Dulu, sekitar tahun 2009-2010 saat saya
menjadi pengajar di sebuah taman penitipan anak atau daycare, ada kegiatan yang
tak pernah membosankan bagi anak-anak saya di sana.
Kegiatan itu adalah bercerita dengan foto.
Ide dasarnya saya lupa dari mana. Tapi
sewaktu browsing ide kegiatan dengan anak-anak balita, saya menemukan sebuah
tulisan tentang asiknya bercerita dengan foto.
Saya lalu meminta ke para orangtua untuk
meminjamkan foto aktivitas anak-anaknya di luar daycare jika bentuk fotonya cetak,
atau saya meminta file foto jika bentuknya digital.
Beberapa orangtua menyambut permintaan saya
dengan senang. Kebanyakan dari mereka akhirnya memberikan ke saya file foto
kegiatan anak-anak mereka.
File-file foto tersebut lalu saya masukkan ke
dalam netbook, dan saya tunjukkan ke anak-anak sebagai bagian dari kegiatan di
daycare.
Anak yang memiliki foto dan kebetulan sedang
saya tunjukkan ke teman-temannya, akan saya minta bercerita. Biasanya
pertanyaan saya seputar tentang: foto itu diambil di mana, si anak waktu itu
sedang apa, bersama siapa, dan pertanyaan lainnya yang saya kembangkan dari
pertanyaan dan jawaban anak.
Hari demi hari, saat aktivitas ini saya
lakukan dengan anak-anak di taman penitipan anak, saya amati, ternyata ada
beberapa manfaatnya lho.
1. Anak berlatih berani bicara
Saya paling suka kalau foto yang sedang saya
tunjukkan ke anak-anak adalah milik anak yang punya karakter suka lebih banyak
diam selama di daycare.
Misalnya ada seorang anak bernama Tiara yang
kelihatannya pendiam. Tapi lewat kegiatan yang salah satunya bercerita dengan
foto, mau tidak mau, ia jadi dimotivasi untuk berani bicara di depan
teman-temannya.
Seiring waktu, kegiatan-kegiatan seperti
bercerita dengan foto ini ternyata memang memiliki dampak positif buat Tiara.
Anak yang dulunya suka datang lalu memilih memegang botol dotnya di pojokan
ruangan, lambat laun, saya melihatnya sebagai seorang Tiara yang berani bermain
bersama serta bicara ke orang lain.
2. Anak berlatih bercerita
Kemampuan anak untuk bercerita adalah
penguasaan lebih lanjut dari berani bicara. Saat anak diminta untuk bercerita,
saya kerap membimbing mereka untuk bisa mengemukakan sesuatu dengan runut dan
jelas.
Ada anak bernama Salma yang orangtuanya kerap
memberikan foto paling banyak dibandingkan anak-anak lain.
Yang menyenangkan bagi saya dan
teman-temannya Salma adalah, foto-foto Salma ini berasal dari berbagai tempat
berikut aktivitas yang beragam.
Jadi, bapaknya Salma memang kerap mengajak
keluarganya untuk kegiatan di alam terbuka atau rekreasi ke banyak tempat.
Sebagai orang yang dasarnya memang mengerti pendidikan, orangtuanya Salma ini memang
sengaja menjadikan kegiatan jalan-jalan tersebut sebagai ajang belajar
anak-anaknya.
Salma menjadi anak yang akhirnya paling
sering saya minta bercerita tentang kegiatan dan tempat yang ada di
foto-fotonya.
Tak hanya anak yang memiliki foto saja yang
punya kesempatan untuk bercerita. Nisa misalnya, teman Salma yang hobi
bercerita ini paling suka membuat cerita karangannya sendiri dari foto yang
dilihatnya.
3. Anak berlatih untuk mengamati
Kegiatan melihat foto juga membuat anak untuk
terlatih mengamati dengan teliti foto yang sedang dilihatnya.
Misalnya jika fotonya tentang harimau di
kebun binatang, anak-anak bisa mengamati foto tentang bagaimana ekspresi
harimaunya, apa yang sedang dilakukan hewan tersebut, bagaimana kondisi
kandangnya, dan sebagainya.
Baca juga: Asyiknya Mengenal Huruf Lewat Nama Makanan
4. Anak berlatih untuk berpikir kritis
Tak hanya mengamati. Biasanya, saya juga kerap
memancing kemampuan kritis anak-anak.
Misalnya jika foto macannya sedang duduk,
saya suka bertanya ke mereka, kenapa macannya kok cuma duduk saja? Dan terkadang,
cara ini malah memunculkan daya imajinasi anak-anak untuk menjawabnya.
Tapi biasanya, saya juga akan menggiring
anak-anak untuk berpikir logika dari foto-foto yang sedang mereka lihat.
5. Anak berlatih menyimak atau mendengarkan
Yang namanya anak-anak, kadang ada juga yang
hobinya bicara dan jumlahnya tidak hanya satu dua. Nah, anak-anak ini kadang
suka saling bersaing bicara dan tidak mau mengalah dengan temannya yang lain.
Jadi, biasanya saya akan meminta mereka untuk
mendengarkan dulu apa yang sedang temannya bicarakan sehingga tidak saling
gaduh satu sama lain.
Foto kenangan saat di daycare yang saya simpan di Facebook. Yang baru saya sadari, saya sudah tidak menyimpan file aslinya lagi di perangkat manapun! |
Tuh, ternyata lumayan punya arti penting juga
ya keberadaan foto bagi aktivitas dan perkembangan kemampuan anak.
Gara-gara ingat kenangan saat mengajar di
taman penitipan anak, saya baru sadar kalau keluarga kecil saya belum punya
satu pun album foto lho! Termasuk foto saat saya dan suami menikah dulu.
Jadi sejak awal menikah hingga sekarang punya
satu anak, kami hanya menumpuk file foto saja di dalam netbook dan external
hard disc.
Padahal, orangtua saya saja dulu sampai punya
beberapa album foto besar yang isinya foto-foto orangtua saat menikah sampai
foto-foto saya dan adik waktu kecil.
Album foto itu di kemudian hari punya banyak
manfaat. Selain yang utama sebagai tempat menyimpan dan mengingat kenangan,
album foto juga jadi sarana saya, orangtua, dan kerabat untuk berkomunikasi dan
saling bercerita.
Sayang, nasib album foto itu jadi agak nggak
karuan karena ulah saya yang mencopoti beberapa foto dari album.
Belajar dari kejadian itulah makanya saya
agak malas kalau disuruh cetak foto dan cetak album foto.
Tuing, tuing, kok ya bener ya?!
Tapi apa bedanya antara album foto dengan
photobook ya? Eh ternyata, ada bedanya lho.
Kalau album foto kan foto-foto kita ditempel
di album lalu dilapisi plastik. Sedangkan kalau photobook, ya bentuknya kayak
majalah yang isinya foto-foto begitu. Nggak ada yang namanya foto cetakan lalu
ditempel di album dan bisa dilepas atau pasang lagi.
Photobook punya banyak kelebihan
dibandingkan dengan album foto.
Sumber foto: Pixabay dan ID Photobook |
Lalu kalau ada bentuk file, kenapa harus dicetak? Apa nggak jadi tambah pengeluaran uang?
Sebetulnya ada beberapa pertimbangan lho,
kenapa cetak foto apalagi dengan photobook masih lebih perlu jika
dibandingkan menyimpannya dalam bentuk file.
Media penyimpanan file memang
banyak. Kalau file foto di hp atau kamera kita tidak mau hilang atau rusak
ketika perangkatnya kenapa-kenapa, kita bisa menyiasatinya dengan
memindah-simpan file foto tersebut ke laptop, netbook, komputer, external
hard disc, atau bahkan lewat media penyimpanan dunia maya seperti di google
drive.
Tapi, kan ada momen-momen tertentu di mana
kita ingin melihat atau menunjukkan ke orang lain foto-foto tersebut. Misalnya
seperti aktvitas yang saya lakukan dengan anak-anak di daycare.
Nah, itu dia perlunya keberadaan photobook. Kita nggak perlu repot dan
tinggal membawanya ke mana-mana.
Apalagi wujud fisik photobook tidak mudah rusak termasuk tidak gampang kena air, dan
bentuknya enak untuk dibawa.
Lalu di mana ya kalau mau bikin photobook? Yuk sini, kita kenalan
bareng-bareng sama idphotobook.
Misalnya nih, kita mau bikin photobook. Caranya tinggal seperti ini
saja kok:
- Buka situs ID Photobook. Ada
layanan di androidnya lho, di Store ID Photobook. Bisa buka di Google Play.
- Kalau segala urusan registrasi kelar,
langsung pilih album yang diinginkan.
- Setelah itu, kita lakukan transaksi
pembayaran. Harganya murah tapi berkualitas kok. Malah lebih murah dari pada
bikin album foto.
- Kemudian kirim file foto yang mau dijadikan
photobook. Cara seperti ini mudah
dan praktis kan. Fotonya bebas terserah kita. Jumlah foto yang bisa dimuat di photobook ini bisa antara 38 sampai 75
foto, tergantung ukuran album yang sudah dipilih sebelumnya.
Cara bikin photobook di ID Photobook
ini punya banyak kelebihan.
- Nggak perlu repot keluar rumah. Nggak perlu
ke tempat cetak foto sampai antri
segala. Kan sekarang zamannya serba online. Kita juga bisa self service dan
nggak ada yang namanya slow respon. Proses pembuatannya pun kilat.
- Cetakan fotonya mewah dan berkelas seperti
tampilan majalah.
- Photobooknya
tahan lama dan tahan air. Satu-satunya yang menggunakan hard board dengan lapisan
lean master grade A. Terus, di tiap halamannya pakai mate paper high quality
150 gram.
- Desain layoutnya cakep karena digarap sama
orang yang profesional di bidang layout. Desainnya ada yang bertema travelling,
anniversary, tema anak-anak, sampai tema wedding. Mau yang layoutnya sama kayak
punya artis juga bisa.
- Harga lebih murah dari pada cetak foto biasa. Ada diskon langsung
20 persen buat segala ukuran. Malah hasilnya lebih berkualitas lagi.
Contoh photobook di ID Photobook |
- Pst… katanya CS-nya ramah dan siap
direpotin lho! Hahaha… Nggak perlu nunggu CS memproses orderan.
- Ada garansinya. Kalau setelah dikirim ke
kita tapi kita nggak puas karena nggak seperti yang kita pesan, rusak, atau cacat
produksi, ID Photobook akan
mencetaknya lagi. Gratis.
- Buat yang di area Jawa dan Bali, free
ongkir untuk pengiriman albumnya. Sedangkan untuk yang di luar area itu, ada
potongan harga pengiriman. Ada jaminan lebih cepat sampai rumah.
Jadi pada kepikir untuk bikin photobook nggak? Kalau saya sih iya.
Nggak tahu kalau Mas Anang (*Lhah kenapa jadi bawa-bawa nama juri acara
pencarian bakat menyanyi ya?) Hahaha…
Apalagi kalau bicaranya kembali ke topik
tentang asiknya kegiatan bercerita sambil melihat foto dengan anak-anak. Dengan
photobook, nggak perlu repot lagi
ada acara harus lihat hp atau perangkat seperti laptop. Tinggal tenteng dan
buka photobook saja.
Lalu kalau cetak foto di idphotobook, tampilannya
cakep dan enak dibawa, nggak mudah rusak, kitanya nggak khawatir kalau
ketumpahan air. Kegiatan bercerita bersama anak-anak dengan foto jadi
menyenangkan deh dengan photobook
buatan ID Photobook.
Yuk CETAK FOTO ONLINE MUDAH DENGAN ID PHOTOBOOK.
Wah sepertinya cara ini juga bisa melatih anak untuk berani berbicara di depan umum ya Mbak ?
ReplyDeleteIya Mas. Anak jadi reflek cerita atau saling bercerita jadinya. Tapi kadang ada juga tipe anak yang dengan cara ini, masih harus dipancing dulu keberaniannya :D
DeleteAku lagi bikin project album foto mba cuman kendalanya males ke tukang foto baca ini jadi mudah y mba harganya juga terjangkau :) sukses y mb lombanya
ReplyDeleteIya Mbak, bisa modal hp dan transaksi online saja. Simpel. :)
DeleteWow keren, yaa.
ReplyDeleteOrangtua saya dulu juga rajin nyimpan foto-foto. Saya juga dulu tapi sampai anak pertama saja haha. Sekarang aling nyimpan di laptop atau blog khusus. Pakai Photobook di ID Photobook ini keren juga rupanya, ya. Boleh nih.
Kalau saya fatalnya dari sejak nikah nggak punya album foto Mbak. Numplek blek di laptop. Hehehe...
Delete