Foto asli diambil dari Wikipedia |
Siapa yang tak tahu #PahlawanBengkulu bernama
Ibu Fatmawati? Dengan julukan #FatmawatiPerajutNegeri, beliau adalah istri
Presiden Soekarno yang juga ibu negara pertama Indonesia.
Ibu Fatmawati identik dengan pahlawan
Indonesia yang menjahit bendera merah putih pertama yang berkibar saat
proklamasi kemerdakaan Republik Indonesia.
Dalam catatan sejarah, wanita yang lahir di
Pasar Padang Bengkulu pada 15 Februari 1923 ini memiliki banyak kisah yang
patut diteladani para wanita Indonesia.
1.
Mengutamakan Bangsa dan Negara
Di tahun 1944, saat hamil 9 bulan, Ibu
Fatmawati menjahit bendera merah putih dengan tangannya sendiri karena tidak
bisa menggunakan mesin jahit kaki.
Namun, bendera merah putih yang telah jadi
itu kurang besar ukurannya. Saat malam menjelang proklamasi, ia kembali
menjahit sendiri bendera merah putih.
Sebegitu besarnya perhatian Ibu Fatmawati
dalam perjuangan kemerdekaan, sampai membuat beliau lupa dengan hari
pernikahannya. Tak pernah sekalipun ia dan Presiden Soekarno memeringati hari
pernikahan mereka karena menganggap hal itu tak sebanding dengan persoalan
bangsa dan negara.
Ibu Fatmawati dan Presiden Soekarno menikah
di saat Perang Dunia II sedang memanas serta Jepang baru saja menjajah
Indonesia.
2.
Mencintai dan Melestarikan Budaya Indonesia
Kecintaan Ibu Fatmawati terhadap budaya
Indonesia begitu besar. Beliau terkenal pandai menari, terutama tarian melayu.
Tak hanya itu. Hingga saat ia berperan
sebagai ibu negara, Ibu Fatmawati selalu mengenakan pakaian khas Indonesia
yaitu kebaya panjangnya.
Bahkan hingga sebelum meninggal dunia, ia pernah
berujar bahwa kala berdoa, ia juga memohon agar diberikan keberanian
melanjutkan perjuangan fii sabilillah.
3. Menjadi
Istri yang Menguatkan Perjuangan Suami
Ibu Fatmawati selalu mendampingi Presiden
Soekarno saat masa-masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Saat hamil besar anak pertamanya yaitu
Guntur, beliau ikut menemani Presiden Soekarno di beberapa rapat persiapan
kemerdekaan atau sidang BPUPKI.
Bahkan ketika Guntur masih bayi, Ibu
Fatmawati membawanya saat mendampingi Presiden Soekarno yang diculik para
pemuda ke Rengasdengklok.
4.
Cerdas dan Rajin Belajar
Sejak kecil, Ibu Fatmawati pandai dalam
menekuni setiap pelajaran di sekolahnya. Ia juga pandai mengaji dan tadarus
Al-Quran.
Kemultitalentaan Ibu Fatmawati juga terlihat
dari kepandaiannya dalam menjahit, menari, serta memasak.
Bahkan saat perekonomian keluarganya sedang
berat, ia juga mau berjualan untuk membantu orangtuanya.
Kecerdasan Ibu Fatmawati inilah yang membuat
Presiden Soekarno tertarik padanya. Di usia 15 tahun, Presiden Soekarno yang
saat itu menjadi gurunya, sudah bisa mengajak Ibu Fatmawati berdiskusi tentang
filsafat dan hukum-hukum Islam, termasuk masalah gender dalam pandangan hukum
Islam.
5.
Aktif Berorganisasi dan Kegiatan Sosial
Saat menjadi ibu negara, Ibu Fatmawati aktif
dalam kegiatan sosial seperti ikut dalam pemberantasan buta huruf, mendorong
kegiatan kaum perempuan baik dalam pendidikan maupun ekonomi, serta merintis
kegiatan amal untuk pembangunan rumah sakit yang lalu dinamakan Rumah Sakit
Fatmawati.
Kebiasaan Ibu Fatmawati dalam kegiatan sosial
ini terasah sejak belia. Saat tinggal di Bengkulu dan belum menikah dengan
Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati aktif di organisasi perempuan Muhammadiyah
yaitu Nasyatul Asyiyah.
6.
Ramah dan Mudah Bergaul
Setelah memutuskan meninggalkan istana
negara, Ibu Fatmawati tinggal di sebuah rumah di Kebayoran Baru. Ia hidup berbaur
dengan masyarakat biasa.
Kegiatan-kegiatan sosial yang selalu
dilakukannya saat menjadi ibu negara juga tetap beliau lakukan.
Hal ini dikarenakan sejak kecil, Ibu
Fatmawati juga merupakan sosok yang periang, ramah, serta mudah bergaul dengan
berbagai lapisan masyarakat.
7.
Sederhana dan Bersahaja
Sebetulnya Ibu Fatmawati merupakan keturunan
bangsawan, berasal dari Kerajaan Indrapura Mukomuko. Ayahnya, Hassan Din,
adalah keturunan ke-6 dari Kerajaan Putri Bunga Melur. Bunga Melur sendiri
memiliki arti putri yang cantik, sederhana, dan bijaksana.
Tak heran jika hal itu terlihat dari sosok
Ibu Fatmawati. Meski bangsawan, Ibu Fatmawati tidak dimanja.
Saat kecil, Ibu Fatmawati bahkan pernah
menjadi penjaja kacang bawang yang digoreng ibunya, atau menunggui warung kecil
di depan rumahnya.
Kala itu keadaan perekonomian keluarga Hasan
Din, ayah dari Ibu Fatmawati sedang menghadapi masalah yang cukup berat. Hasan
Din saat itu memutuskan keluar dari perusahaan Belanda tempatnya bekerja karena
ia tidak mau meninggalkan kegiatannya sebagai anggota Muhammadiyah.
8.
Sosok Wanita dengan Prinsip Kuat
Ibu Fatmawati memiliki keteguhan hati yang
kuat. Ia berprinsip tidak ingin dipoligami. Menurutnya, poligami merendahkan martabatnya
sebagai perempuan.
Prinsip kuat itu pula yang membuatnya memilih
meninggalkan Presiden Soekarno saat ingin menikah lagi dan berpoligami.
Keteguhan hati Ibu Fatmawati juga ia
tunjukkan saat Presiden Soekarno dan para pemimpin Indonesia ditangkap dan
diasingkan di Pulau Bangka, sementara tidak ada keluarga yang diperbolehkan
ikut. Saat itu terjadi Agresi Militer II Belanda.
Saat itu, Ibu Fatmawati harus keluar dari
istana negara dan tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota
Jogjakarta. Walaupun saat itu keadaan ekonomi sedang miris, Ibu Fatmawati tetap
tidak mau berkompromi dengan Belanda yang mengajaknya bekerja sama.
Tak heran jika semua kisah perjuangan Ibu
Fatmawati yang dulu menjahit bendera pusaka, kini bisa disimbolkan sebagai
perajut negeri, menyatukan semangat kebangsaan.
Ibu Fatmawati tak hanya menjadi teladan agar
menjadi wanita Indonesia yang memiliki berbagai karakter positif. Beliau juga
menjadi teladan bahwa wanita Indonesia harus meneruskan perjuangan beliau untuk
menjadi pahlawan wanita Indonesia masa kini.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog bertema Fatmawati Perajut Negeri yang diadakan oleh Bengkulu Heritage Society
Post a Comment
Post a Comment