Mungkin ada orangtua yang risau karena melihat
si kecil gemar mengisap jari atau mungkin ngempeng.
Atau bagi orantua yang belum melihat
tanda-tanda si kecil gemar mengisap jari atau ngempeng mungkin bertanya-tanya,
berbahaya nggak ya jika kelak si kecil juga bisa mengalaminya dan bahkan sulit
dihilangkan?
Nah, dulu sewaktu saya menjadi reporter di
Batam, saya pernah mewawancarai seorang psikolog. Namanya Ibu Bibiana Dyah.
Menurut beliau, ada fase atau masa yang
disebut fase oral. Di fase ini, anak sepertinya suka sekali memasukkan sesuatu
ke mulutnya.
Di fase ini, anak mendapat kepuasan dengan adanya
sensasi di sekitar mulutnya. Dengan ngedot, ngenyot ASI, atau ngempeng
jempolnya sendiri.
Sebetulnya kalau kata psikolog, ini adalah
hal yang wajar. Karena semua bayi, mesti melewati fase ini kurang lebih satu setengah
tahun.
Yang paling sering dimasukkan, tentu saja
jari tangan.
Lalu karena orangtua tidak ingin tangan
anaknya yang masuk karena mungkin takut tangan itu kotor, jadilah ada beberapa
orangtua yang memilih memberikan empeng ke anaknya.
Kebiasaan inipun bisa muncul ketika orangtua
memberikan empeng atau dengan dot yang maksudnya, untuk menenangkan si bayi.
Namun sayangnya jika ini terjadi pada anak,
ngempeng bisa menjadi bentuk kecemasan.
Bahkan menurut psikolog, menjadi tidak wajar lho
jika ngempeng ini terjadi hingga masa anak-anak. Beberapa akibat negatif pun
bisa timbul jika kebiasaan ini terus menerus berlanjut.
Kebiasaan ngempeng atau mengisap jari pada
anak dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi geligi, bentuk mulut, hingga kemampuan
bicara anak.
Karena jari tidak selalu bersih, kotoran bisa
masuk ke dalam mulut. Akibatnya bisa cacingan misalnya.
Lalu, jika para orangtua risau melihat si
kecil yang makin hari makin sulit menghilangkan kebiasaan ngempeng atau
menghisap jari, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Misalnya, dengan mengetahui dahulu penyebab
mengapa si kecil memiliki kebiasaan ini.
Intinya adalah temukan penyebabnya dan
mengalihkan ngempeng ke kegiatan lain.
Karena mengempeng untuk mengurangi
ketidaknyamanan yang dirasakan anak, maka perhatian dan kegiatan menyenangkan
bisa menjadi alternatif penggantinya.
Selanjutnya, beri perhatian yang baik pada
anak yang suka mengempeng.
Saat dia ngempeng, ajak anak berkegiatan,
misalnya mendengar cerita, membuka buku bergambar, bernyanyi, atau diajak
permainan yang lain.
Sedangkan pada anak yang sudah mengerti,
berikan penjelasan mengapa mengempeng tidak baik. Caranya adalah dengan
berkomunikasi yang hangat pada anak.
Kadang-kadang, ngempeng juga dilakukan anak
saat ia menahan lapar atau haus. Jika demikian, maka hindari dengan selalu
menyediakan makanan kecil dan jus untuk anak.
Tegakkan disiplin dan tegas. Katakan pada
anak, bahwa usianya sudah tidak membolehkan untuk mengempeng.
Jika beberapa waktu kemudian anak tidak
menunjukkan kebiasaan mengempengnya, berikan hadiah. Selalu beri reward saat
anak menunjukkan sikap yang positif.
Pada kondisi yang sudah sulit teratasi lagi,
ketika orangtua sudah mencoba beberapa cara namun belum berhasil, berikan
sesuatu yang rasanya tidak disukai anak.
Misalnya dengan memberi rasa pahit atau asam
sekali di jempolnya. Ini kalau menurut psikolog, bisa kok dilakukan oleh
orangtua.
Ciptakan
Rasa Aman
Setelah melihat akibat yang bisa ditimbulkan
dari kebiasaan anak mengisap jari atau ngempeng, mungkin para orangtua tak ingin
jika kelak si kecil memiliki kebiasaan ini.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan sejak
dini untuk mengantispasi kebiasaan si kecil tersebut.
Ciptakan selalu rasa aman bagi bayi maupun
anak dengan perhatian dan cinta.
Jangan pernah menganggap ‘wajar’ memberi
empeng ke bayi, jika memang tidak diperlukan.
Kenalkan minum dengan menggunakan gelas-gelas
yang lucu pengganti dot atau botol.
Bisa juga dengan memberikan dongeng-dongeng
tentang nilai-nilai kebersihan, kebiasaan yang baik, serta berani meninggalkan
empeng.
Anak
Jadi Kurang Percaya Diri
Selain pengaruhnya pada fisik terutama bentuk
gigi dan mulut anak, kebiasaan menghisap jari atau ngempeng ternyata juga
memiliki efek pada kejiwaan.
Terutama, jika kebiasaan ini berlarut dan
tidak segera disembuhkan.
Kebiasaan menghisap jari atau ngempeng bisa
mempengaruhi psikologis anak. Selain itu, kebiasaan mengempeng bisa berubah
menjadi kebutuhan pada anak untuk menghindari kecemasan, ketidaknyamanan, atau
mengalihkan dari ketakutan-ketakutannya.
Sehingga jika jempolnya dikeluarkan dari
mulutnya maka dia merasa lingkungan mengancamnya.
Anak juga bisa jadi memiliki jiwa kurang
percaya diri, ketika lingkungan atau orang-orang di sekitarnya menertawakan
atau mengejek kebiasaannya tersebut.
Ketergantungan yang kuat pada suatu kebiasaan
akan menghambat psikologis untuk tugas-tugas perkembangan yang harus
dikuasainya.
Post a Comment
Post a Comment