Beberapa tahun terakhir ini, istilah dan fenomena cuaca ekstrim
sepertinya sudah jadi hal yang biasa kita temui dan kita dengar ya.
Nah, beberapa tahun yang lalu, saat istilah ini begitu sering disebut di
televisi, ibu saya sering bingung mendengarkannya. Lalu, ia pun sering
kesulitan menyebut istilah cuaca ekstrim. Yang sering keluar dari ucapannya
justru kata cuaca eskrim!
Gara-gara itulah saya lalu terpikir dan kemudian membuat cerita ini.
Cerita yang pernah dimuat di Majalah Girls beberapa tahun yang lalu ini
bercerita tentang seorang anak yang bingung harus menjelaskan ke neneknya
tentang cuaca ekstrim.
Namanya kids zaman now, ya harus kritis dan cerdas lah ya caranya.
Seperti apa cara anak ini menjelaskan kepada neneknya? Baca cerita berikut ini
ya…
***
Cuaca Es Krim
“Cuaca ekstrim
yang sedang terjadi akhir-akhir ini diperkirakan masih akan melanda beberapa
daerah di Indonesia selama dua bulan ke depan. Untuk itu masyarakat perlu
waspada dan menjaga kondisi tubuhnya untuk menghadapi cuaca tersebut.”
“Apa tadi kata
penyiarnya? Cuaca es krim?” celutuk nenekku yang biasa kupanggil dengan
panggilan Mbah Putri.
“Hihihi, cuaca
ekstrim, Mbah,” aku tertawa geli sambil membetulkan ucapannya.
“Lha yo, cuaca es krim, tho? Kok aku baru dengar ya ada cuaca namanya cuaca es krim? Aneh
banget!”
“Eks-trim!”
seruku lebih keras lagi sambil mengeja, membetulkan ucapan mbahku yang masih
yakin bahwa yang didengarnya adalah kata es krim.
“Iya, cuaca es
krim itu apa tho? Bukannya yang namanya cuaca itu ya cuma hujan dan
panas, ya?”
Aku termenung
beberapa saat. “Aduh, apa ya? Nanti deh Mbah, Rena cari tahu dulu ya,” jawabku
pada akhirnya. Lagi pula, aku merasa sudah menyerah jika harus terus
membetulkan ucapan mbahku yang melulu mengucap kata es krim.
Aku dan Mbah
Putri sore itu sedang asyik melihat televisi. Kebetulan, kami sedang melihat
berita tentang berbagai bencana alam yang terjadi di banyak daerah di
Indonesia.
“Cuaca
ekstrim? Apa maksudnya banjir di mana-mana, gempa dan tsunami?” aku mengelus-elus
kepalaku sambil berpikir.
Sebetulnya,
aku bisa saja bertanya pada Mama atau Papa pada sore hari nanti saat mereka
pulang kerja. Atau, aku bisa menanyakannya pada guruku di sekolah esok harinya.
Tapi, saat ini aku tidak tahan dengan rasa ingin tahuku dan aku sungguh
penasaran!
Aku sering
mendengar kata cuaca ekstrim dari berita. Di sekolah, aku dan teman-temanku
jadi sering mengucap kata-kata itu saat sedang mengeluh tentang cuaca
akhir-akhir ini yang bisa panas dan lalu mendadak hujan. Tapi...
Aku lalu
menepuk jidatku sendiri. Ya ampun, aku baru sadar. Terrnyata, sebenarnya selama
ini aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan cuaca ekstrim!
Segera
kunyalakan komputer dan membuka halaman Google. Aku ingat, Mama pernah berpesan
kalau aku sedang ingin tahu sesuatu yang bersifat ilmu pengetahuan, aku bisa
mencarinya di Google.
Segera kuketik
di kotak Google. “Cuaca ekstrim adalah,” ejaku sambil mengetik.
Ternyata,
tidak ada situs yang langsung bisa membuatku menemukan arti kata cuaca ekstrim.
“Yah, sepertinya aku harus membuka situs ini satu persatu.”
Dari beberapa
situs itu, aku memang menemukan penjelasan tentang cuaca ekstrim.
“Cuaca ekstrim
adalah kondisi cuaca yang sangat jarang terjadi, mengandung resiko bencana, dan
parameter yang diukur nilainya...” kedua alisku langsung naik.
“Aduh, kenapa kok
bahasanya rumit begini ya? Bagaimana aku bisa menerangkan ke Mbah Putri kalau
aku sendiri saja masih bingung dengan penjelasan ini?”
Kucoba lagi
membaca penjelasan dari beberapa situs yang ada. Ada yang menjelaskan, cuaca
ekstrim itu seperti yang terjadi di Bandung. Jika siang hari suhunya sangat panas,
lalu malam harinya bisa jadi sangat dingin.
Selesai
membaca beberapa situs, tetap saja, aku tidak mengerti dan tidak menemukan apa
itu cuaca ekstrim.
“Sepertinya,
aku harus bertanya pada mama, papa, atau guru di sekolah, nih!” ujarku menyerah
pada akhirnya.
“Mbah, Rena
masih belum menemukan artinya cuaca ekstrim di internet,” kataku sambil kembali
duduk di sebelah Mbah Putri.
“Apa Na, es
krim? Kan, mamamu masih menyimpan es krim di kulkas. Kamu ini kok ya aneh.
Hujan-hujan begini, kenapa malah mau makan es krim? Tuh, Mbah Putri baru saja
menggoreng pisang goreng, lho. Sepertinya masih hangat. Itu saja eh yang kamu
makan untuk jajanan sore ini,” tunjuk Mbah Putri ke arah meja makan.
Aku kemudian
berjingkat meninggalkan Mbah Putri sambil menahan tawa. “Hihihi, sepertinya
Mbah Putri memang pendengarannya sudah agak berkurang. Cuaca ekstrim di berita,
dibilangnya berkali-kali cuaca es krim. Aku bilang cuaca ekstrim, Mbah Putri
malah bilang es krim di kulkas,” kataku dalam hati sambil tertawa geli.
Sambil
menikmati pisang goreng yang masih hangat, pikiranku masih saja penasaran
dengan apa itu cuaca ekstrim. “Ekstrim? Hm... kok jadi ikut-ikutan ingat es krim
di kulkas, ya?”
Kubuka kulkas
untuk mengambil satu sendok es krim ke dalam mangkok. Namun saat aku memasukkan
sesendok es ke dalam mulutku, “Aduh duh duh...!” teriakku karena menahan ngilu
di gigiku.
“Kenapa, Na?”
Mbah Putri lalu tergopoh-gopoh menghampiriku.
“Lha kamu itu
ngapain tho, nduk... Habis makan pisang goreng yang masih hangat, kok ya makan
es krim. Ya jelas gigimu sakit!” omel Mbah Putri. “Sini, Mbah ambilkan air
hangat untuk kamu minum biar rasa ngilunya agak hilang.
Saat menahan
gigiku yang sakit, aku justru tiba-tiba teringat tulisan yang baru saja kubaca
dari internet.
“Aha! Mendadak
dingin, lalu panas. Mungkin seperti itu ya cuaca ekstrim. Mendadak hujan dan
dingin. Tapi kemudian mendadak matahari bersinar terang dan panas,” aku lalu
tersenyum karena sepertinya menemukan jawaban dari apa itu cuaca ekstrim.
Saat Mbah
Putri kembali dengan segelas air putih hangat, aku lalu berujar, “Mbah, Rena
sudah tahu apa itu cuaca ekstrim!” seruku mantap.
“Sudah, jangan
bandel mau mencoba meneruskan makan es krim lagi lho, ya!” omel Mbah Putri.
Aku bingung.
Aduh, Mbah Putri ini. Padahal aku kan mau menjawab pertanyaannya tentang cuaca
ekstrim!
Post a Comment
Post a Comment