikan
anak-anak hebat lain dari berbagai provinsi di Indonesia dengan mental dan
mimpi yang tak kalah hebatnya. Mereka berkumpul untuk memeringati Hari Anak Nasional
di Kota Pahlawan pada tanggal 20 hingga 22 Juli 2018.
Misalnya Reyhan asal Bulukumba Sulawesi
Selatan. Dengan runut, lancar, dan penuh semangat, ia yang tergabung dalam
kelas kewirausahaan memaparkan mimpinya yang suatu saat ingin memiliki sebuah
perusahaan mobil sendiri.
Istimewanya dari cita-cita Reyhan ini, ia
dengan detail sampai mengatakan jika nanti produk mobilnya akan seperti apa,
tenaga kerjanya dari mana dan kriterianya apa, serta sebesar apa jangkauan
perusahaannya kelak.
Dalam acara yang diadakan selama tiga hari untuk
memeringati Hari Anak Nasional tersebut, Reyhan dan kawan-kawannya usia 9 hingga
18 tahun melakukan berbagai kegiatan seperti belajar, bermain, berkarya, serta
bertukar pikiran mengenai berbagai tema kebangsaan.
Nah, tema kebangsaan inilah yang kemudian
membagi ratusan anak tersebut ke dalam beberapa kelompok atau yang disebut kelas.
Ada kelas gotong royong, literasi, kekerasan dan perundungan, toleransi,
kepemimpinan, dan kewirausahaan.
Untuk pembagian kelas juga memertimbangkan faktor
usia anak. Misalnya, anak yang ada di kelas literasi rata-rata berusia sekolah
dasar. Mereka tentunya tidak dimasukkan ke kelas kekerasan dan perundungan
karena bahasannya yang lebih pas untuk anak usia di atasnya.
Dalam acara Temu Anak, tiap kelas akhirnya diminta
untuk mewujudan hasil diskusi mereka dalam berbagai karya. Ada yang bentuk
poster, miniatur taman bermain yang memiliki wall climbing, hingga drama.
Hasil pemikiran anak-anak dari beberapa kelas yang ada di kegiatan Temu Anak |
Satu-satunya pertunjukan drama kemarin ditunjukkan
oleh Kelas Kekerasan dan Perundungan yang mendapatkan perhatian dari peserta dan
tamu undangan kegiatan Temu Anak.
Drama tersebut menceritakan tentang seorang
anak bernama Yance yang mendapat perundungan dari teman-temannya di sekolah,
mulai dari bentuk ucapan hingga kekerasan fisik. Masalah ini akhirnya bisa
diselesaikan ketika ibunya Yance mendatangi pihak sekolah dan meminta peran
guru untuk turut membantu menyelesaikan masalah yang dialami anaknya.
Sedangkan untuk karya lain yang terlihat unik
dan juga menyita perhatian kegiatan Temu Anak kemarin adalah produk dari kelas
gotong royong. Mereka memamerkan miniatur wall climbing yang ternyata di balik
itu memiliki sebuah kisah unik.
Jadi, ada 28 anak di kelas gotong royong yang
mendapat stik es krim dan lalu diminta untuk membuat taman impian. Mereka pun
merasa kesulitan.
Lantas pihak pendamping mengajak mereka
bermain simulasi mengangkat botol dengan kain selebar satu meter. Makin banyak anak
yang mengangkat kain, ternyata membuat botol tersebut mudah diangkat dengan
kain.
Simulasi itulah yang membuat mereka sadar
bahwa untuk membuat taman impian, mereka harus mewujudkannya secara
bersama-sama dan tidak bisa sendiria.
Seorang anak sedang dibantu oleh pendampingnya untuk memersiapkan miniatur taman impian |
Peserta Pusparagam Anak Indonesia ini pun
juga berpartisipasi dalam puncak perayaan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli
2018 di Kebun Raya Purwodadi Jawa Timur. Acara ini dihadiri Presiden Jokowi
yang menyaksikan Taman Impian berupa karya seni hasil dari Temu Anak Peduli.
Di acara tersebut, peserta Pusparagam Anak Indonesia
memimpin sekitar tiga ribu anak dari seluruh Indonesia untuk flashmob pada
puncak perayaan. Kegiatan ini sebagai wadah bagi anak-anak untuk bereskpresi.
Menurut Elmi Septiana asal Desa Pamongkong
Kecamatan Kerowaru Lombok Timur, ia merasa senang sekali bisa bertemu dengan teman-temannya
dari luar daerah dan juga bisa saling berbagi.
“Ini pertama kalinya saya ikut kegiatan Hari
Anak Nasional,” tutur gadis berusia 16 tahun yang menjadi salah satu perwakilan
anak yang berdialog dengan Presiden Jokowi.
Dalam teorinya, anak memang usia dari seorang
warga negara yang sedang berproses. Kualitas hidup di masa anak-anak lah yang
akan menjadi dasar seperti apa kualitas hidup di masa mendatang. Karena itu,
masa depan dari sebuah negara bisa dilihat dari bagaiana kondisi anak-anaknya. Untuk
itu anak-anak sebetulnya adalah aset negara yang perlu dijaga, dibina, dan
ditingkatkan kualitas hidupnya agar dapat bertumbuh kembang dengan maksimal.
Anak Indonesia siapapun itu memiliki hak kesamaan. Anak-anak di kegiatan Temu Anak pun memaparkan apa yang dimaksud dengan hak kesamaan. |
Tapi kenyataannya, ada berbagai tantangan dalam
proses tumbuh kembang anak untuk bisa ke arah yang positif. Masalah-masalah
seperti pengasuhan yang tidak memadai atau kondisi miskin dan jauh dari akses
fasilitas umum yang layak menjadi penyebab keberadaan masalah anak yang tidak
memiliki identitas resmi.
Kondisi ekonomi yang serba kekurangan
misalnya, bisa membuat anak menjadi rentan terjebak dalam kegiatan ekonomi yang
malah mengeskploitasinya. Di beberapa tempat di Indonesia, seperti yang terkadang
kita ketahui dari pemberitaan media, masih ada fenomena pernikahan usia dini
yang dijadikan sebagai solusi keluarga untuk mengurangi beban ekonomi.
Untuk itulah hadir Program Peduli yang dbentuk
oleh pemerintah Indonesia dengan fokus bekerja untuk melindungi dan mendorong pemenuhan
hak-hak anak dan remaja yang dalam kondisi rentan. Ibu Erna Irnawati, Program
Officer Program Peduli untuk Pilar Remaja dan Anak-anak Rentan pun menjelaskan lebih
tentang apa dan bagaimana ruang gerak Program Peduli.
“Program Peduli fokus bekerja untuk anak-anak
yang menjadi korban eksploitasi seksual komersial, anak-anak yang berhadapan
dengan hukum, dan anak-anak pekerja migran,” terang Ibu Erna.
Lebih lanjut menurutnya, Program Peduli
lantas melihat di tengah keterbatasan dan kondisinya, anak-anak ini ternyata mampu
bangkit serta menggapai mimpinya ketika mereka bisa mendapatkan akses, dukungan
yang tepat, hingga terciptanya ruang aman bagi anak-anak tersebut.
“Mereka juga punya mimpi dan dapat mewujudkan
cita-citanya serta berkontribusi untuk pembangunan Indonesia,” cetus Ibu Erna.
Program ini sendiri bertujuan meningkatkan
inklusi sosial bagi enam kelompok yang paling terpinggirkan di Indonesia, yang
kurang mendapatkan akses layanan pemerintah dan program perlindungan sosial.
Enam kelompok tersebut antara lain remaja dan
anak-anak rentan, masyarakat adat dan lokal terpencil yang tergantung pada
sumber daya alam, korban diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan berbasis
agama, orang dengan disabilitas, korban pelanggaran hak asasi manusia dan
restorasi sosial, serta transpuan.
Hingga kini Program Peduli bekerja sama dengan
sembilan organiasi mitra payung di tingkat nasional dan 69 organisasi
masyarakat sipil di 75 kota atau kabupaten yang tersebar di 21 provinsi di
Indonesia. Informasi lebih lanjut mengenai Program Peduli dapat diakses di
www.programpeduli.org.
Bapak Odi Shalahuddin yang merupakan Direktur
Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN) pun mengungkapkan, kegiatan
Temu Anak ini menarik karena memertemukan anak-anak marginal yang selama ini
terabaikan. Dan, mereka pun berkumpul untuk membicarakan kebangsaan.
“Suara sebagai aspirasi mereka patut
diperhatikan dan didengar oleh berbagai pihak,” imbuh Bapak Odi.
Anak pun punya hak rekreasi lho. |
**
Meski sudah beberapa hari berlalu, namun saat
saya menuliskan laporan ini, sayup-sayup seperti masih terdengar bagaimana
gegap gempita semangatnya anak-anak dalam kegiatan Temu Anak.
Mulai dari yel-yel Semangat, atau yel-yel
lain seperti ini, “Siapa kita? Aku anak Indonesia. Apa mau kita? Setara
semartabat. Apa yag kita lakukan? Semangat, semangat, semangat.”
Dan satu lagi yang saya suka dari kegiatan
Temu Anak tersebut adalah flash mob lagu Raihlah Mimpi yang berasal dari
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (KPPPA RI).
Cuplikan liriknya seperti ini, “Berlari-larilah
kawan mengejar mimpi. Melompat-lompatlah kawan gapai prestasi. Tunjukkan ke
dunia, kita anak-anak Indonesia.”
Secara total lirik lagu Raihlah Mimpi ini
memang sangat memotivasi dan memberi semangat untuk anak-anak Indonesia,
siapapun itu, punya hak setara dan semartabat dalam mewujudkan mimpi dan
cita-cita masa depannya.
Seluruh anak Indonesia itu martabatnya sama baik ds ataupun anak normal, semua membutuhkan perhatian yang sama baik dari keluarga maupun pemerintah. Selamat hari anak Indonesia 😊😊
ReplyDeleteanak-anak hebat ya,,,, yang mampu bangkit dan berdamai dengan keadaannya. Semoga anak2 Indonesia terlindungi dalam setiap langkahnya meraih mimpi. Aamiin,,, makasih sharingnya mbak
ReplyDeleteBener banget ini soal pemerataan dan meperhatikan hak hak anak. Tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Setuju sama program pedulinya.
ReplyDeleteya Allah mbak... aku sepanjang acara dalam hati nangis lho... ngelihat mereka ketawa senyum pas lihat drama bully itu.. mereka pernah merasa seperti itu tapi mereka bisa tetep tersenyum
ReplyDeleteSubhanalloh luar biasa sekali anak-anaknya. Reyhan luar biasa bisa menjelaskan cita-citanya sampai sedetail itu.
ReplyDeleteKeren sekali acaranya, Mbak.
Setuju! Semoga setiap anak Indonesia mendapatkan hak yang setara dan bisa berbahagia
ReplyDeleteAku kok sukaaaa banget dengan lirik lagunya ya? Sangat menginspirasi anak-anak untuk percaya dengan mimpinya walau bagaimanapun kondisi mereka saat ini
ReplyDeleteSemua anak Indonesia memiliki hak yang sama, baik pendidikan, kehidupan. Karena di tangan merekalah nantinya masa depan bangsa ini.
ReplyDeleteSuka kagum deh kalau bisa melihat anak DS punya kebisaan dengan anak normal. Masya Allah yg mengurusnya ya. Setuju banget dengan kalimat, seluruh anak indonesia mempunyai martabat dan hak yang sama, mau itu anak kondisi normal atau tidak.
ReplyDeleteDukungan pemerintah memang sangat diperlukan agar anak2 hebat bisa berprestasi meskipun punya kekurangan.
ReplyDeleteSangat menginspirasi, semoga anak2 selalu mendapat haknya untuk selalu bahagia dan ceria
ReplyDeleteWah mantab... saya juga makin bangga sma anak DS.. semoga berguna bagi nusa dan bangsa...
ReplyDeleteAnak Indonesia memang pantas mendapatkan haknya apapun kondisinya.
ReplyDeleteSemoga anak DS tetap semangat belajar dan berkarya ya mbak. Dan makin banyak bantuan moril maupun materil utk anak DS. Salut sama kesabaran para pembimbing anak DS ini
ReplyDelete