Saya nggak pernah punya espektasi apapun tentang
berbagi tugas domestik dengan suami, pada pria yang sekarang jadi bapaknya anak
saya saat sebelum menikah dengannya. Hehehe… soalnya karena saking lamanya melajang
kali. Jadi ketika dapat, ya sudah, saya hanya lihat gimana agamanya.
Jadi mau entar punya suami yang suka bantu
urusan rumah dan ngurus anak, atau enggak punya karakter itu, dulu itu saya kurang
peduli. Mungkin karena terbiasa merantau dan apa-apa sendiri kali ya.
Tapi ternyata, dasar berumah tangga karena
ibadah itu juga yang bikin suami peduli urusan berbagi tugas. Apalagi sejak
saya pernah keguguran, urusan domestik kalau pagi hari, sampai sekarang banyak
dibantu oleh suami.
Begitu halnya urusan pendidikan anak. Suami
banyak berperan, terutama saat dia pulang kerja. Jadi yang namanya belajar
ngaji, anak mengenal ibadah, suami yang pegang.
Sedangkan kalau pas suami libur mengajar, dia
juga yang mengajak main sambil melatih kemampuan motorik kasar Kayyisah. Fyi,
buat yang belum tahu, anak saya telat tumbuh kembang karena pernah kena TB.
Walhasil, gerak motorik kasarnya terkadang masih terlihat kurang luwes.
Cerita tentang Kayyisah dan TB bisa dibaca di sini ya.
Sebetulnya, memang agak susah kalau bicara
karakter suami terkait urusan berbagi tugas domestik. Ada yang memang sebagai
anak cowok, dia dididik dari kecil untuk melakukan kerjaan domestik. Ada yang
terbiasa lihat bapaknya ikut turun tangan melakukan kerjaan domestik. Dan, ada
juga yang nggak terbiasa sehingga saat berumah tangga pun jadi nggak peduli
juga.
Hehehe, tapi sebetulnya, suami saya pun
berasal dari keluarga yang termasuk kategori terakhir itu. Cuma saat menikah,
dia malah mau turun tangan karena kesadaran seperti yang tadi sudah saya
ceritakan.
Nah, kalau ada yang tanya dan curhat, “Gimana
nih, suamiku kok mau tahunya urusan nyari duit saja?” Wah, saya pun juga
bingung harus menjawab apa.
Karena ya itu tadi, semua balik ke personal
masing-masing. Ada yang lihat istrinya belum repot saja sudah inisiatif mau
turun tangan. Ada yang nunggu lihat istrinya repot dulu atau nunggu istrinya
minta tolong dulu. Ada juga yang meski sudah lihat istrinya kerepotan, istrinya
sudah minta tolong, masih juga sebodo teuing.
Tips dari saya sih andai punya suami yang
kurang mau turun tangan urusan domestik, urusan mendidik anak, cobalah bicara
baik-baik di saat senggang, saat suami sedang nampak santai dan bahagia. Karena
di saat itu, biasanya suami sudah bisa diajak berpikir untuk memertimbangkan,
apa saja kelebihannya andai suami mau ikut membantu istri saat di rumah.
Tapi, andai saja tulisan ini dibaca oleh para
suami, saya sendiri punya beberapa pertimbangan kenapa suami perlu turun tangan
membantu urusan domestik dan pendidikan anak di rumah.
1. Istri jadi lebih cantik
Coba deh stay full 24 jam di rumah dan amati
aktivitas istri. Dijamin, pasti yang terlihat istri yang jarang leha-leha duduk
manis. Apalagi kalau anaknya kecil-kecil dan lebih dari satu.
Kalau sudah begitu, gimana istrinya mau
merawat diri biar kelihatan cantik? Jadi, kasih dong waktu sebentar buat
istrinya bisa melakukan itu. Misal, sementara istrinya ke salon, suaminya main
sama anak dulu. Toh kalau istri ke salon hanya beberapa jam saja.
2. Istri jadi lebih bahagia
Istri juga jadi lebih senang lho kalau suami
mau ikut berbagi kerjaan urusan domestik dan mendidik anak. Kalau ngerjain
apa-apa di rumah bareng suami, kan kerjaan istri jadi lebih ringan. Istri nggak
cepat lelah fisik dan psikis.
Karena konon, kuncinya kebahagiaan sebuah
rumah dalam keluarga itu tergantung dari kebahagiaan istrinya.
3. Anak lebih terurus
Anak yang dididik full sama ibunya saja, beda
lho hasilnya sama anak yang biasa dididik di rumah dengan ayah ibunya. Pun,
istri yang dibantu tugas mendidik anak oleh suami, jadi punya banyak waktu juga
untuk melakukan hal lain. Akhirnya ketika kembali waktunya istri mendidik anak,
ia pun siap secara fisik dan psikis.
4. Rumah lebih nyaman
Pernah dengar berita beberapa tahun yang lalu
tentang istri yang diduga gangguan jiwa sedangkan rumahnya kayak kapal pecah,
lalu anaknya nggak keurus? Coba, siapa yang tahan tinggal di rumah seperti itu?
Meski sekalipun rumahnya besar seperti yang ada dalam berita tersebut.
Beda lah jadinya kalau suami mau turun tangan
berbagi tugas domestik dan mengasuh anak. Dan andai itu terjadi, mungkin kasus
ibu yang gangguan jiwa, anak yang sampai tak terurus waktu itu tidak akan
terjadi ya.
Tuh, banyak untungnya kan? Memang, suami itu sudah
lelah mencari nafkah. Tapi buat istri yang full di rumah, ia pun aslinya minim istirahat
juga di rumah. Apalagi kalau istrinya juga ikut mencari nafkah baik di luar
maupun dari rumah. Lebih lelah lagi dong.
Makanya, suami yang nggak mau turun tangan
berbagi urusan domestik dan pendidikan anak, tapi tetap menuntut istri ini dan
itu, suami harus bersedia dong ambil asisten rumah tangga atau pengasuh anak
untuk membantu istri. Itu kalau mau istri cakep dan bahagia kayak Nia Ramadhani
ya. Hehehe…
Suka point Istri jadi lebih cantik.
ReplyDeleteWah asyik ya bu.
Minimal kita punya waktu untuk sisiran atau bahkan make lipstik.
Kadang habis mandi aja sisiran jarang
Wkwkwkwkkw