Semalam, secuil hati saya patah. Iya,
buat orang koleris kayak saya sih urusan patah hati itu cuma secuil atau
remahan saja. Cuilannya itu pun nggak lama kemudian juga akan nyambung lagi.
Ini sebenarnya mo ngomongin apa sih?
Jadi gini, beberapa hari yang lalu, saya
niat banget ikut daftar lomba foto makanan di IG. Tapi lombanya plus keterangan
lengkap seperti resep dan deskrisi pengantar tentang gizinya. Pakai banget
niatnya lho, karena saya belum pernah dan kepengen bisa ke Semarang.
Saking niatnya, sampai ngegarap tiga
masakan, euy! Ibu saya pun sampai dikerahkan buat nyari yang namanya Ikan Sili.
Endingnya ketebak lah ya, saya KALAH!!!
Pas lihat foto-foto para pemenang yang
lain, langsung ngangguk-angguk paham. Lha mereka foto dan resepnya meyakinkan
gitu. Pas lihat postingan saya, remahan rengginang!
Sebetulnya kalau ikutan lomba yang
berbau masakan, aslinya saya memang suka jiper. Dari dulu saya sadar, tangan
saya lebih bisa mengeluarkan simsalabim penuh keberhasilan di urusan teknologi dari
pada pegang urusan dapur.
Makanya, berkali-kali kalau ada lomba
yang urusannya masak-memasak, melipir lah. Cuma yang pas lomba IG inilah saya
nekad berani.
Nggak apa-apa, at least saya sudah
mencoba, kan?
Selalu
Berhasil Hanya di Masakan Pertama
Ada nggak yang pernah ngalamin kayak
saya: masak pertama sukses, selanjutnya masak lagi yang ada gagal. Ada yang sama
dengan saya?
Kalau nggak ada, ya how poor I am! Emang
derita saya lah ya punya pengalaman kok ya aneh gitu.
Jadi beneran, saya tuh suka berhasil pas
masak suatu masakan untuk pertama kalinya. Yang resepnya, hampir selalu saya
dapat dari googling.
Tapi pas nyoba masak lagi, ndilalah
suering banget malah gagal. Rasanya nggak karuan.
Evaluasi diri lah saya. Ini masalahnya
kenapa yak kok sering banget malah gagal di masakan ke dua dan seterusnya?
Ternyata, ini dia biang keroknya:
- Di masakan pertama, saya suka taat asas
dengan catatan resep yang ada. Pas masak lagi, sok hapal saja. Ya sudah,
akhirnya beberapa bahan atau cara yang seharusnya ada tapi malah nggak ada,
jadi penyebab masakan nggak selezat yang pertama.
- Sok kreatif! Ini kayaknya suami dan
adik saya sudah apal banget. Mereka itu sampai sering ogah lho kalau saya sudah
masak yang kelihatannya kok aneh. Adik saya malah deteksinya canggih. Cuma diendus
pakai hidungnya. Bisa ditebak, cuma saya yang akhirnya makan makanan masakan sendiri.
Ketika
Masak, Lalu Rasa dan Bentuknya GAGAL
Pertanyaannya, lalu apa yang terjadi
kalau masakannya ternyata gagal? Ya urusan bentuk, apalagi rasa.
Belum lagi kalau urusannya buat dimakan
Kayyisah. Segimana-gimananya, masa orang lain aja nggak doyan kok anak sendiri
disuruh makan, kan ya?
Jawaban pertama, biasanya saya makan
sendiri. Apalagi kalau itu bahannya lumayan bernilai. Sayang kan kalau dibuang.
Terus kalau nggak parah-parah banget
gagalnya, saya coba deh ke Kayyisah. Barangkali ada keajaiban anaknya malah
doyan. Hahaha… mamak macam apa ini?! Soalnya pernah lho, makanan enak, eh dia
malah nggak doyan. Unpredictable dianya mah!
Kayyisah sendiri aslinya tipe anak yang
mau doyan makan asal ada kerupuk. Enak nggak enak makanannya, penolong lidah dia
itu kerupuk atau ditambahi kecap.
Nah kalau Kayyisahnya mentok emang nggak
mau, ya sudah, saya makan semuanya sendiri.
Dan ini lah alasan kenapa para mamak
kebanyakan susah langsing…
Kalau bahan masakannya nggak mahal
banget, rasanya nggak enak banget, berarti rezeki ayam liar depan rumah. Di sini
saya merasa beruntung dan sering tertolong dengan keberadaan ayam liar yang
kadang ketiban rezeki makanan dari rumah saya.
Terus kalau makanannya dikasih ke ayam, terutama
saya dan Kayyisah makan apa dong?
Pertanyaan inilah yang tentunya sudah
saya antisipasi sejak awal. Iya lah, hidup itu harus mikirin plan A sampai A
aksen lagi.
Saya sendiri suka stok telur ayam
kampung atau telur puyuh mentah di rumah. Jadi kalau ada kasus beginian, si telur ini
penolong kami.
Selain itu perlu juga stok sayuran yang
bisa dipakai sewaktu-waktu. Timun misalnya. Atau tanaman daun ubi atau kelor
yang ditanam abi di sekitar rumah.
Jadi kalau masakan gagal, menari saja! Buat
saya urusan memasak itu kalah penting dibanding pertanyaan, apakah hari ini
Kayyisah sudah ada kegiatan main-belajar atau belum.
Yang penting, kami harus tetap makan dan
bergizi. Ya kan, ya kan…
Saya juga ga terlalu jago memasak Bun. Terus emang kurang suka juga, walau pub tetep memasak setiap hari. Nah karena kurang seneng masak akhirnya ngaruh juga k masakan yang suka gagal n ga enak. Saya juga bingung gmna caranya agar saya suka memasak hahah
ReplyDeleteKalau kita mah yang penting anak ada kegiatan ya Bun... 😁
DeleteHaha. Lucu baca ini. Tenang aja Mbak, gak semua orang bakat masak hehe. Yg penting sekadar bisa aja udah cukup. 😂
ReplyDeleteDan yang penting lumayan rasanya kalau dimakan 😁
DeleteTos mbak.... Kalau ada lomba yang masaka memasak langsung melipir ke pinggir, ngeliat ajah
ReplyDeleteHahaha... ayo tos Mbak...
Delete