Jika di Bogor atau Pasuruan ada kebun raya,
di Kota Batu atau tepatnya di Kecamatan Bumiaji, ada juga sebuah kebun raya
mini yang tak kalah cantiknya.
Letaknya di lereng gunung dan hampir berada
di puncak dari perbukitan Kota Batu.
Tempat ini sendiri memiliki julukan arboretum
atau kebun percobaan.
Julukan kebun raya mini pun memang bisa
mengena untuk tempat ini. Berbagai jenis tumbuhan ada dan ditanam di sana
berikut nama-namanya.
Kita bisa menjumpai Pohon Kina yang bisa
digunakan sebagai obat malaria, Paku Pohon yang berbentuk paku-pakuan tapi bisa
tumbuh besar sebagai sebuah pohon, Kayu Manis, dan segala macam jenis tumbuhan
lainnya.
Sayangnya saat mengunjungi Arboretum Bumiaji
sekitar tahun 2009 lalu, saya tidak sempat berbicara dengan pengelola dari
tempat itu.
Sedikit yang saya tahu, di dekat pintu masuk
tempat ini saja ada sebuah pohon sejenis cemara yang ditanam pada tahun 1992.
Hingga kini, Arboretum Bumiaji sering
dijadikan kegiatan penelitian misalnya oleh para mahasiswa yang membutuhkan
tempat ini sebagai bahan pembelajaran.
Tak hanya itu, tempat yang kerap berselimut mendung
sejak waktu siang ini juga menjadi wahana rekreasi oleh masyarakat, hingga
kegiatan mahasiswa seperti diklat alam.
Memang, tempat ini cukup cantik untuk
dijadikan tempat rekreasi. Pengelola tempat ini sendiri memberikan beberapa
sentuhan yang makin membuat siapapun menjadi nyaman untuk berada di sana.
Misalnya saja jalan setapak yang ditanami
Bunga Panca Warna atau yang kadang juga disebut Bunga Desember. Bunga dengan
kelopak-kelopak kecil yang mengumpul menjadi gerombolan berbentuk bulatan besar
ini akan membaut gemas siapapun yang melihatnya. Warnanya yang bisa berubah-rubah
membuat tempat itu seakan-akan memiliki beberapa jenis bunga yang berbeda
warna.
Bunga Panca Warna memang memiliki beberapa
fase pergantian warna. Mulai dari putih, kuning, biru, semburat keunguan, merah,
atau beranjak ke jingga. Sayangnya, saya tidak hapal fase pergantian warna dari
bunga ini.
Beberapa jembatan juga dibuat berjenjang di
beberapa tempat. Karena tempat ini merupakan lereng bukit, maka kontur tanah di
daerah inipun tidak rata. Dan jika Anda berdiri di pinggir sungai yang
mengalirkan air dari sumbernya, maka Anda akan bisa melihat jembatan yang
melintang dengan berjenjang.
Tak hanya pepohonan dan bunga yang ditanam
dengan sengaja dan teratur, beberapa tumbuhan liar baik yang berbunga maupun
tidak juga ikut tumbuh dan menambah kecantikan dari tempat ini.
Di tempat ini sendiri juga sebetulnya
terdapat satu dari sekian sumber mata air dari Sungai Brantas. Kejernihan
airnya bisa menghapus siapapun yang mungkin penat jika pernah mengetahui betapa
kotornya sungai itu ketika berada dalam garis menjadi urat nadi kehidupan masyarakat
Surabaya.
Kecantikan tempat ini juga mengasyikkan bagi
mereka yang mencintai dunia fotografi. Apalagi bagi mereka yang ingin
mengabadikannya sebagai sesi foto pre wedding, inilah surga yang penuh dengan
sudut natural yang segar sebagai pembalut kesan keromantisan.
Namun jika memang itu tujuannya, sebaiknya
datanglah ke tempat ini di kala pagi hari. Karena tempat ini berada di lereng
puncak bukit, sinar matahari memang hanya bisa bersinar sampai sekitar pukul 10
pagi. Selebihnya, saputan awan akan mengambil alih dan membuat pencahayaan
menjadi redup. Bahkan, rintikan gerimis justru yang kemudian turun membuat
suasana menjadi muram.
Dari sekian tumbuhan yang hidup di tempat
ini, hanya ada satu jenis yang begitu berkesan buat saya. Bahkan, tanaman ini
tumbuh liar seperti rumput yang tak beraturan di beberapa tempat di Arboretum
Bumiaji.
Di tempat itu, kali pertama saya berkenalan
dengan bunga dandelion. Bunga yang bentuknya secara keseluruhan berbentuk
bulatan berdiameter sekitar lebih dari dua sentimeter ini adalah sejenis bunga
rumput yang hidup di daerah dingin atau pegunungan. Jika di suhu biasa, memang
ada bunga seperti ini namun dengan bulatan lingkaran yang kecil.
Nah, jika ingin menjumpai bunga dandelion di
sekitaran Arboretum Bumiaji, datanglah sebelum siang hari ya. Apalagi saat pagi
hari, bunga ini bisa terlihat cantik tumbuh di hamparan rumput dan tampak
berkilauan dengan sisa embun yang terpapar sinar mentari.
Momen langka yang sayang jika dilewatkan!
Post a Comment
Post a Comment