Beberapa hari yang lalu sewaktu saya melihat
film anak Cloud Bread, ada sebuah cerita yang menarik dengan judul pertengkaran
antar saudara. Kira-kira, begitu judul yang dialihbahasakan oleh penerjemahnya.
Ceritanya, Hong Shi dan Hong Bi terlibat
pertengkaran saat sedang bermain bersama. Hong Shi meminta adiknya, Hong Bi,
untuk mewarnai rumah kardus buatannya, yang juga akan menjadi milik Hong Bi.
Tapi yang terjadi, Hong Bi malah bermain
semaunya sendiri hingga membuat Hong Shi kesal.
Puncak kekesalan Hong Shi adalah saat melihat
Hong Bi yang malah bermain slang air hingga airnya membasahi rumah kardus
buatan Hong Shi.
Hong Shi marah. Ia lalu pergi meninggalkan
Hong Bi dengan perasaan kesal yang seakan-akan, ia menyesal kenapa memiliki
adik seperti Hong Bi.
Usia Hong Shi dan Hong Bi ini memang tidak
terpaut jauh. Di film Cloud Bread, mereka sering ditampilkan bermain bersama
dengan rukun.
Tapi masalah seperti yang tadi sempat saya
ceritakan, tak jarang terjadi juga di antara mereka.
Cerita Hong Bi dan Hong Shi juga sering
mengingatkan saya pada masa kecil saya dan adik.
Usia kami hanya terpaut satu tahun setengah. Kerap
kami bermain bersama. Namun jika sudah bertengkar, beuh, tetangga bisa ikut
tutup kuping dengan kehebohan kami.
Jika sudah begitu, orangtua terutama ibu lah
yang sering puyeng turun tangan.
Bayangkan saja, seorang ibu tentu akan
dituntut adil kan? Nggak boleh ada pilih kasih, atau saya yang besar disuruh
terus mengalah.
Tantangan
Punya Anak dengan Usia Berdekatan
Di balik kerukunan yang kadang tercipta
antara kakak-adik dengan usia berdekatan, tentu ada tantangannya. Yah, seperti
yang sekilas saya ceritakan tentang apa yang dialami ibu saya.
Jika sudah bertengkar, anak yang salah pun
sulit mengalah dan tak mau menerima jika dikatakan salah.
Kakak beradik ini sepertinya sama-sama
menuntut perhatian dengan cara persaingan a la mereka yang khas. Ini juga yang
sering memicu pertengkaran di antara keduanya.
Nah, dulu sewaktu menjadi reporter di Batam,
saya pernah mewawancara seorang psikolog anak terkait masalah ini. Namanya Bu Dhea.
Menurut beliau, hal seperti ini disebut sibling
rivalry. Atau, persaingan antar saudara kandung.
Banyak hal yang bisa menimbulkan persaingan
antar saudara kandung. Beberapa di antaranya karena anak-anak berebut perhatian
orangtua, atau karena kesalahan sikap orangtua yang terkadang tidak berlaku adil,
pilih kasih atau membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan yang lain.
Perbedaan usia yang terlalu dekat inilah yang
bisa menyebabkan sibling rivalry. Karena di saat yang sama, mereka membutuhkan
perhatian yang sama untuk perkembangannya.
Jarak usia yang beda jauh sebetulnya bisa
mengurangi sibling rivalry. Ini dikarenakan
sang kakak sudah memasuki usia kematangan dalam perkembangan dan si adik
terpenuhi perhatian yang dibutuhkan dalam perkembangannya.
Namun demikian beda jauh umur pun masih dapat
memunculkan sibling rivalry walau bukan dalam bentuk berantem secara fisik.
Sibling rivalry sendiri bisa berlaku pada
kakak adik yang berbeda jenis kelamin ataupun sama.
Persaingan antara saudara cewek dan cowok
atau yang sesama jenis sebetulnya sama saja perlakuannya. Karena perlakuan ini
tergantung dari jenis masalah yang muncul. Dan setiap keluarga mempunyai jenis
masalah spesifik yang berbeda-beda.
Mengatasi anak yang bertengkar memang paling
mudah dengan membentak mereka dan memarahi mereka habis-habisan. Dijamin, pasti
anak-anak akan diam dan menghentikan ulahnya saat itu juga.
Tetapi, hal ini justru akan memunculkan
dendam tersembunyi pada diri anak. Karena aslinya, masalah di antara mereka belum
selesai. Bahkan bisa jadi, malah menimbulkan permusuhan di belakang
orangtuanya.
Kemungkinan yang bisa terjadi, anak yang
merasa selalu kalah dari saudaranya akan merasa minder atau rendah diri. Bisa
juga anak jadi benci terhadap saudara kandungnya sendiri.
Oleh sebab itu, jangan pernah memberi cap
negatif pada anak. Hindari pula membanding-bandingkan anak yang satu dengan
anak yang lain. Pujilah masing-masing anak atas karunia bakat yang
berbeda-beda.
Sehingga walaupun waktu yang dibutuhkan lebih
lama, cobalah untuk memahami masalah yang terjadi dan alternatif solusinya dari
anak-anak.
Lalu agar masing-masing anak tidak merasa
ketidakadilan, orangtua pun perlu tidak berpihak pada salah satu anak.
Selain memberi kasih sayang yang sama pada
semua anak, luangkan waktu untuk mendengar keluh kesah masing-masing anak. Pujilah
anak bila mereka akur satu sama lain.
Sementara itu, sibling rivalry sendiri
sebetulnya memiliki sisi positif.
Anak dapat berlatih mengatasi masalah,
mengontrol emosi, belajar etika meminta maaf, serta bisa lebih jernih dalam menilai
dan mencari solusi masalah. Terutama saat anak berada di luar keluarga.
Tentu saja ini dapat tercapai dengan peran
orangtua yang bijaksana pada perkembangan anak.
Si
Usil Pemicu Pertengkaran
Watak anak memang bisa jadi berbeda-beda.
Meski saudara sekandung, ada anak yang
memiliki watak pendiam dan mudah sensitif perasaannya, sedangkan sang saudara
kandung lainnya justru memiliki watak yang hiperaktif dan usil.
Nah, perbedaan seperti ini yang kadang memicu
pertengkaran antara adik dan kakak.
Apalagi jika si usil yang memicu pertengkaran
dengan saudara kandungnya yang memiliki watak sensitif.
Sebenarnya, bisa jadi usilnya adik misalnya,
adalah salah satu bentuk perhatian pada kakaknya. Karena sifatnya menggoda.
Nah, saat si kakak menjerit-jerit melaporkan
pada orangtua, maka orangtuanya tidak perlu emosional.
Cukup redakan dengan menanyakan sebabnya, dan
mengingatkan adik untuk meminta maaf.
Di saat yang lain, ajak adik membicarakan
tingkah lakunya. Galilah apa alasan setiap keusilannya, juga minta si adik untuk
membayangan bagaimana rasanya menjadi kakak dan seperti apa reaksinya saat
diusili.
Sebaliknya, ajak kakak juga memikirkan maksud
sang adik. Munculkan kepositifan yang dimiliki adik, kemudian cari antisipasi
untuk mengatasi jika diusili lagi.
Hadirkan juga kegiatan bersama antara adik
dan kakak sehingga orangtua bisa memuji mereka berdua dengan masing-masing
kelebihan yang saling mengisi kekurangan yang lain.
Tips
Menghadapi Anak Saat Mereka Bertengkar:
1. Jangan terpancing emosi
2. Pisahkan anak. Beri kesempatan pada
masing-masing anak untuk menceritakan
penyebab masalah.
3. Cari solusi masalah, bukan mencari siapa
yang salah. Sehingga setelah mendengar masing-masing penyebab, galilah dengan
bertanya apa yang seharusnya mereka harapkan. Perdalam lagi dengan jika
terulang kembali, antar mereka harus bagaimana.
4. Biasakan saling memaafkan. Tidak perlu
menekankan yang salah harus meminta maaf, namun orangtua bisa memunculkan bahwa
yang memberi maaf duluan akan lebih pahalanya.
5. Kalau berantem hebat, pisahkan pada tempat
yang berbeda untuk meredakan emosi dan menggali masalah masing-masing anak.
Jika belum memungkinkan untuk disuruh meminta maaf (karena masih sangat emosi),
beri kesempatan beberapa waktu dengan minum misalnya.
6. Saat benar-benar sudah tenang, dalam
kondisi akur, ajaklah keduanya untuk membahas tentang perilaku berantem mereka.
Apa pendapat anak tentang sikap tersebut dan akibat jangka panjang yang
terpikirkan oleh anak.
Siap-siap ni mba klo anak keduaku lahir hahaha makasi tipsnya semoga aku bisa belajar menjadi ortu yang adil dan bisa menyelesaikan permasalahan tanpa menumbuhkan dendam maupun kebencian pada anak-anakku :)
ReplyDeleteaku penasaran juga belum pernah nonton Cloud Bread sering denger aja lagunya enak kalau ada iklannya :p