Nah, saya masuk kategori yang kenal
sebentar, lalu beberapa bulan kemudian memutuskan menikah. Kenalnya lewat
temannya ibu. Jarang komunikasi. Orangnya main ke rumah beberapa kali saja,
kemudian datang melamar dengan keluarganya.
Buat yang kenal saya banget, mungkin
penasaran bagaimana saya kok akhirnya sampai mengakhiri masa lajang setelah
sekian lamanya. Pasalnya saya lebih banyak melewati hidup dengan sendiri dan bahagia.
Tuhan memang punya cerita istimewa ya
untuk tiap orang. Dan itulah yang saya pikir sudah terjadi pada saya. Ibaratnya,
saya dipertemukan sama orang baru kenal, lalu dalam waktu singkat harus
berpegangan tangan dengannya menjadi satu tim.
Tantangannya nggak main-main. Jadi tim
dengan posisi sebagai suami-istri dan orangtua untuk waktu yang tidak bisa
dihitung satu dua tahun saja.
Menikah dengan Orang Beda Karakter
Setelah menikah, barulah saya sadar
bahwa hidup itu seperti ying-yang atau kepingan puzzle. kita akan bertemu sosok
yang beda tapi bisa dan seharusnya saling melengkapi.
Begitu juga antara saya dan suami. Saya
orangnya cenderung kaku, serba sistematis, dan bergerak cepat. Suami orangnya
lebih fleksibel dan banyak pertimbangan. Karakter saya koleris melankolis,
sedangkan suami sanguinis koleris.
Konflik kadang terjadi saat saya yang
kaku dan kuat karakter kolerisnya itu memaksakan sesuatu yang harus diikuti
suami. Sering sih, suami banyak ngalahnya.
Dan kalaupun dia sedang kesal dan nggak
tahan dengan ulah saya, paling nada suaranya yang agak keras. Itupun saya tahu,
ia sudah menahan dengan sekuat mungkin.
Konflik lain terjadi saat suami
bertindak dengan penuh pertimbangan. Yang menurut saya, cenderung lambat hingga
banyak kesempatan akhirnya terlewat.
Jika sudah begitu, saya yang sering
bicara blak-blakan dan lugas pun keluar aksi ngomelnya. Suami kerap memilih
diam saat menghadapi saya.
Begitu juga dalam melakoni peran menjadi
orangtua. Terkadang saya dan suami punya cara yang beda.
Suami saya orangnya agamis. Hingga
akhirnya untuk urusan pendidikan ibadah ke anak banyak dilakukan olehnya. Sementara
saya orangnya suka senang-senang. Sehari-hari, saya suka mengajak anak menyanyi
dan menari.
Sadar Berbeda jadi Pangkal Sehati Menetapkan Tujuan
Walaupun satu tim dengan orang yang
beda, tentunya bukan berarti kita bubaran kan ya?
Saya yakin banyak yang juga punya cerita
beda versi tapi intinya sama. Punya pasangan beda karakter, dan memilih terus
berjalan sambil mengeratkan genggaman tangan.
Saya sendiri kalau sedang kesal dengan
karakter suami, lebih suka memilih mengingat apa saja sisi positif lain dari
suami yang perlu disyukuri.
Oh, alhamdulillah suami saya orangnya
nggak emosian kayak suami orang lain saat menghadapi saya.
Alhamdulillah, suami
mau turun tangan mengerjakan urusan domestik rumah dan bermain dengan anak.
Alhamdulillah… dan sekian Alhamdulillah saja yang saya pilih untuk menenangkan
diri.
Lantas jika sedang menghadapi masalah
apalagi dengan suami, saya lebih berpikir mencari solusinya dari pada
menyalahkannya atau menyalahkan yang lain.
Dan satu yang paling penting kalau
menurut saya adalah meski berbeda, tetap harus ada titik tujuan sama yang perlu
dituju bersama suami.
Seperti orang kerja tim, saya bisa dan
punyanya apa, teman saya juga bisanya dan punyanya apa. Jadi yang tidak sama
inilah yang perlu disatukan jadi modal untuk kerja satu tim.
Sebetulnya, saya sendiri dan suami
jarang berkomunikasi yang sifatnya terlalu serius tentang kehidupan pernikahan
kami. Tapi kami sama-sama sadar, ke mana arah pernikahan kami, ke tujuan mana
kami harus mendidik anak kami.
Mungkin itulah yang membuat kami hingga
kini tetap sehati. Kami memilih menyadari perbedaan dan tahu serta terus ingat arah
pernikahan.
Sehati dalam Urusan Menjaga Kesehatan
Satu dari sekian sisi sehati antara saya
dan suami adalah dalam urusan memelihara kesehatan. Kami berdua lebih memilih
menjaga kesehatan dengan cara alami dan mencoba meminimalisir obat-obatan.
Apalagi suami. Gaya hidup sehatnya
sehari-hari berupa memerhatikan porsi olahraga, makanan dan minuman sehat,
bahkan jika sakit pun ia memutuskan untuk mencoba mengobatinya dengan cara
alami terlebih dahulu.
Karena kami sehati dalam urusan menjaga
kesehatan, maka saat saya mengenalkan Teh Hijau Kepala
Djenggot ke suami
berikut berbagai manfaatnya, ia langsung suka. Apalagi suami dasarnya memang
penyuka segala minuman teh namun masih awam dengan teh hijau.
Saya sendiri mengenal Teh Hijau Kepala
Djenggot sejak sekitar tahun 2004. Minum teh hijau sudah jadi kebiasaan saat
dulu saya bekerja sebagai reporter di Batam.
Saat itu saya sudah tahu bahwa teh hijau
itu kaya manfaatnya. Berbagai manfaat teh hijau yang pernah saya baca tersebut
antara lain:
- Mengontrol berat badan
- Bisa jadi detoksifikasi tubuh
- Menekan nafsu makan
- Menyegarkan napas karena menghambar pertumbuhan bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit gigi
- Mengurangi peradangan gusi
- Mengurangi kolesterol
- Menyehatkan kulit
- Mengurangi reaksi alergi
- Mengelola diabetes
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengendalikan tekanan darah tinggi
- Bermanfaat bagi mereka yang menderita jantung koroner
- Mencegah dan mengurangi resiko rematik
- Mencegah kanker kulit
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Membantu melawan depresi
- Meringankan gejala asma
- Menjaga kesehatan liver
- Mencegah osteoporosis
- Menyembuhkan penyakit perut
- Mencegah alzheimer dan parkinson
- Rendah kafein dibandingkan teh biasa
- Kaya antioksidan alami yang bisa menyehatkan tubuh, kulit, dan rambut, serta menghambat sel kanker
Karena itu, kami menyebutnya teh hijau
dengan SEHATEA. Bagi saya dan suami, teh hijau itu seperti wujud kami yang
saling menghargai serta mengasihi satu sama lain dalam menjaga kesehatan.
Makna SEHATEA juga berarti kami sehat
secara fisik berkat rajin mengkonsumsi teh hijau. Karena kami sehati dalam
memilih SEHATEA untuk menjaga kesehatan, bagi saya itu juga wujud kami sehat
secara hati.
Itu cerita sehati a la saya dan suami. Punya
kisah serupa nggak? Yuk cerita di kometar. Atau kalau punya blog, bagaimana
kalau menuliskannya di blog juga? Barangkali, cerita tentang sehati bersama
pasangan atau teman meski memiliki perbedaan, bisa menjadi inspirasi bagi
banyak orang.
Baca juga:
First blogwalking ke blog ini :)
ReplyDeletesooo tuiiiiiit ceritanya, XD
ntah saya ntar bakal gimana cerita rumah tangganya,
Nampaknya saya harus mulai banyak2 minum Teh Hijau Kepala Djenggot nih :D
Hehehe... ditungu Gi' ceritanya :)
Delete