Waktu di seminar parenting yang diadakan di
RS Mitra Keluarga Surabaya saat itu, tema yang dibicarakan dalam sesi pertama adalah
tentang Postpartum Blues atau Postpartum Distress Syndrome, atau yang biasanya
orang kenal juga dengan istilah Baby Blues.
Yang menjadi pembicaranya adalah Ibu Naftalia
Kusmawardhani, S.Psi, M.Si. Beliau seorang psikolog yang prakteknya di RS Mitra
Keluarga Sidoarjo.
Bu Naftalia ini awalnya terkesan kalem saat
memberikan materi. Tapi ternyata makin lama, makan menarik juga caranya saat berkomunikasi
dengan para peserta seminar. Tak jarang saya dan peserta lain sampai harus
menahan tawa karena ceritanya yang lucu.
Menurut Bu Naftalia, baby blues adalah
kondisi terganggunya suasana hati yang terjadi setelah melahirkan. Biasanya 50%
sampai 80% dialami wanita melahirkan khususnya kelahiran anak pertama. Meski tidak
menutup kemungkinan bisa terjadi juga pada kelahiran anak berapapun.
Nah, yang membedakan baby blues dengan
postpartum depression atau PPD adalah masanya. Kalau baby blues itu umumnya
dialami pada waktu 3-4 hari setelah melahirkan hingga 14 hari kemudian.
Jadi kata Bu Naftalia, hati-hati juga kalau
menganalisa. Misalnya merasa begini begitu, lihat baca di internet, lalu merasa
kalau dirinya sedang baby blues. Karena bisa jadi, itu hanya merasa baby blues
tapi aslinya kondisi yang lain. Karena itu yang baiknya bisa menganalisa adalah
dokter atau psikolog.
Tentang baby blues ini, Bu Naftlia memberikan
pengantar tentang bagaimana kondisi ibu yang bisa menjadi penyebab keluarnya
baby blues. Misalnya dari alasan sebelumnya saat hamil.
Bagi mereka yang awalnya tidak berharap hamil
lalu malah diberi rezeki kehamilan, sedang mengalami kesulitan sebelumnya,
sedang konflik dengan keluarga, dan masalah-masalah sosial atau yang menyangkut
psikis personal lainnya itulah yang bisa menjadi pemicu munculnya masa
kehamilan yang tidak menyenangkan.
Demikian juga tentang bagaimana cara seorang
ibu melakukan proses melahirkan pun bisa juga menjadi pemicu baby blues. Mau normal
atau lewat operasi, aslinya kan pilihan itu bisa tergantung juga dari faktor kesehatan
ibu dan bayinya. Untuk itu, tiap ibu yang akan melahirkan hendaknya siap dan
tahu apapun konsekuensinya.
Satu lagi yang bisa menjadi pemicu baby blues
adalah kondisi pasca melahirkan. Biasanya, setelah melahirkan kan kondisi
seorang ibu bisa berubah. Baik itu kondisi fisik, psikis yang lelah, apalagi
kalau tidak ada yang membantu mengurus bayi dan rumah serta anak yang lain.
Buat ibu yang biasanya mandiri juga nggak
menjamin dia akan baik-baik saja lho. Karena tetap saja, dia pun akan mengalami
kelelahan fisik. Belum lagi kondisi hormonal juga factor psikologi dan sosial.
Gejala
dan Penyebab Baby Blues
Ini dia beberapa hal gejala baby blues
menurut Bu Naftalia:
- Mudah sedih dan menangis
- Sensitif atau gampang tersinggung
- Cemas
- Merasa takut
- Tidak percaya diri
- Merasa kehabisan tenaga
- Tidak tertaik merawat bayi
- Merasa gagal
- Tidak berharga
- Tidak nyaman
- Bingung tanpa sebab
- Tidak sabar
Waktu di seminar parenting kemarin, akhirya
beberapa peserta ditanya oleh Bu Naftalia. Siapa yang pernah merasa mengalami baby blues.
Ada yang memang mengatakan pengalamannya
sewaktu melahirkan anak pertama dan ciri-cirinya mirip seperti yang diungkapkan
Bu Naftalia. Jadi setelah melahirkan, dia merasa tidak ingin menyusui bahkan
mengurus anaknya. Karena ia merasa tidak bisa seperti sebelumnya yang bebas
punya waktu untuk dirinya sendiri.
Tapi, ternyata ada juga beberapa peserta yang
malah bercerita dan justru mengungkapkan masalahnya yang bukan di ranah baby
blues. Misalnya merasa sedih dan tertekan hingga berbulan-bulan usai
melahirkan.
Karena itu, Bu Naftalia akhirnya meminta
mereka untuk segera menghubungi psikolog untuk membantu mengatasinya. Menurutnya,
gejala baby blus yang disampaikannya seharusnya tidak lebih dari dua minggu.
Apalagi untuk mereka yang kemudian akan
berencana memiliki anak lagi, hendaknya kondisi baby blues atau depresi bisa
dituntaskan terlebih dahulu. Jika tidak, itu akan menjadi pemicu munculnya
kondisi serupa setelah kembali melahirkan anak selanjutnya.
Sementara itu, penyebab baby blues bisa berasal
dari:
- Hormonal
- Pengalaman baby blues sebelumnya
- Tipe kepribadian ibu
- Usia ibu yang masih muda
- Hormon tiroid
- Perubahan pola kehidupan atau masa transisi
Cara
Mengatasi Baby Blues
Di seminar parenting kemarin, Bu Naftalia
kemudian memberikan beberapa tips nih untuk mengatasi baby blues, baik di masa
sebelum atau setelah melahirkan.
Cara mengatasi baby blues sebelum melahirkan:
- Menambah wawasan tentang proses kelahiran
- Meminta bantuan atau dukungan dari keluarga
- Menyelesaikan persoalan yang ada
- Punya selera humor
- Merasa dan punya pikiran positif
- Bergabung dengan komunitas ibu-ibu
(*Ini buat saya yang sering nyaman solitair,
poin terakhir ini kayaknya perlu saya catat bold nih. Hahaha…)
Sedangkan ini cara mengatasi baby blues saat setalah
melahirkan:
- Menyiapkan mental serta membayangkan jika
kita adalah pejuang kehidupan.
- Minta bantuan suami atau anggota keluarga
lain.
- Hilangkan kekhawatiran tentang penampilan. Jadi
tetap ya makan dan minumlah yang bergizi.
- Relaksasi dengan pijak atau tidur selagi
ada kesempatan
- Cari bantuan profesional
Nah, Bu Naftalia punya beberapa cerita lucu bin
unik nih kalau menurut saya tentang cara mengatasi baby blues atau depresi setelah
melahirkan.
Jadi ceritanya, beliau punya seorang teman
yang juga psikolog. Yang namanya psikolog tentunya manusia biasa juga dong yang
bisa punya masalah.
Temannya ini suatu ketika cerita, kalau dia
capek dengan mertuanya yang overparenting. Jadi suaminya itu anak bungsu dan
anak mereka adalah cucu pertama di keluarga suaminya.
Lalu Bu Naftalia pun berkata ke temannya, “Kamu
kan psikolog. Kamu juga punya karaketer sanguin. Jadi gunakan dong cara
sanguinmu.”
Di waktu lain saat bertemu temannya lagi, Bu
Naftalia pun penasaran, apa yang sudah kemudian dilakukan oleh temannya dalam
mengatasi masalahnya.
“Jadi, suamiku kan anak kesayangan ibunya. Kalau
aku lagi repot di luar, terus aku telepon ibu mertuaku kalau suamiku tuh
masakan ibunya yang ini tapi aku lagi nggak sempat masak. Langsung ibu mertuaku
yang dengan senang hati mau ngemasakin.”
“Lain waktu pas aku juga lagi repot di
kantor, ibu mertuaku telepon kok aku belum pulang. Aku bilang lagi repot dan
titip anak dulu. Ibu mertuaku pun mau dengan senang hati.
“Tapi lama-lama ibu mertuaku capek dan
ngerasa kok aku ini tergantung banget sama dia. Akhirnya dia bilang, dah, mulai
sekarang semuanya tanggung jawabmu! Yes, itu sih yang aku mau banget dari dulu!”
Jadi ya, buat yang punya orangtua atau mertua
seperti di cerita ini, barangkali nih mau mengikuti tipsnya juga?! Hahaha…
Ada lagi cerita Bu Naftalia sendiri saat
berurusan dengan para ibu kepo di ruang tunggu dokter kandungan. Jadi ceritanya,
Bu Naftalia itu punya miom yang menyebabkan kehamilannya mirip anak kembar.
Yang namanya orang kan kadang ada yang kepo
tuh, suka tanya-tanya, terus kalau sudah dijawab, sok tahunya malah ngelebihin
pakar. Melihat Bu Naftalian yang hamilnya gede, sudah dikasih tahu kalau miom
malah komentar hal-hal yang horror, lama-lama jadi malas ngadepinnya.
Akhirnya demi kesehatan jiwa, ini sih kalau
versi saya ya, Bu Naftalia pun kemudian mencari obgyn atau dokter kandungan
yang jam prakteknya tengah malam. (*Saya baru tahu lho kalau di kota besar ada
doker yang sebegitu antrinya sampai jam prakteknya pun sampai tengah malam).
Nah, barulah Bu Naftalia merasa aman dari teror
orang-orang kepo setelah pindah obgyn yang jam prakteknya jam segitu, dan pasiennya
kebanyakan ngantuk saat di ruang tunggu! Hahaha…
Jadi emang ya, kita perlu tahu karakter diri
kita sendiri dan juga tahu cara mengatasi kalau ada masalah sesuai karakter
kita itu seperti apa.
Tulisan ini sambungan dari tulisan sebelumnya,
Saat Para Orangtua Berkumpul untuk Mengenal Postpartum Blues dan ASI. Silakan dibaca juga ya…
Sedangkan untuk materi Seputar ASI, bisa dibaca di sini.
Sedangkan untuk materi Seputar ASI, bisa dibaca di sini.
Wah makasih banyak sharingnya semoga kita sehat selalu aamiin
ReplyDeleteAamiin... sama-sama Mbak.
DeleteSuami punya peran paling besar untuk membantu mengatasi baby blues istrinya. Smoga para suami menyadari itu.
ReplyDeleteIya bener...
DeleteKeren tulisannya mbak Susanti. Ini bermanfaat untuk dibaca oleh para isteri, dan perlu juga diintip oleh para suami hehehe...... salam
ReplyDeleteDan para suami pun sebetulnya penting juga Pak ikutan seminar seperti ini.
Deletewah tipsnya agak bahaya juga, soalnya berpotensi membuat bu mertua sewot...hihihi...
ReplyDeleteHahaha... itu kisah nyata yang emang bahaya kalau ditiru!
DeletePeran keluarga memang penting ya dalam mendukung ibu melahirkan atau menyusui. Bukan berburuk sangka tapi kadang suka serba salah kalau ada mertua. Meski mungkin niatnya mah baik.
ReplyDeleteTips "ngerjain" mertua bisa juga jadi andalan tuh. Hehehe
Khusus mertua yang overparenting Mbak 😁
Deletetambah pengetahuan dan masukan buat saya nantinya setelah berkeluarga dan memiliki anak. Jadi bisa memiliki persiapan.
ReplyDeleteSemoga bermanfaat ya Mbak 😊
Deletebaby blues emang masa-masa sulit, apalagi kalo pasangan malah mempersulit. aduhh..
ReplyDeleteBener Mbak, kasihan malah jadinya si istri
DeleteMbak... tulisan sampean lengkap sekali. Btw, ngomong2 ttg baby blues aku pernah mengalaminya. Dan kalo ingat...aku kok merasa berdosa sama anakku... hiks...
ReplyDeleteKalau saya malah PPD, Mbak. Cuma doa dan doa, berharap apa yang pernah terjadi tidak berefek buruk ke anak.
DeleteAku pernah ngalamin ini tapi ga parah amat, dibeliin Ama makanan enak aja, kelar
ReplyDeleteWah, enak tu Mbak kalau kayak gitu...
DeleteAnak2 aku pas bayi standar aja ga bikin beteh rewelnya
ReplyDeleteAlhamdulillah 😊
DeleteSetuju banget dengan salah satu penyebab baby blues adalah ketidaksiapan ibu untuk hamil. Jujur saya sebenarnya pengen banget pacaran dulu setelah menikah tapi tekanan orang-orang yang selalu nanyain udah isi belum bikin saya nggak mengutarakan itu ke suami. Jadilah saya sering ngerasain sedih sendiri, perasaan suka aneh apalagi kalau sudah kecapean. Yah, semoga masyarakat lebih menghargai untuk nggak menekan pasangan baru menikah dengan sering menanyakan "sudah isi belum?"
ReplyDeleteBener Mbak, kadang lingkungan sekitar dengan ucapannya itu yang bisa mengusik kita.
Deleteaku pernah nih ngalamin babyblues waktu anak pertama, rasanya kek pengen mati aja rasanya.. beneran gak ada yg bantu, ngerasa sendiri dan ini bayi kayak gak ada kenyangnya, nangissssssd terus! hihihi.. kalau diinget jadi suka ketawa sendiri jadinya
ReplyDeleteLega ya Mbak, semua itu sudah berlalu.
DeleteKeren nih tulisannya, saya juga masih terngiang-ngiang cerita lucu ibu Naftalia, keren banget beliau bawain materinya :)
ReplyDeleteAwalnya keliatan kalem ya Mbak. Eh lama-lama kocak juga ibunya 😁
DeletePernah kena baby blues juga tapi alhamdulillah langsung ketemu komunitas dan tenaga kesehatan yang support. Jdnya gak sampai parah. Tapi skrng malah toddler blues wkwkwkwk #justkidding :P
ReplyDeleteEmang kudu ada bantuan buat ibu2 yang babyblues yaaaaa.
Bener Mbak, support orang sekitar itu penting.
DeletePerempuan yg baru melewati masa antara hidup dan mati memang baiknya dijamin kenyamanan hingga usai masa baby blues .ga usah mikirin apa2 dulu, relaks, dekat si baby ya kak
ReplyDeleteIya, seharusnya sih begitu...
DeleteSaya dulu pernah kena baby blues tapi masih bisa diatasi, dulu saya melahirkan usia 21 hehe jadi mungkin karena masih muda juga kali yah
ReplyDeleteKayaknya usia juga nggak ngefek Mbak. Saya melahirkan umur 33 kena PPD malahan 😁
DeleteJadi ingat sewaktu Azzam lahir, di 4 minggu pertama kelahirannya saya mengalami baby blues syndrom ini. Rasanya sangat depresi dan sedih, tidak ada dukungan orangtua membuat saya sangat sedih saat itu. Untung suami selalu memberi dukungan.
ReplyDeleteAlhamdulillah, untung ya Mbak...
Delete