Kayaknya istilah pelakor, alias ‘perebut
laki orang’, alias orang ke tiga, lagi jadi naik daun ya?
Mulai dari cerita pribadi yang diposting
di media sosial dan jadi viral, sampai yang sekarang ini lagi jadi bahasan
ramai adalah pelantun lagu Islami yang konon menikah lagi diam-diam dengan
backing vokalnya yang juga sahabat istrinya sendiri.
Ndilalah pas ngubek-ngubek stok tulisan
lama saat dulu jadi reporter, saya ketemu tulisan hasil liputan nih tentang
munculnya orang ke tiga dalam pernikahan.
Kalau nggak salah, tulisan ini hasil
‘instruksi’ dari bu redaktur yang waktu itu memang sedang ramai gosip antara
Ahmad Dhani, Mulan Jameela, dan Maia Estianty.
Yah, kebanyakan wanita mungkin akan
sangat sakit hati ya kalau punya suami yang ternyata punya wanita lain.
Apalagi zaman sekarang. Kayaknya ada
juga wanita yang berani mengambil peran jadi pelakor bagi kehidupan rumah
tangga orang lain.
Mengapa orang ke tiga bisa muncul dalam
kehidupan rumah tangga sebuah pasangan?
Baik itu belum atau sudah berkeluarga,
terkadang ada satu hal yang kerap dilupakan oleh setiap pasangan. Yaitu memupuk
rasa sayang dan cinta.
Ketika rasa itu terlupakan, bisa
ditebak, keharmonisan dalam sebuah hubungan pun seakan menguap.
Ini terutama untuk mereka yang sudah
berkeluarga. (*jujur, saya ikutan ngacung!)
Sehingga hal-hal atau waktu yang
seharusnya ada untuk bermesraan berdua, tidak ada lagi.
Demikian halnya juga pada kualitas
komunikasi.
Sebetulnya, menjaga keharmonisan
hubungan dalam berkomunikasi itu bisa dan mudah dilakukan oleh siapa saja. Hendaknya,
setiap pasangan mau menyisihkan waktu untuk berdua.
Misalnya pada akhir minggu. Coba
titipkan anak ke keluarga, pembantu, tetangga, atau teman.
Kemudian, pergilah berdua saja dengan
pasangan.
Atau, nonton berdua dengan pasangan di
rumah saja saat anak-anak sudah tidur juga bisa kok.
Jadi ingat, harus ada momen berdua untuk
pasangan. Nah, kata psikolog yang pernah saya wawancarai sih begitu.
Selain itu, setiap pasangan harusnya
bisa peka dengan apa yang sedang dialami pasangannya. Dan untuk mengasah
kepekaan tersebut, seseorang mesti melatihnya terus menerus.
Kepekaan ini juga akan membantu kita
mengetahui apakah pasangan kita tercukupi atau tidak kebutuhannya. Karena jika
seseorang merasa kurang cukup, ia pasti akan mencari yang lain.
Beri
Ruang Gerak
Banyak pasangan memberikan alasan
masalah rumah tangga mereka karena hubungan jarak jauh. Misalnya dikarenakan
sang suami yang sering bertugas di luar kota, maka kehadiran orang ke tiga
begitu mudah masuk dalam sebuah hubungan rumah tangga.
Namun jika saja setiap pasangan
mengerti, sebetulnya masalah hubungan jarak jauh bukanlah sebuah alasan yang
dapat memicu hal tersebut.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu
dipegang oleh pasangan yang berhubungan jarak jauh atau jarang bertemu.
Yang pertama, adalah kepercayaan.
Beri ruang gerak yang bebas kepada
pasangan. Tumbuhkan kepercayaan bahwasanya apa yang dikerjakan oleh pasangan
misalnya suami yang bekerja di luar kota, adalah demi kebaikan atau untuk
keluarga.
Yang kedua, yang perlu diperhartikan
adalah masalah komunikasi. Komunikasi ini tidaklah sama dengan sebuah rutinitas,
melainkan sebuah bentuk atensi.
Atensi itu bisa berupa nilai-nilai kecil
tetapi yang bisa berpengaruh dan membuat pasangan dihargai dan terpenuhi
perhatiannya.
Selain itu, libatkan diri untuk
beraktivitas dengan memasuki lingkungan teman kerja dari pasangan.
Dengan mengenal siapa saja teman
pasangan berikut juga siapa yang akrab dengannya, bisa membuat kita mengetahui
bagaimana aktivitas pasangan ketika di lingkungan kerja.
Namun, hindari juga kesan memata-matai.
Jalinlah hubungan dengan teman pasangan tersebut dengan kondisi sewajarnya dan
bukan menginterogasi.
Dan jikalau ada masalah dengan suami,
usahakan, jangan membuka aib suami di hadapan teman-teman akrabnya atau ke
siapapun. Meskipun, itu maksudnya untuk menyelesaikan masalah dan untuk mencari
informasi kebenaran sebuah masalah.
Kata psikolog yang pernah saya wawancarai,
jika suami ada orang ke tiga, sebetulnya bisa dilihat dari perubahan sikapnya.
Kecenderungan orang itu kan kadang ada
yang sebelum dimarahi, dia marah-marah dulu. Misalnya saat sering pulang telat
atau yang harusnya libur tapi kok beralasan ada kerjaan. Lalu sebelum kita
tanya banyak, eh, dianya malah marah-marah besar.
Nah kalau seperti itu, kita bisa
bertanya baik-baik ke temannya, apa betul pada saat itu dia ada kerjaan kantor.
Tips
Mencegah Kehadiran Pelakor
Lalu, ini dia tips yang pernah saya
dapat dari seorang psikolog tentang bagaimana mencegah munculnya pelakor dalam
kehidupan rumah tangga kita.
1.
Tumbuhkan rasa percaya diri sendiri
Dari sekian banyak kasus yang muncul,
banyak kasus yang berakar dari kurangnya rasa percaya diri seorang wanita
sebagai istri.
Akibatnya jadi mudah curiga, cemburu,
marah atau berprasangka buruk terhadap pasangan.
2.
Tumbuhkan dan kembangkan rasa percaya pada pasangan
Apabila sudah memiliki rasa percaya
diri, maka akan lebih mudah untuk dapat mempercayai pasangan.
Berikan ruang gerak pada pasangan.
Bila ini dilakukan, pasangan merasa
dipercaya dan dihargai serta tidak membuka pintu hadirnya pihak ke tiga karena
pasangan tidak lagi mencari orang lain yang dapat menghargai dan
mempercayainya.
3.
Lebih mengenali pasangan
Adalah penting untuk mengenal pasangan
lebih dalam lagi dari hari ke hari.
Jangan pernah berhenti belajar mengenali
pasangan walaupun sudah mengenalnya bahkan berpuluh-puluh tahun.
Ingatlah bahwa manusia itu unik, aktif
dan dinamis sehingga manusia dapat berubah sewaktu-waktu.
Apalagi usia 40 tahun ke atas. Konon,
masanya puber ke dua tuh bagi para pria.
4.
Manfaatkan waktu dengan pasangan
Sesibuk apapun seorang wanita karena
pekerjaan, anak, rumah tangga, bisnis dan sebagainya, usahakan untuk tetap
memiliki waktu khusus dengan pasangan.
Waktu khusus ini adalah saat kita dan pasangan
menghabiskan waktu hanya untuk berdua.
Keharmonisan, kemesraan, dan keakraban
akan dapat terus dibina dan dipertahankan. Ini membantu kita untuk menghindari
berpikir atau berimajinasi tentang orang lain.
Waktu yang dihabiskan hanya untuk berdua
ini semakin menguatkan rasa sayang dan cinta pada pasangan, yang mana memang
harus terus dipupuk dan dijaga.
5.
Jalin komunikasi
Bentuk atau pertahankan komunikasi
anda dengan pasangan. Komunikasi yang intens akan membantu mencegah hal-hal
yang tidak kita inginkan terjadi.
Di waktu-waktu senggang dalam kesibukan
sehari-hari bisa dimanfaatkan untuk menelpon pasangan.
Misalnya dengan menanyakan keadaannya,
kesibukannya, menyatakan perasaan kangen atau sayang ke suami.
Yang penting, pasangan merasa nyaman dan
diperhatikan.
Namun jangan lakukan itu hanya sebagai
rutinitas dan basa-basi, ya.
Contohnya nih, setiap hari kita menelpon
dan hanya bertanya,”Bagimana, udah makan belum?” atau “Jangan lupa makan siang
ya!”.
Ini sangat membosankan dan menjengkelkan
bagi pasangan. Bahkan nantinya sebelum Anda menelepon, dia sudah tahu apa yang
akan anda tanyakan!
Miliki komunikasi yang terbuka dengan
pasangan.
Jujur dan menghargai menjadi bagian yang
tak terpisahkan dalam berkomunikasi dengan pasangan.
Jangan malu untuk mengekspresikan diri
bila sedang kangen, ingin dimanja, ingin dipeluk dan sebagainya.
Karena dengan demikian, pasangan tahu
bahwa Anda memerlukan dan menginginkannya.
Jadilah pasangan yang siap mengulurkan
tangan dan bahu setiap kali itu diperlukan. Hal itu akan menjadi pondasi yang
kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan.
Intinya, jangan mudah mengatakan susah
apabila kita ingin dan niat untuk melakukannya.
Ingat
Komitmen dan Tanggungjawab
Sebuah perselingkuhan kadang memang
menyakitkan saat terungkap.
Namun ketika orang ke tiga akhirnya
ketahuan, juga bukan berarti kemudian masalah terselesaikan dengan perceraian.
Jika mau, setiap pasangan masih bisa
memerbaikinya dengan sebuah jalan damai.
Kita bisa saja memaafkan. Tapi yang
sebetulnya lebih terpenting adalah berpikir jauh ke depan.
Dengan berkomitmen bersama pasangan, selesaikan
masalah tersebut dan jangan libatkan pihak lain terlebih dahulu.
Usahakan untuk tidak usah dulu
memberitahu keluarga atau pengacara.
Ketika antara pasangan telah sepakat
untuk berkomitmen, buatlah kesepakatan untuk memperbaiki hubungan serta mencari
solusi apa yang perlu dilakukan.
Sama artinya juga dengan melakukan
evaluasi.
Namun saat komitmen untuk sama-sama
memperbaiki sudah terucap, bukan berarti kemudian sikap curiga lebih sering
muncul.
Biasanya karena merasa pernah terjadi
sebuah kesalahan pada pasangan, kemudian yang terjadi adalah sikap untuk makin
curiga pada setiap gerak gerik pasangan.
Pasangan yang pernah dilukai karena
selingkuh, jadi lebih merasa ingin lebih mengatur dan curiga.
Sebetulnya yang lebih perlu dilakukan
adalah mencoba mengenal suami. Ini sebagai wujud komitmen untuk mengevaluasi
bersama dan memperbaikinya.
Selain komitmen seperti janji yang telah
diucapkan saat mengikat janji untuk hidup bersama, yang perlu diingat lagi
dalam mempertahankan sebuah hubungan adalah tanggungjawab yang sudah dimiliki
bersama, yaitu anak.
Hua… itu semua tadi kata psikolog lho
ya. Kalau tambahan kata saya sih, kitanya sebagai wanita harus banyak berdoa.
Yap, zaman sekarang pelakor makin ganas
wae! Nggak hanya modal fisik, ada juga yang sampai main dukun segala.
Suami kita sudah baik-baik, eh…
diseranglah pakai cara klenik segala. Sadis, kan?!
Itu hasil kesimpulan saya waktu melihat
fenomena para pelakor yang ada.
Dan dari segala cerita sepak terjang
pelakor, yang saya temui, biasanya sih endingnya si suami mau balik kok ke
istrinya yang memang tekun meminta ke Tuhan untuk menyelematkan suami dan
keluarganya.
Semoga kita semua terhindar ya dari
ujian dan masalah akibat ulah pelakor atau suami yang sedang puber ke sekian
kalinya. Aamiin…
nauzubillahmindzalik
ReplyDeleteIya Mbak, semoga keluarga kita dijauhkan dari yang begini ini.
Deleteaduh, jangan sampe deh amit-amit. liat pelakor jaman sekarang lebih mulus dari istri sah, hadeehh.. bikin hati gundah gulana cetar menggelora tiap suami mau kerja..
ReplyDeleteKalo kata Ivan Gunawan sambil nyanyi, "Gula-gula, gula-gula. Guna-guna, guna."
DeleteMesti banyakin doa ya Mbak kitanya, moga nggak sampai kejadian kayak begini ini.